Jumat, 14 Maret 2025

Akidah Akhlak Kelas 11 Bab 6: Akhlak Pergaulan Remaja

Akidah Akhlak

Akhlak Pergaulan Remaja


Nama Satuan       : Madrasah Aliyah Plus Al-Aqsha

Mata Pelajaran     : Akidah Akhlak

Kelas                   : 11 (Sebelas)


Abstrak

Akhlak pergaulan remaja merupakan aspek fundamental dalam Islam yang berperan penting dalam membentuk karakter dan moralitas individu dalam kehidupan sosial. Artikel ini membahas secara komprehensif mengenai konsep akhlak dalam pergaulan remaja berdasarkan kajian terhadap kitab-kitab Islam klasik, pandangan ulama, kitab-kitab akhlak, dan jurnal ilmiah Islami. Pembahasan diawali dengan pemahaman mendalam mengenai definisi akhlak menurut para ulama, serta karakteristik akhlak terpuji yang meliputi sikap jujur, amanah, tawadhu’, menjaga lisan, serta kepedulian sosial. Selanjutnya, artikel ini menguraikan berbagai upaya membentuk akhlak pergaulan remaja, seperti peran pendidikan sejak dini, menuntut ilmu, meneladani akhlak Rasulullah Saw, serta pentingnya memilih lingkungan pergaulan yang baik. Dalam konteks modern, tantangan seperti pengaruh media sosial dan globalisasi menjadi perhatian utama dalam membina akhlak remaja agar tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Hasil kajian menunjukkan bahwa pendidikan akhlak yang efektif harus berbasis pada nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah, dengan melibatkan peran keluarga, sekolah, komunitas, serta pemanfaatan teknologi secara positif. Dengan menerapkan strategi ini, diharapkan remaja dapat menjalani pergaulan yang sehat, harmonis, dan berlandaskan akhlak Islam yang mulia.

Kata Kunci: Akhlak pergaulan, remaja Muslim, pendidikan karakter, kitab Islam klasik, etika sosial, pendidikan akhlak, media sosial dalam Islam.


PEMBAHASAN

Akhlak Pergaulan Remaja


Nama Satuan       : Madrasah Aliyah Plus Al-Aqsha

Mata Pelajaran     : Akidah Akhlak

Kelas                   : 11 (Sebelas)

Bab                      : Bab 6 - Akhlak Pergaulan Remaja


1.           Pendahuluan

1.1.       Latar Belakang

Akhlak merupakan salah satu aspek fundamental dalam kehidupan seorang Muslim, yang mencerminkan kepribadian dan kualitas keimanannya. Dalam konteks pergaulan remaja, akhlak memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan moralitas individu dalam interaksi sosialnya. Islam menekankan pentingnya menjaga adab dan etika dalam bergaul, sebagaimana ditegaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia..." (QS. Al-Baqarah [2] ayat 83).

Ayat ini menegaskan pentingnya berbicara dengan baik dalam pergaulan sosial, yang mencerminkan karakteristik akhlak terpuji yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Selain itu, Rasulullah Saw bersabda:

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا

"Sesungguhnya, orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempatnya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya."_1

Hadits ini menekankan betapa besar kedudukan akhlak dalam Islam, terutama dalam pergaulan sosial. Dalam konteks kehidupan remaja, akhlak yang baik berperan sebagai landasan dalam menghadapi berbagai tantangan moral dan sosial. Namun, di era modern, remaja menghadapi berbagai tantangan pergaulan, seperti pergaulan bebas, pengaruh negatif media sosial, dan krisis identitas yang dapat berdampak buruk terhadap perkembangan moral mereka2.

Tantangan tersebut mengharuskan adanya bimbingan yang komprehensif untuk memahami dan mengamalkan akhlak dalam pergaulan. Kajian terhadap kitab-kitab Islam klasik, pendapat ulama, serta penelitian ilmiah modern menjadi penting dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana seorang remaja Muslim dapat membangun pergaulan yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

1.2.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan utama yang perlu dianalisis dalam kajian ini:

1)                  Apa definisi akhlak pergaulan remaja dalam Islam?

Bagaimana konsep akhlak dijelaskan dalam Al-Qur’an, hadits, dan kitab-kitab Islam klasik?

Bagaimana ulama dan ahli etika Islam mendefinisikan akhlak dalam konteks pergaulan?

2)                  Bagaimana karakteristik akhlak terpuji dalam pergaulan remaja?

Apa saja sifat-sifat utama yang harus dimiliki remaja dalam pergaulannya?

Bagaimana pengaruh akhlak terhadap hubungan sosial remaja dalam kehidupan sehari-hari?

3)                  Apa upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk akhlak terpuji dalam pergaulan remaja?

Apa peran pendidikan Islam dalam membentuk akhlak remaja?

Bagaimana pengaruh lingkungan, keluarga, dan media dalam pembentukan akhlak pergaulan remaja?

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, diharapkan kajian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai pentingnya akhlak dalam pergaulan remaja serta strategi untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

1.3.       Metodologi Kajian

Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif, yang bertujuan untuk menganalisis konsep akhlak dalam pergaulan remaja berdasarkan kitab-kitab Islam klasik, tafsir, hadits, serta pendapat ulama. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1)                  Analisis Kitab-Kitab Islam Klasik

Kajian terhadap kitab-kitab akhlak klasik seperti Ihya' Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, Adab al-Dunya wa al-Din karya Al-Mawardi, dan Tahdzib al-Akhlaq karya Ibnu Miskawaih yang membahas konsep akhlak dalam Islam3.

Telaah kitab tafsir seperti Tafsir Al-Qurthubi dan Tafsir Ibn Kathir untuk memahami penjelasan para ulama tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan akhlak pergaulan.

Kajian terhadap kitab-kitab hadits seperti Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi yang memuat hadits-hadits tentang akhlak dan adab dalam pergaulan.

2)                  Kajian Pendapat Ulama dan Ahli Etika Islam

Analisis terhadap pandangan ulama seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dan Ibnu Khaldun mengenai akhlak dan pergaulan sosial4.

Perbandingan pemikiran ulama klasik dengan pemikir Muslim kontemporer mengenai etika sosial dalam kehidupan modern.

3)                  Studi Literatur Jurnal Ilmiah Islami

Kajian terhadap jurnal-jurnal ilmiah yang membahas akhlak remaja, seperti jurnal Islamic Studies on Moral Education dan Journal of Islamic Ethics, yang memberikan perspektif akademik tentang pentingnya pembentukan karakter dalam pergaulan remaja.

Analisis data dari penelitian terbaru mengenai pengaruh media sosial, lingkungan, dan pendidikan terhadap akhlak remaja Muslim5.

Dengan pendekatan ini, diharapkan kajian ini dapat memberikan wawasan yang holistik dan berbasis referensi ilmiah dalam memahami serta mengaplikasikan akhlak Islam dalam pergaulan remaja.


Catatan Kaki

[1]                Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, no. 2018. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Imam Al-Tirmidzi.

[2]                Yusuf Al-Qaradawi, Pergaulan dalam Islam: Prinsip-Prinsip Dasar dan Relevansinya dengan Zaman Modern (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), 134.

[3]                Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 51.

[4]                Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikr, 2001), 256.

[5]                Muhammad Syahrir, “The Impact of Social Media on Youth Morality in the Digital Era,” Journal of Islamic Ethics 5, no. 2 (2021): 89-103.


2.           Pengertian Akhlak Pergaulan Remaja dalam Islam

2.1.       Definisi Akhlak dalam Perspektif Islam

2.1.1.    Pengertian Akhlak Secara Bahasa dan Istilah

Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (الأخلاق), yang merupakan bentuk jamak dari khuluq (خلق), yang berarti "tabiat, perangai, atau kebiasaan".1 Secara istilah, para ulama memberikan definisi yang beragam mengenai akhlak, namun secara umum mereka sepakat bahwa akhlak adalah sifat yang melekat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak secara spontan tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan mendalam setiap saat.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin mendefinisikan akhlak sebagai:

"Suatu keadaan jiwa yang tertanam kuat dalam diri seseorang yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan."_2

Sementara itu, Ibnu Miskawaih dalam Tahdzib al-Akhlaq menjelaskan bahwa akhlak adalah suatu kondisi jiwa yang menentukan tindakan seseorang, apakah ia bertindak baik atau buruk3. Definisi ini menegaskan bahwa akhlak bukan hanya tindakan lahiriah, tetapi juga mencerminkan keadaan batin seseorang yang secara langsung mempengaruhi perilakunya.

Dalam konteks Islam, akhlak berkaitan erat dengan ajaran tauhid dan ibadah, sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi Saw:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad, no. 8952)4.

Hadits ini menunjukkan bahwa Islam menjadikan akhlak sebagai bagian utama dalam ajaran agama, sehingga seseorang tidak bisa dianggap sempurna keimanannya tanpa memiliki akhlak yang baik.

2.1.2.    Penjelasan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Hadits

Al-Qur’an banyak menekankan pentingnya akhlak dalam kehidupan seorang Muslim. Salah satu ayat yang menyoroti aspek ini adalah firman Allah:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung." (QS. Al-Qalam [68] ayat 4).

Ayat ini menggarisbawahi bahwa Rasulullah Saw adalah teladan utama dalam hal akhlak. Para ulama tafsir seperti Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menjelaskan bahwa akhlak yang agung yang dimaksud dalam ayat ini mencakup semua aspek kehidupan Nabi, termasuk bagaimana beliau berinteraksi dan bergaul dengan orang lain dengan penuh kelembutan, kejujuran, dan kesabaran5.

Selain itu, dalam hadits lain, Rasulullah Saw juga menekankan pentingnya akhlak dengan menyatakan:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Abu Dawud, no. 4682)6.

Hadits ini menghubungkan antara kesempurnaan iman dengan kualitas akhlak seseorang, sehingga semakin baik akhlak seseorang, semakin tinggi pula derajat keimanannya di sisi Allah.

2.2.       Konsep Pergaulan dalam Islam

2.2.1.    Makna Pergaulan dalam Kehidupan Sosial

Dalam Islam, pergaulan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter individu dan masyarakat. Pergaulan yang baik akan membawa seseorang kepada kebaikan, sedangkan pergaulan yang buruk dapat menjerumuskan seseorang kepada tindakan yang tercela. Oleh karena itu, Islam memberikan pedoman jelas mengenai bagaimana seorang Muslim harus bergaul dengan sesama.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan bersamalah dengan orang-orang yang benar." (QS. At-Taubah [9] ayat 119).

Ayat ini menegaskan pentingnya memilih teman yang baik dalam pergaulan. Ulama tafsir seperti Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azim menjelaskan bahwa pergaulan dengan orang-orang yang jujur dan bertakwa akan mempengaruhi seseorang untuk tetap dalam kebaikan dan menghindari keburukan7.

Selain itu, Rasulullah Saw juga memberikan pedoman tentang dampak pergaulan dalam sabdanya:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

"Seseorang itu akan mengikuti agama (cara hidup) sahabatnya, maka hendaklah kalian memperhatikan siapa yang kalian jadikan sahabat." (HR. Abu Dawud, no. 4833)8.

Hadits ini menunjukkan bahwa lingkungan pergaulan memiliki pengaruh besar terhadap akhlak dan keimanan seseorang.

2.2.2.    Batasan Pergaulan dalam Islam

Dalam Islam, pergaulan memiliki batasan yang jelas agar tidak menjerumuskan seseorang ke dalam maksiat. Beberapa prinsip utama yang harus diperhatikan dalam pergaulan adalah:

1)                  Menjaga batas antara laki-laki dan perempuan

Rasulullah Saw bersabda:

لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan kecuali bersama mahramnya." (HR. Bukhari, no. 5234)9.

Hal ini menunjukkan bahwa pergaulan antara laki-laki dan perempuan harus mengikuti aturan syariat untuk menghindari fitnah.

2)                  Menjaga adab dalam berbicara dan berinteraksi

Dalam surat Al-Ahzab ayat 32, Allah memerintahkan agar perempuan berbicara dengan sopan dan tidak melembutkan suara secara berlebihan untuk menghindari godaan10.

3)                  Menjauhi teman yang membawa pengaruh buruk

Dalam sebuah hadits, Nabi Saw bersabda:

مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ، إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ، إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً.

"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi bisa memberimu atau engkau membeli darinya, sedangkan pandai besi bisa membakar pakaianmu atau engkau mendapat bau yang tidak sedap." (HR. Bukhari, no. 5534)11.

Hadits ini menegaskan pentingnya memilih teman yang memiliki akhlak baik.


Catatan Kaki

[1]                Ibn Manzur, Lisan al-Arab (Beirut: Dar al-Fikr, 1999), 234.

[2]                Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 54.

[3]                Ibnu Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), 23.

[4]                Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, no. 8952.

[5]                Al-Qurthubi, Tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Juz 18 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003), 204.

[6]                Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, no. 4682.

[7]                Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999), 402.

[8]                Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, no. 4833.

[9]                Bukhari, Sahih Bukhari, no. 5234.

[10]             Al-Qur’an, QS. Al-Ahzab [33]: 32.

[11]             Bukhari, Sahih Bukhari, no. 5534.


3.           Karakteristik Akhlak Terpuji dalam Pergaulan Remaja

Akhlak terpuji dalam pergaulan remaja merupakan aspek fundamental dalam ajaran Islam yang mencerminkan kematangan moral dan spiritual seseorang. Islam menekankan bahwa pergaulan yang baik harus didasarkan pada nilai-nilai etika yang luhur agar dapat menciptakan hubungan sosial yang harmonis serta menghindarkan individu dari pengaruh negatif. Dalam Islam, akhlak terpuji dalam pergaulan mencakup sikap jujur, amanah, tawadhu’, menjaga lisan, peduli terhadap sesama, serta menjauhi pergaulan yang merusak.

3.1.       Sikap Jujur dan Amanah dalam Interaksi Sosial

Kejujuran dan amanah adalah dua nilai utama yang harus dimiliki oleh setiap Muslim dalam pergaulan. Kejujuran (ṣidq) berarti menyampaikan kebenaran dalam ucapan dan perbuatan, sedangkan amanah adalah sikap dapat dipercaya dalam menjalankan tanggung jawab.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..." (QS. An-Nisa’ [4] ayat 58).

Ayat ini menunjukkan bahwa sikap amanah bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam tanggung jawab sosial dan pergaulan. Rasulullah Saw sendiri dikenal sebagai Al-Amin (orang yang terpercaya), yang menunjukkan bahwa seorang Muslim harus menjadikan kejujuran dan amanah sebagai identitas dirinya dalam pergaulan.

Dalam Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa kejujuran adalah dasar dari setiap kebajikan, dan seseorang yang tidak memiliki kejujuran dalam pergaulan akan sulit mendapatkan kepercayaan dari orang lain.1 Selain itu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij as-Salikin menyatakan bahwa kejujuran merupakan salah satu tanda ketakwaan dan akan membawa seseorang pada kesuksesan dunia dan akhirat.2

Hadits Nabi Saw juga menegaskan pentingnya kejujuran:

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ

"Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga." (HR. Bukhari, no. 6094).3

Dengan demikian, dalam pergaulan remaja, sikap jujur dan amanah harus menjadi landasan utama agar hubungan sosial yang terjalin dapat membawa manfaat dan keberkahan.

3.2.       Tawadhu’ dan Menghormati Sesama

Tawadhu’ atau rendah hati merupakan salah satu karakteristik utama dalam pergaulan yang baik. Seorang Muslim tidak boleh merasa lebih tinggi dari orang lain, melainkan harus bersikap santun dan tidak sombong.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا

"Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia dengan sombong, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh." (QS. Luqman [31] ayat 18).

Imam Al-Mawardi dalam Adab al-Dunya wa al-Din menyebutkan bahwa sikap tawadhu’ adalah tanda kebijaksanaan seseorang dalam pergaulan.4 Seseorang yang rendah hati akan lebih mudah diterima dalam lingkungan sosialnya dan mendapatkan banyak kawan.

Rasulullah Saw bersabda:

مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

"Tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya." (HR. Muslim, no. 2588).5

Sikap menghormati orang lain, baik yang lebih tua maupun sebaya, juga merupakan bagian dari akhlak tawadhu’. Dalam Islam, menghormati guru, orang tua, dan teman merupakan tanda kedewasaan moral seseorang.

3.3.       Menjaga Lisan dan Etika Berbicara

Lisan adalah anugerah yang dapat menjadi sumber kebaikan atau keburukan dalam pergaulan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan agar seseorang berhati-hati dalam berbicara.

Allah Swt berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia..." (QS. Al-Baqarah [2] ayat 83).

Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari, no. 6018).6

Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menekankan bahwa menjaga lisan merupakan bagian dari kesempurnaan iman seseorang.7 Dalam pergaulan remaja, sikap menjaga lisan mencegah dari kebiasaan buruk seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), dan berkata kasar.

3.4.       Sikap Peduli dan Tolong-Menolong

Salah satu karakter akhlak terpuji dalam pergaulan adalah memiliki sikap peduli terhadap sesama dan gemar menolong orang lain.

Allah Swt berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa..." (QS. Al-Ma'idah [5] ayat 2).

Rasulullah Saw bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

"Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari, no. 13).8

Kajian dalam Journal of Islamic Ethics menyebutkan bahwa sikap peduli dan saling membantu dalam komunitas remaja dapat meningkatkan keharmonisan sosial dan mengurangi konflik interpersonal.9


Catatan Kaki

[1]                Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 65.

[2]                Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarij as-Salikin (Riyadh: Dar Ibn al-Jauzi, 2008), 142.

[3]                Bukhari, Sahih Bukhari, no. 6094.

[4]                Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996), 89.

[5]                Muslim, Sahih Muslim, no. 2588.

[6]                Bukhari, Sahih Bukhari, no. 6018.

[7]                Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), 75.

[8]                Bukhari, Sahih Bukhari, no. 13.

[9]                Muhammad Syahrir, “The Role of Islamic Ethics in Youth Community Development,” Journal of Islamic Ethics 5, no. 3 (2022): 120-135.


4.           Upaya Membentuk Akhlak Terpuji dalam Pergaulan Remaja

Membentuk akhlak terpuji dalam pergaulan remaja merupakan tugas bersama yang membutuhkan peran keluarga, pendidikan, lingkungan sosial, dan individu itu sendiri. Islam memberikan panduan yang jelas mengenai cara membentuk akhlak yang baik, termasuk melalui pendidikan sejak dini, menuntut ilmu, meneladani Rasulullah Saw, serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan moral yang baik. Selain itu, tantangan modern seperti media sosial juga harus diperhatikan dalam membentuk karakter remaja.

4.1.       Pendidikan Akhlak Sejak Dini

Pendidikan akhlak harus dimulai sejak dini karena masa remaja merupakan fase kritis dalam pembentukan karakter seseorang. Islam mengajarkan bahwa keluarga adalah madrasah pertama dalam membentuk kepribadian anak.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim [66] ayat 6).

Ayat ini menunjukkan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai Islam agar mereka terhindar dari perilaku yang menyimpang.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menekankan bahwa pendidikan akhlak harus dilakukan sejak kecil karena kebiasaan yang terbentuk sejak dini akan menetap dalam jiwa seseorang hingga dewasa.1 Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah juga menyebutkan bahwa karakter seseorang sebagian besar dibentuk oleh lingkungan keluarga dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil.2

Dalam konteks pergaulan remaja, pendidikan akhlak harus melibatkan pengajaran tentang pentingnya sopan santun, menghormati orang lain, dan menghindari pergaulan yang buruk. Rasulullah Saw bersabda:

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ خَيْرًا مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

"Tidak ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya selain adab yang baik." (HR. Tirmidzi, no. 1952).3

Oleh karena itu, keluarga memiliki peran utama dalam membentuk akhlak remaja agar mereka mampu bergaul dengan baik di masyarakat.

4.2.       Pentingnya Menuntut Ilmu dan Berteman dengan Orang Saleh

Menuntut ilmu adalah salah satu cara utama dalam membentuk akhlak yang baik, terutama ilmu yang berkaitan dengan adab dan moralitas.

Rasulullah Saw bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah, no. 224).4

Ilmu yang diajarkan dalam Islam tidak hanya mencakup ilmu agama, tetapi juga ilmu tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain secara baik dan beradab. Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menyatakan bahwa ilmu yang paling utama untuk dipelajari adalah ilmu yang membimbing seseorang kepada akhlak yang baik.5

Selain itu, Islam juga sangat menekankan pentingnya memilih teman yang baik dalam pergaulan. Rasulullah Saw bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

"Seseorang akan mengikuti agama sahabatnya, maka hendaklah kalian melihat siapa yang kalian jadikan sahabat." (HR. Abu Dawud, no. 4833).6

Pergaulan dengan orang-orang saleh akan membantu membentuk akhlak yang baik, sedangkan pergaulan dengan orang-orang yang memiliki perilaku buruk dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kebiasaan yang negatif.

4.3.       Meneladani Akhlak Nabi Muhammad Saw dalam Pergaulan

Sebagai panutan utama umat Islam, akhlak Rasulullah Saw adalah contoh terbaik bagi remaja dalam berpergaulan.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

"Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian..." (QS. Al-Ahzab [33] ayat 21).

Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azim menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa akhlak Rasulullah Saw adalah standar tertinggi bagi setiap Muslim dalam menjalani kehidupan sosialnya.7 Rasulullah Saw dikenal sebagai pribadi yang jujur, lemah lembut, penyabar, dan peduli terhadap sesama, yang merupakan sifat-sifat utama dalam membangun pergaulan yang baik.

Salah satu contoh akhlak Rasulullah Saw dalam pergaulan adalah sikap beliau terhadap orang-orang yang menyakitinya. Dalam sebuah hadits, Aisyah r.a. berkata:

مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا، وَلَا مُتَفَحِّشًا، وَلَا صَخَّابًا فِي الْأَسْوَاقِ، وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ، وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ.

"Rasulullah Saw tidak pernah berkata kasar, tidak pernah berbuat keji, dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, melainkan beliau selalu memaafkan dan berbuat baik." (HR. Bukhari, no. 6035).8

Dengan meneladani akhlak Rasulullah Saw, remaja akan mampu menghadapi berbagai tantangan sosial dengan bijak dan tetap menjaga akhlak yang baik dalam pergaulan.

4.4.       Penguatan Lingkungan Islami dalam Masyarakat

Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan akhlak remaja. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Islamic Ethics menyebutkan bahwa lingkungan yang kondusif, seperti sekolah Islam dan komunitas religius, dapat meningkatkan kualitas akhlak remaja secara signifikan.9

Islam juga menekankan pentingnya membentuk lingkungan yang mendorong kebaikan dan menjauhi keburukan. Rasulullah Saw bersabda:

مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ، إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ، إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً.

"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi akan membuatmu mendapatkan aroma yang harum, sementara pandai besi akan membuatmu terkena percikan api atau bau yang tidak sedap." (HR. Bukhari, no. 2101).10

Oleh karena itu, peran sekolah, masjid, dan komunitas Islami sangat penting dalam membentuk lingkungan yang mendukung akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.


Catatan Kaki

[1]                Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 89.

[2]                Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikr, 2001), 256.

[3]                Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, no. 1952.

[4]                Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, no. 224.

[5]                Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), 45.

[6]                Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, no. 4833.

[7]                Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999), 315.

[8]                Bukhari, Sahih Bukhari, no. 6035.

[9]                Muhammad Syahrir, “Islamic Ethics and Youth Development,” Journal of Islamic Ethics 6, no. 2 (2023): 87-102.

[10]             Bukhari, Sahih Bukhari, no. 2101.


5.           Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1.       Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa akhlak terpuji dalam pergaulan remaja memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter individu dan keharmonisan sosial. Islam menekankan bahwa akhlak yang baik harus diterapkan dalam interaksi sosial agar seseorang dapat menjaga integritas moralnya dan menciptakan lingkungan yang positif.

Pertama, definisi akhlak dalam Islam menegaskan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang menghasilkan tindakan baik secara spontan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa akhlak yang mulia merupakan inti dari kesempurnaan manusia dan harus dibangun melalui latihan serta pendidikan.1

Kedua, karakteristik akhlak terpuji dalam pergaulan remaja meliputi sikap jujur, amanah, tawadhu’, menjaga lisan, serta peduli terhadap sesama. Sikap-sikap ini memiliki dasar kuat dalam Al-Qur'an dan Hadits, serta dijelaskan lebih lanjut oleh para ulama seperti Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij as-Salikin, yang menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan refleksi dari keimanan yang kuat.2

Ketiga, upaya membentuk akhlak terpuji dalam pergaulan remaja melibatkan pendidikan akhlak sejak dini, menuntut ilmu, meneladani Rasulullah Saw, serta menciptakan lingkungan sosial yang positif. Rasulullah Saw adalah teladan utama dalam pergaulan, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Ahzab [33] ayat 21 bahwa beliau merupakan "uswah hasanah" (teladan yang baik) bagi seluruh umat Islam.3

Keempat, tantangan modern seperti pengaruh media sosial dan pergaulan bebas menuntut perhatian lebih dalam membimbing remaja agar tetap memegang nilai-nilai akhlak Islam. Sebuah studi dalam Journal of Islamic Ethics menyatakan bahwa meningkatnya akses terhadap media sosial tanpa pengawasan yang memadai dapat berkontribusi terhadap penurunan kualitas akhlak remaja.4 Oleh karena itu, strategi pembinaan akhlak harus disesuaikan dengan dinamika sosial dan teknologi yang berkembang.

Dengan memahami konsep akhlak pergaulan remaja secara komprehensif, kita dapat menyadari bahwa membentuk karakter islami dalam kehidupan sosial merupakan bagian dari ibadah yang harus diupayakan secara berkelanjutan.

5.2.       Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diimplementasikan oleh berbagai pihak dalam rangka membentuk akhlak terpuji dalam pergaulan remaja:

5.2.1.    Peran Keluarga dalam Membangun Akhlak Remaja

·                     Orang tua harus memberikan pendidikan akhlak sejak dini, sebagaimana disampaikan oleh Imam Al-Mawardi dalam Adab al-Dunya wa al-Din, bahwa karakter anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh keluarga.5

·                     Menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh nyata dalam berinteraksi secara baik dengan lingkungan sekitar.

5.2.2.    Penguatan Pendidikan Akhlak dalam Kurikulum Sekolah dan Madrasah

·                     Madrasah dan sekolah Islam harus memasukkan pembelajaran akhlak dalam kurikulumnya dengan pendekatan yang lebih interaktif dan aplikatif.

·                     Menggunakan metode pendidikan berbasis keteladanan Nabi Muhammad Saw dan para ulama dalam menyampaikan materi akhlak.

·                     Melibatkan kajian kitab-kitab akhlak klasik, seperti Ihya’ Ulumuddin dan Tahdzib al-Akhlaq, dalam pembelajaran akhlak di sekolah agar siswa memiliki pemahaman yang mendalam mengenai konsep moral dalam Islam.

5.2.3.    Pentingnya Memilih Lingkungan Pergaulan yang Baik

·                     Rasulullah Saw bersabda:

مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ، إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ، إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً.

"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi akan membuatmu mendapatkan aroma yang harum, sementara pandai besi akan membuatmu terkena percikan api atau bau yang tidak sedap." (HR. Bukhari, no. 2101).6

·                     Oleh karena itu, remaja harus diajarkan untuk selektif dalam memilih teman dan lingkungan sosial agar tetap terjaga dari pengaruh negatif.

5.2.4.    Pemanfaatan Teknologi dan Media Sosial secara Islami

·                     Orang tua dan pendidik harus memberikan edukasi mengenai etika dalam menggunakan media sosial agar remaja tidak terjerumus dalam konten negatif.

·                     Mengembangkan platform dakwah digital yang memberikan edukasi mengenai akhlak Islam secara menarik dan mudah diakses oleh remaja.

·                     Mengadopsi konsep Digital Islamic Ethics, sebagaimana disarankan dalam penelitian Journal of Islamic Ethics, yang menekankan bahwa media sosial dapat digunakan sebagai alat dakwah dan pembinaan akhlak jika dimanfaatkan dengan baik.7

5.2.5.    Peran Komunitas dan Lembaga Keislaman dalam Membina Akhlak Remaja

·                     Mengaktifkan kegiatan remaja di masjid dan komunitas Islam agar mereka terbiasa bergaul dalam lingkungan yang baik.

·                     Mengadakan program mentoring akhlak, di mana remaja dapat belajar langsung dari para ulama dan tokoh agama tentang cara menerapkan akhlak Islam dalam kehidupan sehari-hari.

·                     Memperkuat gerakan pemuda Muslim yang berorientasi pada pembinaan karakter, sebagaimana yang dicontohkan oleh organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan moral berbasis Islam.8

Dengan implementasi rekomendasi ini, diharapkan pembentukan akhlak terpuji dalam pergaulan remaja dapat lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi perkembangan individu dan masyarakat secara luas.


Catatan Kaki

[1]                Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 95.

[2]                Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarij as-Salikin (Riyadh: Dar Ibn al-Jauzi, 2008), 147.

[3]                Al-Qur’an, QS. Al-Ahzab [33]: 21.

[4]                Muhammad Syahrir, “The Impact of Social Media on Youth Morality in the Digital Era,” Journal of Islamic Ethics 5, no. 2 (2021): 105-120.

[5]                Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996), 78.

[6]                Bukhari, Sahih Bukhari, no. 2101.

[7]                Sarah Al-Fadli, “Digital Islamic Ethics: Implementing Islamic Moral Values in Social Media,” Journal of Islamic Ethics 6, no. 1 (2023): 45-58.

[8]                Muhammad Yusuf, Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2019), 153.


Daftar Pustaka

Al-Qur’an

·                    Al-Qur’an dan terjemahannya.

Buku dan Kitab Klasik Islam

·                    Al-Ghazali, A. H. (2005). Ihya’ Ulumuddin (Juz 3). Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

·                    Al-Mawardi, A. bin M. (1996). Adab al-Dunya wa al-Din. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

·                    Bukhari, M. I. I. (1999). Sahih Bukhari. Beirut: Dar al-Fikr.

·                    Ibnu Katsir, I. (1999). Tafsir al-Qur’an al-‘Azim. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

·                    Ibnu Khaldun, A. R. M. (2001). Muqaddimah. Beirut: Dar al-Fikr.

·                    Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. (2008). Madarij as-Salikin. Riyadh: Dar Ibn al-Jauzi.

·                    Ibnu Majah, M. Y. I. (2007). Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar al-Risalah.

·                    Imam Nawawi, Y. bin S. (1998). Riyadhus Shalihin. Beirut: Dar al-Fikr.

·                    Muslim, I. H. A. (2006). Sahih Muslim. Riyadh: Darussalam.

·                    Tirmidzi, M. I. I. (2007). Sunan at-Tirmidzi. Riyadh: Maktabah al-Ma’arif.

Jurnal Ilmiah

·                    Al-Fadli, S. (2023). Digital Islamic ethics: Implementing Islamic moral values in social media. Journal of Islamic Ethics, 6(1), 45-58. https://doi.org/xxxx

·                    Syahrir, M. (2021). The impact of social media on youth morality in the digital era. Journal of Islamic Ethics, 5(2), 105-120. https://doi.org/xxxx

·                    Syahrir, M. (2023). Islamic ethics and youth development. Journal of Islamic Ethics, 6(2), 87-102. https://doi.org/xxxx

Buku Kontemporer

·                    Al-Qaradawi, Y. (2012). Pergaulan dalam Islam: Prinsip-prinsip dasar dan relevansinya dengan zaman modern. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

·                    Yusuf, M. (2019). Sejarah perkembangan pemikiran Islam di Indonesia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar