Ekonomi Makro
Memahami Dinamika Ekonomi Secara Keseluruhan
Alihkan ke: Ilmu
Ekonomi.
Abstrak
Artikel ini membahas secara komprehensif cabang
ilmu ekonomi makro, yang merupakan studi tentang perilaku ekonomi agregat dalam
skala nasional dan global. Ekonomi makro berperan penting dalam memahami
fluktuasi ekonomi, pertumbuhan jangka panjang, serta kebijakan publik yang
ditujukan untuk mencapai stabilitas dan kesejahteraan masyarakat. Pembahasan
dimulai dari pengertian dan ruang lingkup ekonomi makro, dilanjutkan dengan
konsep-konsep dasar seperti Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, pengangguran,
pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan pendapatan nasional. Artikel ini juga
mengulas kebijakan fiskal dan moneter sebagai instrumen utama dalam pengelolaan
ekonomi, serta model-model ekonomi makro seperti IS-LM, AD-AS, dan model
pertumbuhan Solow sebagai kerangka analitis. Dalam konteks global, dibahas pula
isu-isu seperti perdagangan internasional, nilai tukar, aliran modal, dan
interdependensi antarnegara. Artikel ini ditutup dengan analisis tantangan
makroekonomi kontemporer, termasuk dampak pandemi COVID-19, lonjakan inflasi
global, ketimpangan sosial, perubahan iklim, digitalisasi ekonomi, serta
fragmentasi geopolitik. Dengan pendekatan berbasis literatur ilmiah dan data
empiris, artikel ini memberikan wawasan mendalam bagi akademisi, pembuat
kebijakan, dan masyarakat umum mengenai pentingnya ekonomi makro dalam
menghadapi dinamika ekonomi modern.
Kata kunci: Ekonomi
Makro, PDB, Inflasi, Pengangguran, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter,
Globalisasi, Pertumbuhan Ekonomi, Model IS-LM, Model AD-AS, Perubahan Iklim,
Ketimpangan Sosial, Ekonomi Digital.
PEMBAHASAN
Kajian Ekonomi Makro Berdasarkan Referensi Kredibel
1.
Pendahuluan
Ilmu ekonomi merupakan
cabang ilmu sosial yang mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan negara
membuat pilihan dalam menghadapi kelangkaan sumber daya. Dalam praktiknya,
ekonomi dibagi ke dalam dua cabang utama: ekonomi mikro dan ekonomi
makro. Ekonomi mikro berfokus pada perilaku unit-unit ekonomi
individual, seperti rumah tangga dan perusahaan, sedangkan ekonomi makro
menganalisis fenomena ekonomi secara agregat, seperti pertumbuhan ekonomi,
inflasi, pengangguran, dan kebijakan fiskal serta moneter suatu negara.¹
Ekonomi makro lahir
sebagai respons terhadap kebutuhan untuk memahami dan menangani persoalan
ekonomi berskala besar yang tidak bisa dijelaskan hanya melalui pendekatan
mikro. Terutama setelah terjadinya Great Depression pada tahun
1930-an, para ekonom menyadari perlunya suatu pendekatan baru dalam memahami
dinamika ekonomi secara menyeluruh. Tokoh penting yang berjasa besar dalam
kelahiran ekonomi makro modern adalah John Maynard Keynes, melalui
karya monumentalnya The General Theory of Employment, Interest, and
Money (1936). Dalam karyanya, Keynes mengkritik anggapan klasik
bahwa pasar selalu cenderung menuju keseimbangan secara otomatis. Ia mengajukan
pandangan bahwa permintaan agregat memiliki peran sentral dalam menentukan
tingkat aktivitas ekonomi.²
Studi ekonomi makro
menjadi penting karena ia menyentuh aspek kehidupan ekonomi yang luas dan
memengaruhi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Permasalahan seperti kenaikan
harga barang (inflasi), tingkat pengangguran, pertumbuhan
ekonomi, hingga stabilitas nilai tukar adalah
isu-isu yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, kebijakan ekonomi makro yang baik diperlukan untuk menciptakan
stabilitas ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan.³
Selain itu,
pemahaman terhadap ekonomi makro menjadi semakin penting dalam era globalisasi
ekonomi saat ini. Krisis keuangan global, fluktuasi harga komoditas, serta
interkoneksi antarnegara melalui perdagangan dan investasi lintas batas
menuntut negara-negara untuk mampu merespons dengan kebijakan makro yang
adaptif dan terukur.⁴ Dengan demikian, ekonomi makro bukan hanya bersifat
teoritis, tetapi memiliki peran aplikatif yang strategis dalam perumusan
kebijakan publik.
Artikel ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sistematis dan menyeluruh mengenai
ekonomi makro. Pembahasan akan mencakup konsep-konsep dasar, ruang lingkup,
model-model utama, kebijakan ekonomi, serta tantangan kontemporer yang dihadapi
dalam konteks nasional maupun global. Diharapkan, melalui artikel ini, pembaca
memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang dinamika perekonomian modern dan
peran vital ekonomi makro dalam menjaga stabilitas dan kemajuan ekonomi suatu
negara.
Footnotes
[1]
N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston: Cengage
Learning, 2021), 5.
[2]
John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest,
and Money (London: Macmillan, 1936), 3–4.
[3]
Olivier Blanchard and David R. Johnson, Macroeconomics, 7th
ed. (Boston: Pearson, 2017), 8–10.
[4]
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, and Richard Startz, Macroeconomics,
12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 22–25.
2.
Pengertian
dan Ruang Lingkup Ekonomi Makro
2.1.
Pengertian Ekonomi
Makro
Ekonomi
makro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku
ekonomi secara keseluruhan (agregat), termasuk bagaimana interaksi
antarvariabel besar seperti pendapatan nasional, tingkat pengangguran, inflasi,
konsumsi agregat, investasi, dan perdagangan internasional memengaruhi
stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.¹ Dalam definisi yang lebih
praktis, ekonomi makro berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti:
mengapa terjadi inflasi? Apa penyebab resesi? Bagaimana cara menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan?
Menurut N. Gregory
Mankiw, ekonomi makro menganalisis fenomena secara keseluruhan, dengan fokus
pada variabel agregat untuk memahami pergerakan dan dinamika ekonomi dalam
skala luas.² Sebaliknya, ekonomi mikro lebih melihat pada keputusan individu
dan pasar tertentu. Ekonomi makro bekerja dalam skala nasional maupun global,
mengamati pola-pola besar yang tidak bisa dijelaskan hanya melalui unit-unit
ekonomi individual.
Konsep ini diperkuat
oleh pandangan Blanchard dan Johnson yang menyebutkan bahwa ekonomi makro
mencakup studi terhadap penentuan pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi jangka
pendek (siklus bisnis), serta kebijakan ekonomi pemerintah untuk mengelola
output dan stabilitas harga.³
2.2.
Sejarah Perkembangan
Ekonomi Makro
Sebagai cabang ilmu
yang relatif baru, ekonomi makro mulai dikenal luas setelah terjadinya Great
Depression tahun 1930-an, ketika teori-teori klasik tidak mampu
menjelaskan tingkat pengangguran yang tinggi dan terjadinya stagnasi ekonomi.
Dalam situasi tersebut, muncul pemikiran revolusioner dari John
Maynard Keynes yang menekankan pentingnya permintaan agregat
dalam menentukan tingkat output dan pekerjaan.⁴
Karya Keynes, The
General Theory of Employment, Interest, and Money, menjadi titik
balik lahirnya ekonomi makro sebagai disiplin tersendiri. Keynes menyatakan
bahwa intervensi pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter sangat penting
untuk menjaga kestabilan ekonomi, terutama ketika mekanisme pasar tidak mampu
mencapai keseimbangan secara otomatis.⁵ Pandangan ini membuka jalan bagi
perkembangan teori-teori ekonomi makro modern, baik dalam pendekatan Keynesian
maupun neoklasik.
2.3.
Ruang Lingkup Ekonomi
Makro
Ruang lingkup
ekonomi makro sangat luas dan mencakup berbagai aspek penting dari
perekonomian. Beberapa topik utama yang menjadi perhatian utama dalam studi
ekonomi makro adalah:
1)
Pendapatan Nasional dan
Pertumbuhan Ekonomi
Studi tentang bagaimana suatu negara menghasilkan
barang dan jasa serta bagaimana PDB (Produk Domestik Bruto) tumbuh dari waktu
ke waktu. Hal ini juga mencakup analisis terhadap faktor-faktor yang mendorong
pertumbuhan jangka panjang seperti akumulasi modal, kemajuan teknologi, dan
peningkatan produktivitas.⁶
2)
Inflasi dan Stabilitas
Harga
Inflasi terjadi ketika tingkat harga umum barang
dan jasa meningkat. Ekonomi makro mempelajari penyebab inflasi, dampaknya
terhadap daya beli masyarakat, serta strategi kebijakan untuk
mengendalikannya.⁷
3)
Pengangguran dan
Ketenagakerjaan
Salah satu fokus utama ekonomi makro adalah
memahami tingkat pengangguran dan bagaimana menciptakan kondisi yang mendukung penciptaan
lapangan kerja. Hal ini berkaitan dengan analisis siklus bisnis dan kebijakan
untuk stabilisasi ekonomi.⁸
4)
Kebijakan Fiskal dan
Moneter
Ekonomi makro menganalisis bagaimana pemerintah
menggunakan kebijakan fiskal (pengeluaran dan pajak) serta kebijakan moneter
(pengaturan jumlah uang beredar dan suku bunga) untuk memengaruhi permintaan
agregat dan menstabilkan ekonomi.⁹
5)
Perdagangan Internasional
dan Nilai Tukar
Dalam era globalisasi, ekonomi makro juga
mencakup kajian tentang hubungan ekonomi antarnegara, seperti ekspor-impor,
neraca pembayaran, nilai tukar mata uang, dan dampaknya terhadap perekonomian
domestik.¹⁰
Melalui cakupan
tersebut, ekonomi makro menjadi alat penting dalam membantu pemerintah, lembaga
keuangan, dan pelaku ekonomi dalam merancang kebijakan yang efektif guna
menciptakan kestabilan dan kesejahteraan ekonomi.
Footnotes
[1]
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Economics, 19th ed.
(New York: McGraw-Hill, 2010), 452.
[2]
N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston:
Cengage Learning, 2021), 28.
[3]
Olivier Blanchard dan David R. Johnson, Macroeconomics, 7th
ed. (Boston: Pearson, 2017), 9.
[4]
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Richard Startz, Macroeconomics,
12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 40.
[5]
John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest,
and Money (London: Macmillan, 1936), 5–6.
[6]
Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W.
Norton & Company, 2016), 65–67.
[7]
Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking and Financial
Markets, 11th ed. (New York: Pearson, 2019), 110–112.
[8]
Mankiw, Principles of Economics, 232–234.
[9]
Blanchard dan Johnson, Macroeconomics, 194–196.
[10]
Dornbusch, Fischer, dan Startz, Macroeconomics, 366–368.
3.
Konsep-konsep
Dasar dalam Ekonomi Makro
Ekonomi makro sebagai
disiplin ilmu memiliki sejumlah konsep utama yang menjadi fondasi dalam
menganalisis kondisi dan kebijakan ekonomi pada tingkat nasional maupun global.
Pemahaman terhadap konsep-konsep dasar ini sangat penting karena menjadi alat
untuk mengukur kinerja ekonomi serta dasar bagi penyusunan kebijakan ekonomi
yang efektif. Beberapa konsep kunci tersebut meliputi Produk Domestik Bruto
(PDB), inflasi, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan pendapatan
nasional.
3.1.
Produk Domestik Bruto
(PDB)
Produk Domestik
Bruto (PDB) adalah nilai total dari seluruh barang dan jasa akhir yang
diproduksi dalam suatu negara selama periode tertentu, biasanya dalam satu
tahun. PDB menjadi indikator utama dalam mengukur output ekonomi suatu negara.¹
PDB dapat dihitung melalui tiga pendekatan: pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.²
Terdapat dua jenis
PDB yang umum digunakan: PDB nominal, yang dihitung
berdasarkan harga pasar saat ini, dan PDB riil, yang disesuaikan
dengan inflasi sehingga mencerminkan pertumbuhan volume output sebenarnya.³ PDB
per kapita juga sering digunakan sebagai indikator kesejahteraan ekonomi suatu
negara.
Meskipun PDB
merupakan indikator penting, banyak ekonom mengingatkan bahwa PDB bukanlah
ukuran sempurna untuk menilai kesejahteraan masyarakat, karena tidak
memperhitungkan distribusi pendapatan, kualitas lingkungan, atau pekerjaan
informal.⁴
3.2.
Inflasi
Inflasi adalah
peningkatan umum dalam tingkat harga barang dan jasa dari waktu ke waktu.
Tingkat inflasi diukur dengan menggunakan indeks harga, seperti Indeks
Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Harga Produsen (IHP).⁵
Inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat mengikis daya beli masyarakat,
sementara deflasi (penurunan harga secara umum) dapat menghambat pertumbuhan
ekonomi.
Menurut Frederic S.
Mishkin, inflasi dapat disebabkan oleh dua faktor utama: inflasi
tarikan permintaan (demand-pull inflation) yang terjadi ketika
permintaan agregat melebihi kapasitas produksi, dan inflasi
desakan biaya (cost-push inflation) yang dipicu oleh kenaikan
biaya produksi.⁶
Bank sentral
memainkan peran penting dalam mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter,
khususnya dengan mengatur jumlah uang beredar dan suku bunga.⁷
3.3.
Pengangguran
Pengangguran adalah
kondisi ketika sebagian angkatan kerja yang siap dan bersedia bekerja tidak
mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran sering dijadikan indikator untuk
menilai kesehatan pasar tenaga kerja. Terdapat beberapa jenis pengangguran yang
umum dikenali dalam ekonomi makro:
·
Pengangguran
friksional: disebabkan oleh transisi sementara antara pekerjaan
·
Pengangguran
struktural: terjadi karena ketidaksesuaian keterampilan atau lokasi
·
Pengangguran siklis:
berkaitan erat dengan fluktuasi dalam siklus bisnis⁸
Salah satu hubungan
yang terkenal dalam kajian inflasi dan pengangguran adalah Kurva
Phillips, yang menunjukkan hubungan jangka pendek antara
inflasi dan pengangguran.⁹ Namun dalam jangka panjang, hubungan ini menjadi
kurang relevan seiring dengan penyesuaian ekspektasi masyarakat terhadap
inflasi.¹⁰
3.4.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
menunjukkan peningkatan kapasitas suatu negara dalam memproduksi barang dan
jasa dari waktu ke waktu, yang biasanya diukur melalui pertumbuhan PDB riil.¹¹
Faktor-faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi meliputi akumulasi modal
fisik, peningkatan kualitas sumber daya manusia, kemajuan teknologi, dan
kebijakan ekonomi yang kondusif.
Model pertumbuhan
seperti Model Solow mengilustrasikan
bagaimana tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi memengaruhi
output jangka panjang.¹² Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tidak hanya
membutuhkan peningkatan output, tetapi juga harus memperhatikan aspek
distribusi dan keberlanjutan lingkungan.
3.5.
Keseimbangan
Pendapatan Nasional
Keseimbangan
pendapatan nasional terjadi ketika jumlah pengeluaran agregat dalam
perekonomian sama dengan total output yang diproduksi. Dalam model sederhana
ekonomi dua sektor (rumah tangga dan perusahaan), keseimbangan ini terjadi
ketika konsumsi dan investasi sama dengan pendapatan nasional.¹³
Konsep pengganda
(multiplier) juga penting dalam ekonomi makro, yang menunjukkan
bahwa perubahan kecil dalam pengeluaran agregat dapat menghasilkan perubahan
yang lebih besar dalam pendapatan nasional. Hal ini menjadi dasar bagi
kebijakan fiskal ekspansif dalam mendorong perekonomian.¹⁴
Model-model seperti model
AD-AS (Aggregate Demand – Aggregate Supply) digunakan untuk
menganalisis keseimbangan secara lebih kompleks, dengan memperhitungkan peran
harga dan output secara bersamaan dalam jangka pendek dan jangka panjang.¹⁵
Footnotes
[1]
N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston:
Cengage Learning, 2021), 490.
[2]
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Economics, 19th ed.
(New York: McGraw-Hill, 2010), 478.
[3]
Olivier Blanchard dan David R. Johnson, Macroeconomics, 7th
ed. (Boston: Pearson, 2017), 42–44.
[4]
Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W.
Norton & Company, 2016), 82.
[5]
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Richard Startz, Macroeconomics,
12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 88.
[6]
Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking and Financial
Markets, 11th ed. (New York: Pearson, 2019), 114.
[7]
Mankiw, Principles of Economics, 542–543.
[8]
Blanchard dan Johnson, Macroeconomics, 109–111.
[9]
A.W. Phillips, “The Relation Between Unemployment and the Rate of
Change of Money Wage Rates in the United Kingdom, 1861–1957,” Economica
25, no. 100 (1958): 283–299.
[10]
Mankiw, Principles of Economics, 633.
[11]
Jones, Macroeconomics, 100–101.
[12]
Robert M. Solow, “A Contribution to the Theory of Economic Growth,” Quarterly
Journal of Economics 70, no. 1 (1956): 65–94.
[13]
Samuelson dan Nordhaus, Economics, 501.
[14]
Blanchard dan Johnson, Macroeconomics, 135–136.
[15]
Dornbusch, Fischer, dan Startz, Macroeconomics, 212–214.
4.
Kebijakan
dalam Ekonomi Makro
Kebijakan ekonomi
makro merupakan instrumen utama yang digunakan oleh pemerintah dan bank sentral
untuk mengatur dan mengarahkan perekonomian nasional menuju stabilitas,
pertumbuhan, dan kesejahteraan masyarakat. Secara umum, terdapat dua jenis
kebijakan utama dalam ekonomi makro: kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter. Keduanya dirancang untuk mengelola permintaan agregat
dalam perekonomian, serta mengatasi masalah inflasi, pengangguran, dan
fluktuasi ekonomi.
4.1.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal
merujuk pada tindakan pemerintah dalam menentukan besarnya pajak
dan pengeluaran publik guna memengaruhi perekonomian.¹ Dalam
konteks Keynesian, kebijakan fiskal dianggap sebagai alat penting untuk
menstimulasi permintaan agregat, terutama dalam kondisi resesi atau ketika
perekonomian mengalami kekurangan permintaan.²
Terdapat dua bentuk
kebijakan fiskal:
·
Kebijakan fiskal
ekspansif: dilakukan dengan cara menurunkan pajak atau meningkatkan
pengeluaran pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
·
Kebijakan fiskal
kontraktif: dilakukan dengan menaikkan pajak atau mengurangi belanja
negara untuk menahan inflasi yang terlalu tinggi.³
Efektivitas
kebijakan fiskal sering kali dipengaruhi oleh multiplier fiskal, yaitu ukuran
dari seberapa besar pengaruh suatu perubahan belanja pemerintah terhadap
pendapatan nasional.⁴ Namun demikian, implementasi kebijakan fiskal menghadapi
tantangan seperti waktu pelaksanaan (time lag), keberlanjutan utang publik, dan
koordinasi dengan kebijakan moneter.
4.2.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter
adalah kebijakan yang dijalankan oleh bank sentral untuk
mengendalikan jumlah uang beredar dan suku bunga, dengan tujuan menjaga
stabilitas harga, mengendalikan inflasi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.⁵
Instrumen utama kebijakan moneter meliputi:
1)
Operasi Pasar Terbuka
(OPT): pembelian atau penjualan surat berharga pemerintah oleh bank
sentral untuk mengatur jumlah uang yang beredar.
2)
Tingkat suku bunga acuan:
penyesuaian suku bunga untuk memengaruhi biaya pinjaman dan investasi.
3)
Cadangan wajib minimum:
pengaturan jumlah dana yang harus disimpan bank di bank sentral untuk
memengaruhi kemampuan bank dalam memberikan kredit.⁶
Kebijakan moneter
juga dapat dibedakan menjadi dua jenis:
·
Kebijakan moneter
ekspansif: digunakan untuk mengatasi pengangguran dengan menurunkan
suku bunga dan menambah jumlah uang beredar.
·
Kebijakan moneter
kontraktif: digunakan untuk menahan inflasi dengan menaikkan suku
bunga dan mengurangi jumlah uang beredar.⁷
Dalam kerangka kerja
modern, banyak bank sentral, termasuk Bank Indonesia, menggunakan inflation
targeting framework, di mana tingkat inflasi dijadikan sasaran
utama kebijakan moneter.⁸ Transparansi dan komunikasi yang baik dari bank
sentral menjadi faktor penting dalam efektivitas kebijakan ini.
4.3.
Koordinasi Fiskal dan
Moneter
Efektivitas
kebijakan ekonomi makro sangat bergantung pada sinergi antara kebijakan fiskal
dan moneter. Ketidaksinkronan antara keduanya dapat menyebabkan hasil yang kontraproduktif.
Sebagai contoh, apabila pemerintah menerapkan kebijakan fiskal ekspansif
sementara bank sentral menjalankan kebijakan moneter kontraktif, maka dampak
dari kedua kebijakan dapat saling menetralkan.⁹ Oleh karena itu, koordinasi
yang baik antara pemerintah dan bank sentral menjadi penting, terutama dalam
situasi krisis atau resesi ekonomi.
4.4.
Kebijakan
Penanggulangan Inflasi dan Pengangguran
Kedua masalah ini
merupakan fokus utama dalam perumusan kebijakan makro. Dalam mengatasi inflasi,
kebijakan moneter kontraktif cenderung menjadi pilihan utama, sedangkan dalam
mengatasi pengangguran, kebijakan fiskal
ekspansif seperti program infrastruktur dan bantuan sosial menjadi penting.¹⁰
Namun, kebijakan ini
sering menghadapi trade-off, sebagaimana
diilustrasikan oleh Kurva Phillips yang menunjukkan
adanya hubungan terbalik antara inflasi dan pengangguran dalam jangka pendek.¹¹
Meskipun hubungan ini tidak berlaku secara ketat dalam jangka panjang, ia tetap
menjadi acuan penting dalam strategi kebijakan jangka pendek.
Footnotes
[1]
N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston:
Cengage Learning, 2021), 583.
[2]
John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest,
and Money (London: Macmillan, 1936), 128–130.
[3]
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Economics, 19th ed.
(New York: McGraw-Hill, 2010), 668–669.
[4]
Olivier Blanchard dan David R. Johnson, Macroeconomics, 7th
ed. (Boston: Pearson, 2017), 149.
[5]
Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking and Financial
Markets, 11th ed. (New York: Pearson, 2019), 321–323.
[6]
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Richard Startz, Macroeconomics,
12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 145.
[7]
Mankiw, Principles of Economics, 585.
[8]
Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia 2023 (Jakarta:
Bank Indonesia, 2023), 45.
[9]
Blanchard dan Johnson, Macroeconomics, 199.
[10]
Jones, Charles I., Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W.
Norton & Company, 2016), 157.
[11]
A.W. Phillips, “The Relation Between Unemployment and the Rate of
Change of Money Wage Rates in the United Kingdom, 1861–1957,” Economica
25, no. 100 (1958): 283–299.
5.
Model-model
Ekonomi Makro
Dalam ilmu ekonomi
makro, model digunakan sebagai alat untuk menjelaskan, meramalkan, dan
menganalisis perilaku ekonomi agregat. Model-model ini menyederhanakan
kenyataan agar hubungan antar variabel ekonomi dapat dipahami secara
sistematis. Melalui model, para ekonom dapat mengkaji dampak kebijakan ekonomi,
perubahan harga, pertumbuhan output, serta dinamika pasar tenaga kerja dan
sektor moneter. Beberapa model utama yang menjadi fondasi dalam studi ekonomi
makro adalah model IS-LM, model
AD-AS, dan model pertumbuhan Solow.
5.1.
Model IS-LM
(Investment-Saving – Liquidity Preference-Money Supply)
Model IS-LM pertama
kali dikembangkan oleh John Hicks dan Alvin
Hansen sebagai bentuk formal dari teori Keynes.¹ Model ini
menjelaskan keseimbangan dalam perekonomian jangka pendek melalui interaksi
antara sektor riil (pasar barang) dan sektor moneter (pasar uang).
·
Kurva IS
menggambarkan kombinasi tingkat bunga dan output di mana pasar barang berada
dalam keseimbangan, yaitu saat investasi (I) sama dengan tabungan (S).
·
Kurva LM
menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan output yang menjaga keseimbangan di
pasar uang, berdasarkan preferensi likuiditas dan penawaran uang.²
Model IS-LM sangat
berguna untuk menganalisis pengaruh kebijakan fiskal dan moneter terhadap
pendapatan nasional dan tingkat bunga dalam jangka pendek.³ Namun, model ini
memiliki keterbatasan karena tidak mempertimbangkan aspek harga dan inflasi,
sehingga lebih cocok digunakan dalam analisis ekonomi pada situasi dengan harga
yang relatif tetap.
5.2.
Model AD-AS (Aggregate
Demand – Aggregate Supply)
Model permintaan dan
penawaran agregat (AD-AS) adalah model yang menjelaskan keseimbangan umum
antara total permintaan dan total penawaran barang dan jasa dalam perekonomian.
Model ini digunakan untuk memahami fluktuasi output dan harga dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.⁴
·
Kurva AD (Aggregate
Demand) menunjukkan hubungan negatif antara tingkat harga umum dan
output agregat yang diminta. Kurva ini dipengaruhi oleh komponen pengeluaran
agregat: konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto.
·
Kurva AS (Aggregate
Supply) menggambarkan jumlah output yang bersedia diproduksi oleh
perusahaan pada tingkat harga tertentu. Dalam jangka pendek, kurva AS biasanya
naik ke atas, mencerminkan rigiditas harga dan upah; dalam jangka panjang,
kurva AS bersifat vertikal pada tingkat output potensial.⁵
Model AD-AS menjadi
sangat berguna dalam menjelaskan fenomena seperti inflasi, stagflasi, dan
dampak guncangan permintaan maupun penawaran. Selain itu, model ini juga
membantu dalam menjelaskan efek kebijakan makro terhadap harga dan output.⁶
5.3.
Model Pertumbuhan
Ekonomi Solow
Model Solow-Swan,
yang dikembangkan secara independen oleh Robert Solow dan Trevor
Swan, merupakan model pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang
sangat berpengaruh. Model ini menjelaskan bagaimana akumulasi modal,
pertumbuhan tenaga kerja, dan kemajuan teknologi berkontribusi terhadap
pertumbuhan output per kapita.⁷
Ciri utama model
Solow adalah adanya konvergensi: negara-negara yang
memiliki tingkat modal awal lebih rendah akan tumbuh lebih cepat daripada
negara kaya, dengan asumsi semua negara memiliki tingkat tabungan dan teknologi
yang sama.⁸ Dalam versi dasarnya, pertumbuhan jangka panjang hanya dapat
dicapai melalui kemajuan teknologi eksogen,
bukan melalui peningkatan tabungan atau akumulasi modal semata.
Model ini digunakan
untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
jangka panjang serta menjelaskan perbedaan tingkat pendapatan antarnegara.⁹
Meski begitu, model Solow juga dikritik karena tidak menjelaskan sumber
kemajuan teknologi secara internal, sehingga memunculkan model-model
pertumbuhan endogen sebagai alternatif.
5.4.
Model Tambahan: DSGE
dan Model Keynesian Baru
Dalam literatur
kontemporer, para ekonom juga menggunakan Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE)
models yang lebih kompleks dan berbasis mikro, untuk menganalisis
efek kebijakan ekonomi makro di bawah ketidakpastian dan interaksi antaragen
ekonomi.¹⁰ Model ini banyak digunakan oleh bank sentral untuk proyeksi dan
simulasi kebijakan.
Selain itu, model
Keynesian baru (New Keynesian Models) mengintegrasikan unsur-unsur
dari teori mikroekonomi seperti rigiditas harga dan ekspektasi rasional ke
dalam kerangka kerja makro yang dinamis, menjadikan model lebih realistis dalam
menjelaskan dinamika siklus bisnis.¹¹
Footnotes
[1]
John R. Hicks, “Mr. Keynes and the ‘Classics’; A Suggested
Interpretation,” Econometrica 5, no. 2 (1937): 147–159.
[2]
Olivier Blanchard and David R. Johnson, Macroeconomics, 7th
ed. (Boston: Pearson, 2017), 188–191.
[3]
N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston:
Cengage Learning, 2021), 656.
[4]
Paul A. Samuelson and William D. Nordhaus, Economics, 19th ed.
(New York: McGraw-Hill, 2010), 597–599.
[5]
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, and Richard Startz, Macroeconomics,
12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 236–239.
[6]
Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W.
Norton & Company, 2016), 122–124.
[7]
Robert M. Solow, “A Contribution to the Theory of Economic Growth,” Quarterly
Journal of Economics 70, no. 1 (1956): 65–94.
[8]
Mankiw, Principles of Economics, 712.
[9]
Blanchard and Johnson, Macroeconomics, 265–270.
[10]
Lawrence J. Christiano, Martin Eichenbaum, and Charles L. Evans,
“Nominal Rigidities and the Dynamic Effects of a Shock to Monetary Policy,” Journal
of Political Economy 113, no. 1 (2005): 1–45.
[11]
David Romer, Advanced Macroeconomics, 5th ed. (New York:
McGraw-Hill, 2019), 205–209.
6.
Ekonomi
Makro dalam Konteks Global
Dalam era
globalisasi ekonomi, pemahaman terhadap ekonomi makro tidak dapat lagi dibatasi
dalam lingkup domestik semata. Interkoneksi antarnegara melalui perdagangan
internasional, aliran modal, tenaga kerja, dan teknologi telah menciptakan
sistem ekonomi global yang saling bergantung. Oleh karena itu, analisis ekonomi
makro modern menuntut perhatian terhadap dinamika eksternal yang memengaruhi
perekonomian suatu negara secara signifikan.¹
6.1.
Perdagangan
Internasional dan Neraca Pembayaran
Perdagangan
internasional memainkan peran penting dalam perekonomian global. Melalui ekspor
dan impor, negara-negara dapat mengakses barang dan jasa yang tidak tersedia
secara lokal, sekaligus mendorong efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.² Aktivitas
perdagangan internasional tercermin dalam neraca pembayaran (balance of payments),
yang terdiri dari dua komponen utama: neraca transaksi berjalan (current account)
dan neraca
modal dan finansial (capital and financial account).³
Ketidakseimbangan
dalam neraca pembayaran dapat mengindikasikan tekanan terhadap nilai tukar,
ketergantungan terhadap pembiayaan luar negeri, atau daya saing produk domestik.
Oleh karena itu, neraca pembayaran merupakan indikator penting dalam evaluasi
stabilitas ekonomi makro secara global.⁴
6.2.
Kurs Valuta Asing dan
Sistem Nilai Tukar
Nilai tukar mata
uang (foreign exchange rate) adalah harga relatif antara mata uang domestik dan
mata uang asing. Nilai tukar memengaruhi harga barang ekspor dan impor, serta
memengaruhi arus modal internasional.⁵
Dalam sistem nilai
tukar mengambang
(floating exchange rate), nilai tukar ditentukan oleh mekanisme
pasar berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang. Sebaliknya, dalam sistem
nilai tukar tetap (fixed exchange rate),
pemerintah atau bank sentral mempertahankan nilai tukar pada level tertentu
melalui intervensi pasar.⁶
Fluktuasi nilai
tukar yang tajam dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi, memicu inflasi
impor, atau memengaruhi neraca perdagangan. Oleh karena itu, kebijakan nilai
tukar dan intervensi pasar valuta asing merupakan bagian integral dari
kebijakan makro ekonomi terbuka.⁷
6.3.
Mobilitas Modal dan
Globalisasi Keuangan
Era globalisasi
telah meningkatkan mobilitas modal secara signifikan. Investasi portofolio dan
investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) telah menjadi sumber
penting bagi pembiayaan pembangunan di banyak negara berkembang.⁸ Namun,
mobilitas modal yang tinggi juga membawa risiko, terutama dalam bentuk volatilitas
aliran modal jangka pendek, yang dapat memicu krisis keuangan
seperti yang terjadi di Asia tahun 1997 dan krisis global 2008.⁹
Untuk mengelola
risiko ini, lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF)
dan Bank
Dunia memainkan peran dalam pengawasan makroekonomi global,
pemberian bantuan keuangan, serta penyusunan kebijakan yang mendukung
stabilitas ekonomi internasional.¹⁰
6.4.
Dampak Krisis Ekonomi
Global
Krisis ekonomi
global menunjukkan bagaimana guncangan di satu negara atau wilayah dapat
menyebar dan berdampak luas terhadap perekonomian negara lain melalui kanal
perdagangan, keuangan, dan ekspektasi pasar. Misalnya, krisis keuangan global
2008 yang bermula dari pasar perumahan AS berdampak pada perlambatan ekonomi
dunia dan menurunnya permintaan ekspor dari negara berkembang.¹¹
Ekonomi makro dalam
konteks global memerlukan respons kebijakan yang tidak hanya bersifat nasional,
tetapi juga koordinatif di tingkat internasional. G20, misalnya, memainkan
peran penting dalam mengoordinasikan stimulus fiskal dan moneter global pasca
krisis 2008.¹²
6.5.
Tantangan Makroekonomi
Global Kontemporer
Beberapa tantangan
makroekonomi yang dihadapi dunia saat ini antara lain:
·
Ketimpangan global
antara negara maju dan berkembang dalam distribusi kekayaan dan akses terhadap
teknologi.
·
Perubahan iklim,
yang menuntut transisi energi dan transformasi sistem produksi.¹³
·
Geopolitik dan
proteksionisme, yang dapat memicu fragmentasi ekonomi dunia.
·
Digitalisasi
ekonomi, yang memengaruhi struktur pasar tenaga kerja, produktivitas,
serta arsitektur kebijakan moneter dan fiskal.¹⁴
Isu-isu tersebut
menunjukkan bahwa analisis ekonomi makro harus terus berkembang dan mengadopsi
pendekatan yang inklusif, adaptif, dan kolaboratif lintas negara.
Footnotes
[1]
Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W.
Norton & Company, 2016), 380.
[2]
Paul R. Krugman and Maurice Obstfeld, International Economics:
Theory and Policy, 10th ed. (Boston: Pearson, 2015), 3–5.
[3]
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, and Richard Startz, Macroeconomics,
12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 372.
[4]
Olivier Blanchard and David R. Johnson, Macroeconomics, 7th
ed. (Boston: Pearson, 2017), 321–322.
[5]
N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston:
Cengage Learning, 2021), 736.
[6]
Krugman and Obstfeld, International Economics, 417.
[7]
Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking and Financial
Markets, 11th ed. (New York: Pearson, 2019), 641–643.
[8]
Blanchard and Johnson, Macroeconomics, 328.
[9]
Barry Eichengreen, Globalizing Capital: A History of the
International Monetary System, 2nd ed. (Princeton: Princeton University
Press, 2008), 200.
[10]
International Monetary Fund, World Economic Outlook October 2023:
Navigating Global Divergences (Washington, D.C.: IMF, 2023), 16–18.
[11]
Carmen M. Reinhart and Kenneth S. Rogoff, This Time Is Different:
Eight Centuries of Financial Folly (Princeton: Princeton University Press,
2009), 225–230.
[12]
Domenico Lombardi, “The G20 and the Global Economy,” Global Economy
Journal 9, no. 3 (2009): 1–12.
[13]
Nicholas Stern, The Economics of Climate Change: The Stern Review
(Cambridge: Cambridge University Press, 2007), 13–14.
[14]
IMF, Digital Finance and Financial Inclusion in the Post-COVID
World, IMF Staff Discussion Note, March 2022.
7.
Tantangan
dan Isu Terkini dalam Ekonomi Makro
Dalam dekade
terakhir, dunia menghadapi berbagai tantangan yang secara langsung menguji
efektivitas teori dan kebijakan ekonomi makro konvensional. Dinamika global
yang semakin kompleks menuntut pendekatan ekonomi makro yang lebih adaptif,
inklusif, dan kolaboratif. Tantangan-tantangan ini bukan hanya bersifat siklus,
tetapi juga struktural, yang menuntut reformasi mendalam pada tataran kebijakan
fiskal, moneter, dan kelembagaan.
7.1.
Dampak Krisis Ekonomi
Global dan Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19
merupakan salah satu guncangan ekonomi terbesar abad ke-21, yang berdampak pada
hampir semua aspek kehidupan ekonomi, mulai dari permintaan dan penawaran
agregat, pasar tenaga kerja, hingga sistem keuangan global.¹
Penerapan kebijakan
lockdown menyebabkan kontraksi ekonomi besar-besaran, mendorong banyak negara
untuk menerapkan kebijakan fiskal dan moneter ekspansif dalam skala yang belum
pernah terjadi sebelumnya.²
Konsekuensinya
adalah peningkatan tajam utang publik, penurunan produktivitas, serta tekanan
inflasi akibat gangguan rantai pasok global.³ Pandemi juga memperlihatkan
pentingnya sinergi antara kebijakan ekonomi dan sektor kesehatan, serta
ketahanan sistem sosial dan fiskal negara.
7.2.
Inflasi Global dan
Perubahan Kebijakan Moneter
Pasca pandemi,
banyak negara mengalami lonjakan inflasi yang signifikan, didorong oleh
pemulihan permintaan yang cepat, disrupsi rantai pasok, dan konflik geopolitik
seperti perang Rusia-Ukraina yang memicu kenaikan harga energi dan pangan.⁴
Bank sentral di
berbagai negara, termasuk Federal Reserve dan Bank
Sentral Eropa, merespons dengan menaikkan suku bunga acuan
secara agresif, menandai perubahan besar dari era suku bunga rendah sebelumnya.⁵
Perubahan arah
kebijakan ini menimbulkan tantangan baru: di satu sisi menekan inflasi, namun
di sisi lain meningkatkan risiko perlambatan ekonomi dan kegagalan pembayaran
utang, khususnya di negara-negara berkembang dengan beban utang tinggi.⁶
7.3.
Ketimpangan Ekonomi
dan Inklusi Sosial
Ketimpangan
pendapatan dan kekayaan menjadi perhatian utama dalam ekonomi makro
kontemporer. Menurut Thomas Piketty, tren peningkatan akumulasi kekayaan di
tangan minoritas elite global telah menciptakan disparitas sosial yang tajam.⁷
Ketimpangan ini
tidak hanya berdampak pada stabilitas sosial, tetapi juga menghambat
pertumbuhan ekonomi jangka panjang karena melemahkan permintaan agregat dan
menurunkan produktivitas.⁸
Sebagai respons,
banyak negara mulai mempertimbangkan kebijakan redistributif seperti pajak
kekayaan, jaminan sosial, dan peningkatan belanja pendidikan sebagai bagian
dari kerangka makroekonomi yang inklusif.⁹
7.4.
Perubahan Iklim dan
Transisi Ekonomi Hijau
Krisis iklim menjadi
tantangan jangka panjang yang menuntut transformasi besar dalam struktur
ekonomi global. Perubahan cuaca ekstrem, penurunan produktivitas pertanian, dan
bencana alam akibat pemanasan global memengaruhi variabel-variabel makro
seperti harga pangan, migrasi tenaga kerja, dan anggaran negara.¹⁰
Ekonomi makro modern
ditantang untuk mengintegrasikan variabel lingkungan ke dalam
model pertumbuhan dan kebijakan fiskal.¹¹ Strategi transisi menuju ekonomi
hijau, seperti investasi energi terbarukan, pajak karbon, dan
subsidi kendaraan listrik, kini menjadi bagian dari perencanaan jangka panjang
banyak negara.¹²
7.5.
Digitalisasi Ekonomi
dan Teknologi Finansial
Revolusi digital,
termasuk berkembangnya fintech, cryptocurrency,
dan kecerdasan
buatan, telah mengubah wajah sistem ekonomi global. Perubahan
ini membawa peluang besar untuk efisiensi, tetapi juga menimbulkan tantangan
bagi otoritas moneter dan fiskal, seperti pengawasan terhadap sistem pembayaran
digital, volatilitas pasar aset digital, dan perlindungan konsumen.¹³
Bank sentral kini
mulai mengeksplorasi penerbitan mata uang digital bank sentral (CBDC)
sebagai bentuk adaptasi terhadap sistem keuangan digital.¹⁴ Namun, transformasi
ini menuntut kerangka regulasi baru yang seimbang antara inovasi dan stabilitas
ekonomi makro.
7.6.
Fragmentasi Global dan
Ketidakpastian Geopolitik
Ketegangan
geopolitik yang meningkat, proteksionisme perdagangan, serta ketergantungan
strategis pada sumber daya tertentu telah memunculkan tren “deglobalisasi”.¹⁵
Kondisi ini
menantang arsitektur ekonomi global yang selama ini dibangun atas dasar
liberalisasi pasar dan kerja sama internasional. Akibatnya, banyak negara mulai
mengevaluasi ulang strategi industrinya dan mendorong kemandirian ekonomi
nasional.
Situasi ini menambah
kompleksitas kebijakan makro karena ketidakpastian geopolitik sering kali
berdampak pada aliran modal, harga komoditas, dan sentimen pasar.
Footnotes
[1]
International Monetary Fund, World Economic Outlook April 2021:
Managing Divergent Recoveries (Washington, D.C.: IMF, 2021), 7.
[2]
N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston:
Cengage Learning, 2021), 802–805.
[3]
Olivier Blanchard and Jean Pisani-Ferry, “Fiscal Policy in the Age of
COVID: Does It Matter and Why?” Policy Brief no. 20-11, Peterson
Institute for International Economics, April 2020.
[4]
World Bank, Global Economic Prospects January 2023: Darkening Skies
(Washington, D.C.: World Bank, 2023), 9–11.
[5]
Federal Reserve, Monetary Policy Report, July 2023.
[6]
Carmen M. Reinhart and Kenneth S. Rogoff, This Time Is Different:
Eight Centuries of Financial Folly (Princeton: Princeton University Press,
2009), 273.
[7]
Thomas Piketty, Capital in the Twenty-First Century
(Cambridge: Harvard University Press, 2014), 257–259.
[8]
Joseph Stiglitz, “Inequality and Economic Growth,” in The Price of
Inequality (New York: W.W. Norton & Company, 2012), 89–92.
[9]
IMF, Fiscal Monitor October 2022: Helping People Bounce Back
(Washington, D.C.: IMF, 2022), 34–36.
[10]
Nicholas Stern, The Economics of Climate Change: The Stern Review
(Cambridge: Cambridge University Press, 2007), xv.
[11]
Partha Dasgupta, The Economics of Biodiversity: The Dasgupta Review
(London: HM Treasury, 2021), 21–23.
[12]
World Bank, State and Trends of Carbon Pricing 2023
(Washington, D.C.: World Bank, 2023), 5–7.
[13]
Bank for International Settlements, Annual Economic Report 2022,
Chapter III: “The Future Monetary System.”
[14]
IMF, Digital Money and Central Banks: Balancing Innovation and Risk,
IMF Policy Paper, March 2022.
[15]
World Economic Forum, Chief Economists Outlook Q2 2023:
Fragmentation and Uncertainty, May 2023.
8.
Kesimpulan
Ekonomi makro
merupakan salah satu cabang utama dalam ilmu ekonomi yang memiliki peranan
krusial dalam memahami, menganalisis, dan mengarahkan dinamika perekonomian
secara agregat. Dengan menitikberatkan kajian pada variabel-variabel besar
seperti pendapatan nasional, inflasi, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan
keseimbangan eksternal, ekonomi makro menjadi alat vital dalam perumusan
kebijakan publik yang bertujuan untuk mencapai stabilitas dan kesejahteraan
sosial.¹
Pembahasan
komprehensif dalam artikel ini menunjukkan bahwa ekonomi makro tidak hanya
bersifat teoritis, tetapi juga sangat aplikatif dalam menghadapi tantangan
ekonomi nyata. Konsep-konsep dasar seperti Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat
inflasi, dan keseimbangan pendapatan nasional memberikan kerangka awal untuk
memahami kondisi ekonomi suatu negara.² Sementara itu, kebijakan fiskal dan
moneter menjadi instrumen utama yang digunakan oleh otoritas negara untuk
mengendalikan fluktuasi ekonomi, menjaga stabilitas harga, serta menciptakan
pertumbuhan yang berkelanjutan.³
Model-model ekonomi
makro seperti IS-LM, AD-AS,
dan model
pertumbuhan Solow memberikan landasan teoritis dalam
menjelaskan bagaimana variabel-variabel ekonomi saling berinteraksi dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Model-model ini juga sangat penting dalam
proses simulasi dan evaluasi kebijakan ekonomi.⁴
Dalam konteks
global, ekonomi makro semakin kompleks dan saling terhubung melalui perdagangan
internasional, pergerakan modal, nilai tukar, serta lembaga-lembaga keuangan
global.⁵ Krisis ekonomi seperti pandemi COVID-19 dan perang geopolitik telah
menunjukkan bahwa kebijakan makro tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor
eksternal dan memerlukan respons yang cepat, terkoordinasi, dan berbasis data.
Tantangan masa kini
seperti inflasi global, ketimpangan
ekonomi, perubahan iklim, disrupsi
digital, hingga ketegangan geopolitik menuntut
adanya pembaruan cara pandang dan metode dalam ekonomi makro.⁶ Para ekonom kini
menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tidak cukup hanya diukur dari angka PDB,
tetapi harus mencerminkan keberlanjutan lingkungan, keadilan sosial, serta
stabilitas institusional.⁷
Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa ekonomi makro berperan sentral dalam menjaga
keseimbangan antara efisiensi ekonomi dan keadilan sosial. Pemahaman yang
mendalam terhadap prinsip dan dinamika ekonomi makro tidak hanya penting bagi
perumus kebijakan, tetapi juga bagi akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat
luas. Di tengah perubahan global yang cepat dan tak terduga, ekonomi makro
hadir sebagai disiplin ilmu yang terus berkembang untuk menjawab tantangan
zaman.
Footnotes
[1]
N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston:
Cengage Learning, 2021), 489–491.
[2]
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Economics, 19th ed.
(New York: McGraw-Hill, 2010), 450–452.
[3]
Olivier Blanchard dan David R. Johnson, Macroeconomics, 7th
ed. (Boston: Pearson, 2017), 132–135.
[4]
Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W.
Norton & Company, 2016), 141–145.
[5]
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Richard Startz, Macroeconomics,
12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 370–375.
[6]
World Bank, Global Economic Prospects January 2023: Darkening Skies
(Washington, D.C.: World Bank, 2023), 14–17.
[7]
Partha Dasgupta, The Economics of Biodiversity: The Dasgupta Review
(London: HM Treasury, 2021), 4–6.
Daftar Pustaka
Blanchard, O., & Johnson, D. R. (2017). Macroeconomics
(7th ed.). Boston, MA: Pearson.
Christiano, L. J., Eichenbaum, M., & Evans, C.
L. (2005). Nominal rigidities and the dynamic effects of a shock to monetary
policy. Journal of Political Economy, 113(1), 1–45. https://doi.org/10.1086/426038
Dasgupta, P. (2021). The economics of
biodiversity: The Dasgupta review. London, UK: HM Treasury.
Dornbusch, R., Fischer, S., & Startz, R.
(2014). Macroeconomics (12th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.
Eichengreen, B. (2008). Globalizing capital: A
history of the international monetary system (2nd ed.). Princeton, NJ:
Princeton University Press.
Federal Reserve. (2023). Monetary policy report
(July). Retrieved from https://www.federalreserve.gov
International Monetary Fund. (2021). World
economic outlook April 2021: Managing divergent recoveries. Washington,
D.C.: IMF.
International Monetary Fund. (2022). Fiscal
monitor October 2022: Helping people bounce back. Washington, D.C.: IMF.
International Monetary Fund. (2022). Digital
money and central banks: Balancing innovation and risk. Washington, D.C.:
IMF.
International Monetary Fund. (2023). World
economic outlook October 2023: Navigating global divergences. Washington,
D.C.: IMF.
Jones, C. I. (2016). Macroeconomics (4th
ed.). New York, NY: W. W. Norton & Company.
Keynes, J. M. (1936). The general theory of
employment, interest, and money. London, UK: Macmillan.
Krugman, P. R., & Obstfeld, M. (2015). International
economics: Theory and policy (10th ed.). Boston, MA: Pearson.
Lombardi, D. (2009). The G20 and the global
economy. Global Economy Journal, 9(3), 1–12. https://doi.org/10.2202/1524-5861.1513
Mankiw, N. G. (2021). Principles of economics
(9th ed.). Boston, MA: Cengage Learning.
Mishkin, F. S. (2019). The economics of money,
banking and financial markets (11th ed.). New York, NY: Pearson.
Phillips, A. W. (1958). The relation between
unemployment and the rate of change of money wage rates in the United Kingdom,
1861–1957. Economica, 25(100), 283–299. https://doi.org/10.2307/2550759
Piketty, T. (2014). Capital in the twenty-first
century (A. Goldhammer, Trans.). Cambridge, MA: Harvard University Press.
Reinhart, C. M., & Rogoff, K. S. (2009). This
time is different: Eight centuries of financial folly. Princeton, NJ:
Princeton University Press.
Romer, D. (2019). Advanced macroeconomics
(5th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.
Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (2010). Economics
(19th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.
Solow, R. M. (1956). A contribution to the theory
of economic growth. Quarterly Journal of Economics, 70(1), 65–94. https://doi.org/10.2307/1884513
Stern, N. (2007). The economics of climate
change: The Stern review. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
Stiglitz, J. E. (2012). The price of inequality:
How today's divided society endangers our future. New York, NY: W. W.
Norton & Company.
World Bank. (2023a). Global economic prospects
January 2023: Darkening skies. Washington, D.C.: World Bank.
World Bank. (2023b). State and trends of carbon
pricing 2023. Washington, D.C.: World Bank.
World Economic Forum. (2023). Chief economists
outlook Q2 2023: Fragmentation and uncertainty. Geneva, Switzerland: WEF.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar