Selasa, 29 April 2025

Ekonomi Makro: Memahami Dinamika Ekonomi Secara Keseluruhan

Ekonomi Makro

Memahami Dinamika Ekonomi Secara Keseluruhan


Alihkan ke: Ilmu Ekonomi.


Abstrak

Artikel ini membahas secara komprehensif cabang ilmu ekonomi makro, yang merupakan studi tentang perilaku ekonomi agregat dalam skala nasional dan global. Ekonomi makro berperan penting dalam memahami fluktuasi ekonomi, pertumbuhan jangka panjang, serta kebijakan publik yang ditujukan untuk mencapai stabilitas dan kesejahteraan masyarakat. Pembahasan dimulai dari pengertian dan ruang lingkup ekonomi makro, dilanjutkan dengan konsep-konsep dasar seperti Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan pendapatan nasional. Artikel ini juga mengulas kebijakan fiskal dan moneter sebagai instrumen utama dalam pengelolaan ekonomi, serta model-model ekonomi makro seperti IS-LM, AD-AS, dan model pertumbuhan Solow sebagai kerangka analitis. Dalam konteks global, dibahas pula isu-isu seperti perdagangan internasional, nilai tukar, aliran modal, dan interdependensi antarnegara. Artikel ini ditutup dengan analisis tantangan makroekonomi kontemporer, termasuk dampak pandemi COVID-19, lonjakan inflasi global, ketimpangan sosial, perubahan iklim, digitalisasi ekonomi, serta fragmentasi geopolitik. Dengan pendekatan berbasis literatur ilmiah dan data empiris, artikel ini memberikan wawasan mendalam bagi akademisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat umum mengenai pentingnya ekonomi makro dalam menghadapi dinamika ekonomi modern.

Kata kunci: Ekonomi Makro, PDB, Inflasi, Pengangguran, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter, Globalisasi, Pertumbuhan Ekonomi, Model IS-LM, Model AD-AS, Perubahan Iklim, Ketimpangan Sosial, Ekonomi Digital.


PEMBAHASAN

Kajian Ekonomi Makro Berdasarkan Referensi Kredibel


1.           Pendahuluan

Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan negara membuat pilihan dalam menghadapi kelangkaan sumber daya. Dalam praktiknya, ekonomi dibagi ke dalam dua cabang utama: ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro berfokus pada perilaku unit-unit ekonomi individual, seperti rumah tangga dan perusahaan, sedangkan ekonomi makro menganalisis fenomena ekonomi secara agregat, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, dan kebijakan fiskal serta moneter suatu negara.¹

Ekonomi makro lahir sebagai respons terhadap kebutuhan untuk memahami dan menangani persoalan ekonomi berskala besar yang tidak bisa dijelaskan hanya melalui pendekatan mikro. Terutama setelah terjadinya Great Depression pada tahun 1930-an, para ekonom menyadari perlunya suatu pendekatan baru dalam memahami dinamika ekonomi secara menyeluruh. Tokoh penting yang berjasa besar dalam kelahiran ekonomi makro modern adalah John Maynard Keynes, melalui karya monumentalnya The General Theory of Employment, Interest, and Money (1936). Dalam karyanya, Keynes mengkritik anggapan klasik bahwa pasar selalu cenderung menuju keseimbangan secara otomatis. Ia mengajukan pandangan bahwa permintaan agregat memiliki peran sentral dalam menentukan tingkat aktivitas ekonomi.²

Studi ekonomi makro menjadi penting karena ia menyentuh aspek kehidupan ekonomi yang luas dan memengaruhi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Permasalahan seperti kenaikan harga barang (inflasi), tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, hingga stabilitas nilai tukar adalah isu-isu yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi makro yang baik diperlukan untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan.³

Selain itu, pemahaman terhadap ekonomi makro menjadi semakin penting dalam era globalisasi ekonomi saat ini. Krisis keuangan global, fluktuasi harga komoditas, serta interkoneksi antarnegara melalui perdagangan dan investasi lintas batas menuntut negara-negara untuk mampu merespons dengan kebijakan makro yang adaptif dan terukur.⁴ Dengan demikian, ekonomi makro bukan hanya bersifat teoritis, tetapi memiliki peran aplikatif yang strategis dalam perumusan kebijakan publik.

Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sistematis dan menyeluruh mengenai ekonomi makro. Pembahasan akan mencakup konsep-konsep dasar, ruang lingkup, model-model utama, kebijakan ekonomi, serta tantangan kontemporer yang dihadapi dalam konteks nasional maupun global. Diharapkan, melalui artikel ini, pembaca memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang dinamika perekonomian modern dan peran vital ekonomi makro dalam menjaga stabilitas dan kemajuan ekonomi suatu negara.


Footnotes

[1]                N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston: Cengage Learning, 2021), 5.

[2]                John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest, and Money (London: Macmillan, 1936), 3–4.

[3]                Olivier Blanchard and David R. Johnson, Macroeconomics, 7th ed. (Boston: Pearson, 2017), 8–10.

[4]                Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, and Richard Startz, Macroeconomics, 12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 22–25.


2.           Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Makro

2.1.       Pengertian Ekonomi Makro

Ekonomi makro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku ekonomi secara keseluruhan (agregat), termasuk bagaimana interaksi antarvariabel besar seperti pendapatan nasional, tingkat pengangguran, inflasi, konsumsi agregat, investasi, dan perdagangan internasional memengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.¹ Dalam definisi yang lebih praktis, ekonomi makro berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti: mengapa terjadi inflasi? Apa penyebab resesi? Bagaimana cara menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan?

Menurut N. Gregory Mankiw, ekonomi makro menganalisis fenomena secara keseluruhan, dengan fokus pada variabel agregat untuk memahami pergerakan dan dinamika ekonomi dalam skala luas.² Sebaliknya, ekonomi mikro lebih melihat pada keputusan individu dan pasar tertentu. Ekonomi makro bekerja dalam skala nasional maupun global, mengamati pola-pola besar yang tidak bisa dijelaskan hanya melalui unit-unit ekonomi individual.

Konsep ini diperkuat oleh pandangan Blanchard dan Johnson yang menyebutkan bahwa ekonomi makro mencakup studi terhadap penentuan pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi jangka pendek (siklus bisnis), serta kebijakan ekonomi pemerintah untuk mengelola output dan stabilitas harga.³

2.2.       Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro

Sebagai cabang ilmu yang relatif baru, ekonomi makro mulai dikenal luas setelah terjadinya Great Depression tahun 1930-an, ketika teori-teori klasik tidak mampu menjelaskan tingkat pengangguran yang tinggi dan terjadinya stagnasi ekonomi. Dalam situasi tersebut, muncul pemikiran revolusioner dari John Maynard Keynes yang menekankan pentingnya permintaan agregat dalam menentukan tingkat output dan pekerjaan.⁴

Karya Keynes, The General Theory of Employment, Interest, and Money, menjadi titik balik lahirnya ekonomi makro sebagai disiplin tersendiri. Keynes menyatakan bahwa intervensi pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter sangat penting untuk menjaga kestabilan ekonomi, terutama ketika mekanisme pasar tidak mampu mencapai keseimbangan secara otomatis.⁵ Pandangan ini membuka jalan bagi perkembangan teori-teori ekonomi makro modern, baik dalam pendekatan Keynesian maupun neoklasik.

2.3.       Ruang Lingkup Ekonomi Makro

Ruang lingkup ekonomi makro sangat luas dan mencakup berbagai aspek penting dari perekonomian. Beberapa topik utama yang menjadi perhatian utama dalam studi ekonomi makro adalah:

1)                  Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi

Studi tentang bagaimana suatu negara menghasilkan barang dan jasa serta bagaimana PDB (Produk Domestik Bruto) tumbuh dari waktu ke waktu. Hal ini juga mencakup analisis terhadap faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan jangka panjang seperti akumulasi modal, kemajuan teknologi, dan peningkatan produktivitas.⁶

2)                  Inflasi dan Stabilitas Harga

Inflasi terjadi ketika tingkat harga umum barang dan jasa meningkat. Ekonomi makro mempelajari penyebab inflasi, dampaknya terhadap daya beli masyarakat, serta strategi kebijakan untuk mengendalikannya.⁷

3)                  Pengangguran dan Ketenagakerjaan

Salah satu fokus utama ekonomi makro adalah memahami tingkat pengangguran dan bagaimana menciptakan kondisi yang mendukung penciptaan lapangan kerja. Hal ini berkaitan dengan analisis siklus bisnis dan kebijakan untuk stabilisasi ekonomi.⁸

4)                  Kebijakan Fiskal dan Moneter

Ekonomi makro menganalisis bagaimana pemerintah menggunakan kebijakan fiskal (pengeluaran dan pajak) serta kebijakan moneter (pengaturan jumlah uang beredar dan suku bunga) untuk memengaruhi permintaan agregat dan menstabilkan ekonomi.⁹

5)                  Perdagangan Internasional dan Nilai Tukar

Dalam era globalisasi, ekonomi makro juga mencakup kajian tentang hubungan ekonomi antarnegara, seperti ekspor-impor, neraca pembayaran, nilai tukar mata uang, dan dampaknya terhadap perekonomian domestik.¹⁰

Melalui cakupan tersebut, ekonomi makro menjadi alat penting dalam membantu pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku ekonomi dalam merancang kebijakan yang efektif guna menciptakan kestabilan dan kesejahteraan ekonomi.


Footnotes

[1]                Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Economics, 19th ed. (New York: McGraw-Hill, 2010), 452.

[2]                N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston: Cengage Learning, 2021), 28.

[3]                Olivier Blanchard dan David R. Johnson, Macroeconomics, 7th ed. (Boston: Pearson, 2017), 9.

[4]                Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Richard Startz, Macroeconomics, 12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 40.

[5]                John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest, and Money (London: Macmillan, 1936), 5–6.

[6]                Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W. Norton & Company, 2016), 65–67.

[7]                Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking and Financial Markets, 11th ed. (New York: Pearson, 2019), 110–112.

[8]                Mankiw, Principles of Economics, 232–234.

[9]                Blanchard dan Johnson, Macroeconomics, 194–196.

[10]             Dornbusch, Fischer, dan Startz, Macroeconomics, 366–368.


3.           Konsep-konsep Dasar dalam Ekonomi Makro

Ekonomi makro sebagai disiplin ilmu memiliki sejumlah konsep utama yang menjadi fondasi dalam menganalisis kondisi dan kebijakan ekonomi pada tingkat nasional maupun global. Pemahaman terhadap konsep-konsep dasar ini sangat penting karena menjadi alat untuk mengukur kinerja ekonomi serta dasar bagi penyusunan kebijakan ekonomi yang efektif. Beberapa konsep kunci tersebut meliputi Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan pendapatan nasional.

3.1.       Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai total dari seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara selama periode tertentu, biasanya dalam satu tahun. PDB menjadi indikator utama dalam mengukur output ekonomi suatu negara.¹ PDB dapat dihitung melalui tiga pendekatan: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.²

Terdapat dua jenis PDB yang umum digunakan: PDB nominal, yang dihitung berdasarkan harga pasar saat ini, dan PDB riil, yang disesuaikan dengan inflasi sehingga mencerminkan pertumbuhan volume output sebenarnya.³ PDB per kapita juga sering digunakan sebagai indikator kesejahteraan ekonomi suatu negara.

Meskipun PDB merupakan indikator penting, banyak ekonom mengingatkan bahwa PDB bukanlah ukuran sempurna untuk menilai kesejahteraan masyarakat, karena tidak memperhitungkan distribusi pendapatan, kualitas lingkungan, atau pekerjaan informal.⁴

3.2.       Inflasi

Inflasi adalah peningkatan umum dalam tingkat harga barang dan jasa dari waktu ke waktu. Tingkat inflasi diukur dengan menggunakan indeks harga, seperti Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Harga Produsen (IHP).⁵ Inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat mengikis daya beli masyarakat, sementara deflasi (penurunan harga secara umum) dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Menurut Frederic S. Mishkin, inflasi dapat disebabkan oleh dua faktor utama: inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) yang terjadi ketika permintaan agregat melebihi kapasitas produksi, dan inflasi desakan biaya (cost-push inflation) yang dipicu oleh kenaikan biaya produksi.⁶

Bank sentral memainkan peran penting dalam mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter, khususnya dengan mengatur jumlah uang beredar dan suku bunga.⁷

3.3.       Pengangguran

Pengangguran adalah kondisi ketika sebagian angkatan kerja yang siap dan bersedia bekerja tidak mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran sering dijadikan indikator untuk menilai kesehatan pasar tenaga kerja. Terdapat beberapa jenis pengangguran yang umum dikenali dalam ekonomi makro:

·                     Pengangguran friksional: disebabkan oleh transisi sementara antara pekerjaan

·                     Pengangguran struktural: terjadi karena ketidaksesuaian keterampilan atau lokasi

·                     Pengangguran siklis: berkaitan erat dengan fluktuasi dalam siklus bisnis⁸

Salah satu hubungan yang terkenal dalam kajian inflasi dan pengangguran adalah Kurva Phillips, yang menunjukkan hubungan jangka pendek antara inflasi dan pengangguran.⁹ Namun dalam jangka panjang, hubungan ini menjadi kurang relevan seiring dengan penyesuaian ekspektasi masyarakat terhadap inflasi.¹⁰

3.4.       Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan kapasitas suatu negara dalam memproduksi barang dan jasa dari waktu ke waktu, yang biasanya diukur melalui pertumbuhan PDB riil.¹¹ Faktor-faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi meliputi akumulasi modal fisik, peningkatan kualitas sumber daya manusia, kemajuan teknologi, dan kebijakan ekonomi yang kondusif.

Model pertumbuhan seperti Model Solow mengilustrasikan bagaimana tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi memengaruhi output jangka panjang.¹² Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tidak hanya membutuhkan peningkatan output, tetapi juga harus memperhatikan aspek distribusi dan keberlanjutan lingkungan.

3.5.       Keseimbangan Pendapatan Nasional

Keseimbangan pendapatan nasional terjadi ketika jumlah pengeluaran agregat dalam perekonomian sama dengan total output yang diproduksi. Dalam model sederhana ekonomi dua sektor (rumah tangga dan perusahaan), keseimbangan ini terjadi ketika konsumsi dan investasi sama dengan pendapatan nasional.¹³

Konsep pengganda (multiplier) juga penting dalam ekonomi makro, yang menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam pengeluaran agregat dapat menghasilkan perubahan yang lebih besar dalam pendapatan nasional. Hal ini menjadi dasar bagi kebijakan fiskal ekspansif dalam mendorong perekonomian.¹⁴

Model-model seperti model AD-AS (Aggregate Demand – Aggregate Supply) digunakan untuk menganalisis keseimbangan secara lebih kompleks, dengan memperhitungkan peran harga dan output secara bersamaan dalam jangka pendek dan jangka panjang.¹⁵


Footnotes

[1]                N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston: Cengage Learning, 2021), 490.

[2]                Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Economics, 19th ed. (New York: McGraw-Hill, 2010), 478.

[3]                Olivier Blanchard dan David R. Johnson, Macroeconomics, 7th ed. (Boston: Pearson, 2017), 42–44.

[4]                Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W. Norton & Company, 2016), 82.

[5]                Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Richard Startz, Macroeconomics, 12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 88.

[6]                Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking and Financial Markets, 11th ed. (New York: Pearson, 2019), 114.

[7]                Mankiw, Principles of Economics, 542–543.

[8]                Blanchard dan Johnson, Macroeconomics, 109–111.

[9]                A.W. Phillips, “The Relation Between Unemployment and the Rate of Change of Money Wage Rates in the United Kingdom, 1861–1957,” Economica 25, no. 100 (1958): 283–299.

[10]             Mankiw, Principles of Economics, 633.

[11]             Jones, Macroeconomics, 100–101.

[12]             Robert M. Solow, “A Contribution to the Theory of Economic Growth,” Quarterly Journal of Economics 70, no. 1 (1956): 65–94.

[13]             Samuelson dan Nordhaus, Economics, 501.

[14]             Blanchard dan Johnson, Macroeconomics, 135–136.

[15]             Dornbusch, Fischer, dan Startz, Macroeconomics, 212–214.


4.           Kebijakan dalam Ekonomi Makro

Kebijakan ekonomi makro merupakan instrumen utama yang digunakan oleh pemerintah dan bank sentral untuk mengatur dan mengarahkan perekonomian nasional menuju stabilitas, pertumbuhan, dan kesejahteraan masyarakat. Secara umum, terdapat dua jenis kebijakan utama dalam ekonomi makro: kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Keduanya dirancang untuk mengelola permintaan agregat dalam perekonomian, serta mengatasi masalah inflasi, pengangguran, dan fluktuasi ekonomi.

4.1.       Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal merujuk pada tindakan pemerintah dalam menentukan besarnya pajak dan pengeluaran publik guna memengaruhi perekonomian.¹ Dalam konteks Keynesian, kebijakan fiskal dianggap sebagai alat penting untuk menstimulasi permintaan agregat, terutama dalam kondisi resesi atau ketika perekonomian mengalami kekurangan permintaan.²

Terdapat dua bentuk kebijakan fiskal:

·                     Kebijakan fiskal ekspansif: dilakukan dengan cara menurunkan pajak atau meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

·                     Kebijakan fiskal kontraktif: dilakukan dengan menaikkan pajak atau mengurangi belanja negara untuk menahan inflasi yang terlalu tinggi.³

Efektivitas kebijakan fiskal sering kali dipengaruhi oleh multiplier fiskal, yaitu ukuran dari seberapa besar pengaruh suatu perubahan belanja pemerintah terhadap pendapatan nasional.⁴ Namun demikian, implementasi kebijakan fiskal menghadapi tantangan seperti waktu pelaksanaan (time lag), keberlanjutan utang publik, dan koordinasi dengan kebijakan moneter.

4.2.       Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dijalankan oleh bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang beredar dan suku bunga, dengan tujuan menjaga stabilitas harga, mengendalikan inflasi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.⁵ Instrumen utama kebijakan moneter meliputi:

1)                  Operasi Pasar Terbuka (OPT): pembelian atau penjualan surat berharga pemerintah oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang yang beredar.

2)                  Tingkat suku bunga acuan: penyesuaian suku bunga untuk memengaruhi biaya pinjaman dan investasi.

3)                  Cadangan wajib minimum: pengaturan jumlah dana yang harus disimpan bank di bank sentral untuk memengaruhi kemampuan bank dalam memberikan kredit.⁶

Kebijakan moneter juga dapat dibedakan menjadi dua jenis:

·                     Kebijakan moneter ekspansif: digunakan untuk mengatasi pengangguran dengan menurunkan suku bunga dan menambah jumlah uang beredar.

·                     Kebijakan moneter kontraktif: digunakan untuk menahan inflasi dengan menaikkan suku bunga dan mengurangi jumlah uang beredar.⁷

Dalam kerangka kerja modern, banyak bank sentral, termasuk Bank Indonesia, menggunakan inflation targeting framework, di mana tingkat inflasi dijadikan sasaran utama kebijakan moneter.⁸ Transparansi dan komunikasi yang baik dari bank sentral menjadi faktor penting dalam efektivitas kebijakan ini.

4.3.       Koordinasi Fiskal dan Moneter

Efektivitas kebijakan ekonomi makro sangat bergantung pada sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter. Ketidaksinkronan antara keduanya dapat menyebabkan hasil yang kontraproduktif. Sebagai contoh, apabila pemerintah menerapkan kebijakan fiskal ekspansif sementara bank sentral menjalankan kebijakan moneter kontraktif, maka dampak dari kedua kebijakan dapat saling menetralkan.⁹ Oleh karena itu, koordinasi yang baik antara pemerintah dan bank sentral menjadi penting, terutama dalam situasi krisis atau resesi ekonomi.

4.4.       Kebijakan Penanggulangan Inflasi dan Pengangguran

Kedua masalah ini merupakan fokus utama dalam perumusan kebijakan makro. Dalam mengatasi inflasi, kebijakan moneter kontraktif cenderung menjadi pilihan utama, sedangkan dalam mengatasi pengangguran, kebijakan fiskal ekspansif seperti program infrastruktur dan bantuan sosial menjadi penting.¹⁰

Namun, kebijakan ini sering menghadapi trade-off, sebagaimana diilustrasikan oleh Kurva Phillips yang menunjukkan adanya hubungan terbalik antara inflasi dan pengangguran dalam jangka pendek.¹¹ Meskipun hubungan ini tidak berlaku secara ketat dalam jangka panjang, ia tetap menjadi acuan penting dalam strategi kebijakan jangka pendek.


Footnotes

[1]                N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston: Cengage Learning, 2021), 583.

[2]                John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest, and Money (London: Macmillan, 1936), 128–130.

[3]                Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Economics, 19th ed. (New York: McGraw-Hill, 2010), 668–669.

[4]                Olivier Blanchard dan David R. Johnson, Macroeconomics, 7th ed. (Boston: Pearson, 2017), 149.

[5]                Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking and Financial Markets, 11th ed. (New York: Pearson, 2019), 321–323.

[6]                Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Richard Startz, Macroeconomics, 12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 145.

[7]                Mankiw, Principles of Economics, 585.

[8]                Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia 2023 (Jakarta: Bank Indonesia, 2023), 45.

[9]                Blanchard dan Johnson, Macroeconomics, 199.

[10]             Jones, Charles I., Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W. Norton & Company, 2016), 157.

[11]             A.W. Phillips, “The Relation Between Unemployment and the Rate of Change of Money Wage Rates in the United Kingdom, 1861–1957,” Economica 25, no. 100 (1958): 283–299.


5.           Model-model Ekonomi Makro

Dalam ilmu ekonomi makro, model digunakan sebagai alat untuk menjelaskan, meramalkan, dan menganalisis perilaku ekonomi agregat. Model-model ini menyederhanakan kenyataan agar hubungan antar variabel ekonomi dapat dipahami secara sistematis. Melalui model, para ekonom dapat mengkaji dampak kebijakan ekonomi, perubahan harga, pertumbuhan output, serta dinamika pasar tenaga kerja dan sektor moneter. Beberapa model utama yang menjadi fondasi dalam studi ekonomi makro adalah model IS-LM, model AD-AS, dan model pertumbuhan Solow.

5.1.       Model IS-LM (Investment-Saving – Liquidity Preference-Money Supply)

Model IS-LM pertama kali dikembangkan oleh John Hicks dan Alvin Hansen sebagai bentuk formal dari teori Keynes.¹ Model ini menjelaskan keseimbangan dalam perekonomian jangka pendek melalui interaksi antara sektor riil (pasar barang) dan sektor moneter (pasar uang).

·                     Kurva IS menggambarkan kombinasi tingkat bunga dan output di mana pasar barang berada dalam keseimbangan, yaitu saat investasi (I) sama dengan tabungan (S).

·                     Kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan output yang menjaga keseimbangan di pasar uang, berdasarkan preferensi likuiditas dan penawaran uang.²

Model IS-LM sangat berguna untuk menganalisis pengaruh kebijakan fiskal dan moneter terhadap pendapatan nasional dan tingkat bunga dalam jangka pendek.³ Namun, model ini memiliki keterbatasan karena tidak mempertimbangkan aspek harga dan inflasi, sehingga lebih cocok digunakan dalam analisis ekonomi pada situasi dengan harga yang relatif tetap.

5.2.       Model AD-AS (Aggregate Demand – Aggregate Supply)

Model permintaan dan penawaran agregat (AD-AS) adalah model yang menjelaskan keseimbangan umum antara total permintaan dan total penawaran barang dan jasa dalam perekonomian. Model ini digunakan untuk memahami fluktuasi output dan harga dalam jangka pendek maupun jangka panjang.⁴

·                     Kurva AD (Aggregate Demand) menunjukkan hubungan negatif antara tingkat harga umum dan output agregat yang diminta. Kurva ini dipengaruhi oleh komponen pengeluaran agregat: konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto.

·                     Kurva AS (Aggregate Supply) menggambarkan jumlah output yang bersedia diproduksi oleh perusahaan pada tingkat harga tertentu. Dalam jangka pendek, kurva AS biasanya naik ke atas, mencerminkan rigiditas harga dan upah; dalam jangka panjang, kurva AS bersifat vertikal pada tingkat output potensial.⁵

Model AD-AS menjadi sangat berguna dalam menjelaskan fenomena seperti inflasi, stagflasi, dan dampak guncangan permintaan maupun penawaran. Selain itu, model ini juga membantu dalam menjelaskan efek kebijakan makro terhadap harga dan output.⁶

5.3.       Model Pertumbuhan Ekonomi Solow

Model Solow-Swan, yang dikembangkan secara independen oleh Robert Solow dan Trevor Swan, merupakan model pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang sangat berpengaruh. Model ini menjelaskan bagaimana akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja, dan kemajuan teknologi berkontribusi terhadap pertumbuhan output per kapita.⁷

Ciri utama model Solow adalah adanya konvergensi: negara-negara yang memiliki tingkat modal awal lebih rendah akan tumbuh lebih cepat daripada negara kaya, dengan asumsi semua negara memiliki tingkat tabungan dan teknologi yang sama.⁸ Dalam versi dasarnya, pertumbuhan jangka panjang hanya dapat dicapai melalui kemajuan teknologi eksogen, bukan melalui peningkatan tabungan atau akumulasi modal semata.

Model ini digunakan untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang serta menjelaskan perbedaan tingkat pendapatan antarnegara.⁹ Meski begitu, model Solow juga dikritik karena tidak menjelaskan sumber kemajuan teknologi secara internal, sehingga memunculkan model-model pertumbuhan endogen sebagai alternatif.


5.4.       Model Tambahan: DSGE dan Model Keynesian Baru

Dalam literatur kontemporer, para ekonom juga menggunakan Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE) models yang lebih kompleks dan berbasis mikro, untuk menganalisis efek kebijakan ekonomi makro di bawah ketidakpastian dan interaksi antaragen ekonomi.¹⁰ Model ini banyak digunakan oleh bank sentral untuk proyeksi dan simulasi kebijakan.

Selain itu, model Keynesian baru (New Keynesian Models) mengintegrasikan unsur-unsur dari teori mikroekonomi seperti rigiditas harga dan ekspektasi rasional ke dalam kerangka kerja makro yang dinamis, menjadikan model lebih realistis dalam menjelaskan dinamika siklus bisnis.¹¹


Footnotes

[1]                John R. Hicks, “Mr. Keynes and the ‘Classics’; A Suggested Interpretation,” Econometrica 5, no. 2 (1937): 147–159.

[2]                Olivier Blanchard and David R. Johnson, Macroeconomics, 7th ed. (Boston: Pearson, 2017), 188–191.

[3]                N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston: Cengage Learning, 2021), 656.

[4]                Paul A. Samuelson and William D. Nordhaus, Economics, 19th ed. (New York: McGraw-Hill, 2010), 597–599.

[5]                Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, and Richard Startz, Macroeconomics, 12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 236–239.

[6]                Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W. Norton & Company, 2016), 122–124.

[7]                Robert M. Solow, “A Contribution to the Theory of Economic Growth,” Quarterly Journal of Economics 70, no. 1 (1956): 65–94.

[8]                Mankiw, Principles of Economics, 712.

[9]                Blanchard and Johnson, Macroeconomics, 265–270.

[10]             Lawrence J. Christiano, Martin Eichenbaum, and Charles L. Evans, “Nominal Rigidities and the Dynamic Effects of a Shock to Monetary Policy,” Journal of Political Economy 113, no. 1 (2005): 1–45.

[11]             David Romer, Advanced Macroeconomics, 5th ed. (New York: McGraw-Hill, 2019), 205–209.


6.           Ekonomi Makro dalam Konteks Global

Dalam era globalisasi ekonomi, pemahaman terhadap ekonomi makro tidak dapat lagi dibatasi dalam lingkup domestik semata. Interkoneksi antarnegara melalui perdagangan internasional, aliran modal, tenaga kerja, dan teknologi telah menciptakan sistem ekonomi global yang saling bergantung. Oleh karena itu, analisis ekonomi makro modern menuntut perhatian terhadap dinamika eksternal yang memengaruhi perekonomian suatu negara secara signifikan.¹

6.1.       Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran

Perdagangan internasional memainkan peran penting dalam perekonomian global. Melalui ekspor dan impor, negara-negara dapat mengakses barang dan jasa yang tidak tersedia secara lokal, sekaligus mendorong efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.² Aktivitas perdagangan internasional tercermin dalam neraca pembayaran (balance of payments), yang terdiri dari dua komponen utama: neraca transaksi berjalan (current account) dan neraca modal dan finansial (capital and financial account)

Ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran dapat mengindikasikan tekanan terhadap nilai tukar, ketergantungan terhadap pembiayaan luar negeri, atau daya saing produk domestik. Oleh karena itu, neraca pembayaran merupakan indikator penting dalam evaluasi stabilitas ekonomi makro secara global.⁴

6.2.       Kurs Valuta Asing dan Sistem Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang (foreign exchange rate) adalah harga relatif antara mata uang domestik dan mata uang asing. Nilai tukar memengaruhi harga barang ekspor dan impor, serta memengaruhi arus modal internasional.⁵

Dalam sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate), nilai tukar ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang. Sebaliknya, dalam sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate), pemerintah atau bank sentral mempertahankan nilai tukar pada level tertentu melalui intervensi pasar.⁶

Fluktuasi nilai tukar yang tajam dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi, memicu inflasi impor, atau memengaruhi neraca perdagangan. Oleh karena itu, kebijakan nilai tukar dan intervensi pasar valuta asing merupakan bagian integral dari kebijakan makro ekonomi terbuka.⁷

6.3.       Mobilitas Modal dan Globalisasi Keuangan

Era globalisasi telah meningkatkan mobilitas modal secara signifikan. Investasi portofolio dan investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) telah menjadi sumber penting bagi pembiayaan pembangunan di banyak negara berkembang.⁸ Namun, mobilitas modal yang tinggi juga membawa risiko, terutama dalam bentuk volatilitas aliran modal jangka pendek, yang dapat memicu krisis keuangan seperti yang terjadi di Asia tahun 1997 dan krisis global 2008.⁹

Untuk mengelola risiko ini, lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia memainkan peran dalam pengawasan makroekonomi global, pemberian bantuan keuangan, serta penyusunan kebijakan yang mendukung stabilitas ekonomi internasional.¹⁰

6.4.       Dampak Krisis Ekonomi Global

Krisis ekonomi global menunjukkan bagaimana guncangan di satu negara atau wilayah dapat menyebar dan berdampak luas terhadap perekonomian negara lain melalui kanal perdagangan, keuangan, dan ekspektasi pasar. Misalnya, krisis keuangan global 2008 yang bermula dari pasar perumahan AS berdampak pada perlambatan ekonomi dunia dan menurunnya permintaan ekspor dari negara berkembang.¹¹

Ekonomi makro dalam konteks global memerlukan respons kebijakan yang tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga koordinatif di tingkat internasional. G20, misalnya, memainkan peran penting dalam mengoordinasikan stimulus fiskal dan moneter global pasca krisis 2008.¹²

6.5.       Tantangan Makroekonomi Global Kontemporer

Beberapa tantangan makroekonomi yang dihadapi dunia saat ini antara lain:

·                     Ketimpangan global antara negara maju dan berkembang dalam distribusi kekayaan dan akses terhadap teknologi.

·                     Perubahan iklim, yang menuntut transisi energi dan transformasi sistem produksi.¹³

·                     Geopolitik dan proteksionisme, yang dapat memicu fragmentasi ekonomi dunia.

·                     Digitalisasi ekonomi, yang memengaruhi struktur pasar tenaga kerja, produktivitas, serta arsitektur kebijakan moneter dan fiskal.¹⁴

Isu-isu tersebut menunjukkan bahwa analisis ekonomi makro harus terus berkembang dan mengadopsi pendekatan yang inklusif, adaptif, dan kolaboratif lintas negara.


Footnotes

[1]                Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W. Norton & Company, 2016), 380.

[2]                Paul R. Krugman and Maurice Obstfeld, International Economics: Theory and Policy, 10th ed. (Boston: Pearson, 2015), 3–5.

[3]                Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, and Richard Startz, Macroeconomics, 12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 372.

[4]                Olivier Blanchard and David R. Johnson, Macroeconomics, 7th ed. (Boston: Pearson, 2017), 321–322.

[5]                N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston: Cengage Learning, 2021), 736.

[6]                Krugman and Obstfeld, International Economics, 417.

[7]                Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking and Financial Markets, 11th ed. (New York: Pearson, 2019), 641–643.

[8]                Blanchard and Johnson, Macroeconomics, 328.

[9]                Barry Eichengreen, Globalizing Capital: A History of the International Monetary System, 2nd ed. (Princeton: Princeton University Press, 2008), 200.

[10]             International Monetary Fund, World Economic Outlook October 2023: Navigating Global Divergences (Washington, D.C.: IMF, 2023), 16–18.

[11]             Carmen M. Reinhart and Kenneth S. Rogoff, This Time Is Different: Eight Centuries of Financial Folly (Princeton: Princeton University Press, 2009), 225–230.

[12]             Domenico Lombardi, “The G20 and the Global Economy,” Global Economy Journal 9, no. 3 (2009): 1–12.

[13]             Nicholas Stern, The Economics of Climate Change: The Stern Review (Cambridge: Cambridge University Press, 2007), 13–14.

[14]             IMF, Digital Finance and Financial Inclusion in the Post-COVID World, IMF Staff Discussion Note, March 2022.


7.           Tantangan dan Isu Terkini dalam Ekonomi Makro

Dalam dekade terakhir, dunia menghadapi berbagai tantangan yang secara langsung menguji efektivitas teori dan kebijakan ekonomi makro konvensional. Dinamika global yang semakin kompleks menuntut pendekatan ekonomi makro yang lebih adaptif, inklusif, dan kolaboratif. Tantangan-tantangan ini bukan hanya bersifat siklus, tetapi juga struktural, yang menuntut reformasi mendalam pada tataran kebijakan fiskal, moneter, dan kelembagaan.

7.1.       Dampak Krisis Ekonomi Global dan Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 merupakan salah satu guncangan ekonomi terbesar abad ke-21, yang berdampak pada hampir semua aspek kehidupan ekonomi, mulai dari permintaan dan penawaran agregat, pasar tenaga kerja, hingga sistem keuangan global.¹

Penerapan kebijakan lockdown menyebabkan kontraksi ekonomi besar-besaran, mendorong banyak negara untuk menerapkan kebijakan fiskal dan moneter ekspansif dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.²

Konsekuensinya adalah peningkatan tajam utang publik, penurunan produktivitas, serta tekanan inflasi akibat gangguan rantai pasok global.³ Pandemi juga memperlihatkan pentingnya sinergi antara kebijakan ekonomi dan sektor kesehatan, serta ketahanan sistem sosial dan fiskal negara.

7.2.       Inflasi Global dan Perubahan Kebijakan Moneter

Pasca pandemi, banyak negara mengalami lonjakan inflasi yang signifikan, didorong oleh pemulihan permintaan yang cepat, disrupsi rantai pasok, dan konflik geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina yang memicu kenaikan harga energi dan pangan.⁴

Bank sentral di berbagai negara, termasuk Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa, merespons dengan menaikkan suku bunga acuan secara agresif, menandai perubahan besar dari era suku bunga rendah sebelumnya.⁵

Perubahan arah kebijakan ini menimbulkan tantangan baru: di satu sisi menekan inflasi, namun di sisi lain meningkatkan risiko perlambatan ekonomi dan kegagalan pembayaran utang, khususnya di negara-negara berkembang dengan beban utang tinggi.⁶

7.3.       Ketimpangan Ekonomi dan Inklusi Sosial

Ketimpangan pendapatan dan kekayaan menjadi perhatian utama dalam ekonomi makro kontemporer. Menurut Thomas Piketty, tren peningkatan akumulasi kekayaan di tangan minoritas elite global telah menciptakan disparitas sosial yang tajam.⁷

Ketimpangan ini tidak hanya berdampak pada stabilitas sosial, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang karena melemahkan permintaan agregat dan menurunkan produktivitas.⁸

Sebagai respons, banyak negara mulai mempertimbangkan kebijakan redistributif seperti pajak kekayaan, jaminan sosial, dan peningkatan belanja pendidikan sebagai bagian dari kerangka makroekonomi yang inklusif.⁹

7.4.       Perubahan Iklim dan Transisi Ekonomi Hijau

Krisis iklim menjadi tantangan jangka panjang yang menuntut transformasi besar dalam struktur ekonomi global. Perubahan cuaca ekstrem, penurunan produktivitas pertanian, dan bencana alam akibat pemanasan global memengaruhi variabel-variabel makro seperti harga pangan, migrasi tenaga kerja, dan anggaran negara.¹⁰

Ekonomi makro modern ditantang untuk mengintegrasikan variabel lingkungan ke dalam model pertumbuhan dan kebijakan fiskal.¹¹ Strategi transisi menuju ekonomi hijau, seperti investasi energi terbarukan, pajak karbon, dan subsidi kendaraan listrik, kini menjadi bagian dari perencanaan jangka panjang banyak negara.¹²

7.5.       Digitalisasi Ekonomi dan Teknologi Finansial

Revolusi digital, termasuk berkembangnya fintech, cryptocurrency, dan kecerdasan buatan, telah mengubah wajah sistem ekonomi global. Perubahan ini membawa peluang besar untuk efisiensi, tetapi juga menimbulkan tantangan bagi otoritas moneter dan fiskal, seperti pengawasan terhadap sistem pembayaran digital, volatilitas pasar aset digital, dan perlindungan konsumen.¹³

Bank sentral kini mulai mengeksplorasi penerbitan mata uang digital bank sentral (CBDC) sebagai bentuk adaptasi terhadap sistem keuangan digital.¹⁴ Namun, transformasi ini menuntut kerangka regulasi baru yang seimbang antara inovasi dan stabilitas ekonomi makro.

7.6.       Fragmentasi Global dan Ketidakpastian Geopolitik

Ketegangan geopolitik yang meningkat, proteksionisme perdagangan, serta ketergantungan strategis pada sumber daya tertentu telah memunculkan tren “deglobalisasi”.¹⁵

Kondisi ini menantang arsitektur ekonomi global yang selama ini dibangun atas dasar liberalisasi pasar dan kerja sama internasional. Akibatnya, banyak negara mulai mengevaluasi ulang strategi industrinya dan mendorong kemandirian ekonomi nasional.

Situasi ini menambah kompleksitas kebijakan makro karena ketidakpastian geopolitik sering kali berdampak pada aliran modal, harga komoditas, dan sentimen pasar.


Footnotes

[1]                International Monetary Fund, World Economic Outlook April 2021: Managing Divergent Recoveries (Washington, D.C.: IMF, 2021), 7.

[2]                N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston: Cengage Learning, 2021), 802–805.

[3]                Olivier Blanchard and Jean Pisani-Ferry, “Fiscal Policy in the Age of COVID: Does It Matter and Why?” Policy Brief no. 20-11, Peterson Institute for International Economics, April 2020.

[4]                World Bank, Global Economic Prospects January 2023: Darkening Skies (Washington, D.C.: World Bank, 2023), 9–11.

[5]                Federal Reserve, Monetary Policy Report, July 2023.

[6]                Carmen M. Reinhart and Kenneth S. Rogoff, This Time Is Different: Eight Centuries of Financial Folly (Princeton: Princeton University Press, 2009), 273.

[7]                Thomas Piketty, Capital in the Twenty-First Century (Cambridge: Harvard University Press, 2014), 257–259.

[8]                Joseph Stiglitz, “Inequality and Economic Growth,” in The Price of Inequality (New York: W.W. Norton & Company, 2012), 89–92.

[9]                IMF, Fiscal Monitor October 2022: Helping People Bounce Back (Washington, D.C.: IMF, 2022), 34–36.

[10]             Nicholas Stern, The Economics of Climate Change: The Stern Review (Cambridge: Cambridge University Press, 2007), xv.

[11]             Partha Dasgupta, The Economics of Biodiversity: The Dasgupta Review (London: HM Treasury, 2021), 21–23.

[12]             World Bank, State and Trends of Carbon Pricing 2023 (Washington, D.C.: World Bank, 2023), 5–7.

[13]             Bank for International Settlements, Annual Economic Report 2022, Chapter III: “The Future Monetary System.”

[14]             IMF, Digital Money and Central Banks: Balancing Innovation and Risk, IMF Policy Paper, March 2022.

[15]             World Economic Forum, Chief Economists Outlook Q2 2023: Fragmentation and Uncertainty, May 2023.


8.           Kesimpulan

Ekonomi makro merupakan salah satu cabang utama dalam ilmu ekonomi yang memiliki peranan krusial dalam memahami, menganalisis, dan mengarahkan dinamika perekonomian secara agregat. Dengan menitikberatkan kajian pada variabel-variabel besar seperti pendapatan nasional, inflasi, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan eksternal, ekonomi makro menjadi alat vital dalam perumusan kebijakan publik yang bertujuan untuk mencapai stabilitas dan kesejahteraan sosial.¹

Pembahasan komprehensif dalam artikel ini menunjukkan bahwa ekonomi makro tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga sangat aplikatif dalam menghadapi tantangan ekonomi nyata. Konsep-konsep dasar seperti Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, dan keseimbangan pendapatan nasional memberikan kerangka awal untuk memahami kondisi ekonomi suatu negara.² Sementara itu, kebijakan fiskal dan moneter menjadi instrumen utama yang digunakan oleh otoritas negara untuk mengendalikan fluktuasi ekonomi, menjaga stabilitas harga, serta menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan.³

Model-model ekonomi makro seperti IS-LM, AD-AS, dan model pertumbuhan Solow memberikan landasan teoritis dalam menjelaskan bagaimana variabel-variabel ekonomi saling berinteraksi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Model-model ini juga sangat penting dalam proses simulasi dan evaluasi kebijakan ekonomi.⁴

Dalam konteks global, ekonomi makro semakin kompleks dan saling terhubung melalui perdagangan internasional, pergerakan modal, nilai tukar, serta lembaga-lembaga keuangan global.⁵ Krisis ekonomi seperti pandemi COVID-19 dan perang geopolitik telah menunjukkan bahwa kebijakan makro tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor eksternal dan memerlukan respons yang cepat, terkoordinasi, dan berbasis data.

Tantangan masa kini seperti inflasi global, ketimpangan ekonomi, perubahan iklim, disrupsi digital, hingga ketegangan geopolitik menuntut adanya pembaruan cara pandang dan metode dalam ekonomi makro.⁶ Para ekonom kini menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tidak cukup hanya diukur dari angka PDB, tetapi harus mencerminkan keberlanjutan lingkungan, keadilan sosial, serta stabilitas institusional.⁷

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekonomi makro berperan sentral dalam menjaga keseimbangan antara efisiensi ekonomi dan keadilan sosial. Pemahaman yang mendalam terhadap prinsip dan dinamika ekonomi makro tidak hanya penting bagi perumus kebijakan, tetapi juga bagi akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat luas. Di tengah perubahan global yang cepat dan tak terduga, ekonomi makro hadir sebagai disiplin ilmu yang terus berkembang untuk menjawab tantangan zaman.


Footnotes

[1]                N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 9th ed. (Boston: Cengage Learning, 2021), 489–491.

[2]                Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Economics, 19th ed. (New York: McGraw-Hill, 2010), 450–452.

[3]                Olivier Blanchard dan David R. Johnson, Macroeconomics, 7th ed. (Boston: Pearson, 2017), 132–135.

[4]                Charles I. Jones, Macroeconomics, 4th ed. (New York: W. W. Norton & Company, 2016), 141–145.

[5]                Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Richard Startz, Macroeconomics, 12th ed. (New York: McGraw-Hill, 2014), 370–375.

[6]                World Bank, Global Economic Prospects January 2023: Darkening Skies (Washington, D.C.: World Bank, 2023), 14–17.

[7]                Partha Dasgupta, The Economics of Biodiversity: The Dasgupta Review (London: HM Treasury, 2021), 4–6.


Daftar Pustaka

Blanchard, O., & Johnson, D. R. (2017). Macroeconomics (7th ed.). Boston, MA: Pearson.

Christiano, L. J., Eichenbaum, M., & Evans, C. L. (2005). Nominal rigidities and the dynamic effects of a shock to monetary policy. Journal of Political Economy, 113(1), 1–45. https://doi.org/10.1086/426038

Dasgupta, P. (2021). The economics of biodiversity: The Dasgupta review. London, UK: HM Treasury.

Dornbusch, R., Fischer, S., & Startz, R. (2014). Macroeconomics (12th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Eichengreen, B. (2008). Globalizing capital: A history of the international monetary system (2nd ed.). Princeton, NJ: Princeton University Press.

Federal Reserve. (2023). Monetary policy report (July). Retrieved from https://www.federalreserve.gov

International Monetary Fund. (2021). World economic outlook April 2021: Managing divergent recoveries. Washington, D.C.: IMF.

International Monetary Fund. (2022). Fiscal monitor October 2022: Helping people bounce back. Washington, D.C.: IMF.

International Monetary Fund. (2022). Digital money and central banks: Balancing innovation and risk. Washington, D.C.: IMF.

International Monetary Fund. (2023). World economic outlook October 2023: Navigating global divergences. Washington, D.C.: IMF.

Jones, C. I. (2016). Macroeconomics (4th ed.). New York, NY: W. W. Norton & Company.

Keynes, J. M. (1936). The general theory of employment, interest, and money. London, UK: Macmillan.

Krugman, P. R., & Obstfeld, M. (2015). International economics: Theory and policy (10th ed.). Boston, MA: Pearson.

Lombardi, D. (2009). The G20 and the global economy. Global Economy Journal, 9(3), 1–12. https://doi.org/10.2202/1524-5861.1513

Mankiw, N. G. (2021). Principles of economics (9th ed.). Boston, MA: Cengage Learning.

Mishkin, F. S. (2019). The economics of money, banking and financial markets (11th ed.). New York, NY: Pearson.

Phillips, A. W. (1958). The relation between unemployment and the rate of change of money wage rates in the United Kingdom, 1861–1957. Economica, 25(100), 283–299. https://doi.org/10.2307/2550759

Piketty, T. (2014). Capital in the twenty-first century (A. Goldhammer, Trans.). Cambridge, MA: Harvard University Press.

Reinhart, C. M., & Rogoff, K. S. (2009). This time is different: Eight centuries of financial folly. Princeton, NJ: Princeton University Press.

Romer, D. (2019). Advanced macroeconomics (5th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (2010). Economics (19th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Solow, R. M. (1956). A contribution to the theory of economic growth. Quarterly Journal of Economics, 70(1), 65–94. https://doi.org/10.2307/1884513

Stern, N. (2007). The economics of climate change: The Stern review. Cambridge, UK: Cambridge University Press.

Stiglitz, J. E. (2012). The price of inequality: How today's divided society endangers our future. New York, NY: W. W. Norton & Company.

World Bank. (2023a). Global economic prospects January 2023: Darkening skies. Washington, D.C.: World Bank.

World Bank. (2023b). State and trends of carbon pricing 2023. Washington, D.C.: World Bank.

World Economic Forum. (2023). Chief economists outlook Q2 2023: Fragmentation and uncertainty. Geneva, Switzerland: WEF.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar