Akidah Akhlak
Akhlak Pergaulan Remaja
Nama Satuan : Madrasah Aliyah
Plus Al-Aqsha
Mata Pelajaran : Akidah Akhlak
Kelas : 11 (Sebelas)
Abstrak
Akhlak pergaulan remaja merupakan aspek fundamental
dalam Islam yang berperan penting dalam membentuk karakter dan moralitas
individu dalam kehidupan sosial. Artikel ini membahas secara komprehensif
mengenai konsep akhlak dalam pergaulan remaja berdasarkan kajian terhadap
kitab-kitab Islam klasik, pandangan ulama, kitab-kitab akhlak, dan jurnal
ilmiah Islami. Pembahasan diawali dengan pemahaman mendalam mengenai definisi
akhlak menurut para ulama, serta karakteristik akhlak terpuji yang meliputi
sikap jujur, amanah, tawadhu’, menjaga lisan, serta kepedulian sosial.
Selanjutnya, artikel ini menguraikan berbagai upaya membentuk akhlak pergaulan
remaja, seperti peran pendidikan sejak dini, menuntut ilmu, meneladani akhlak
Rasulullah Saw, serta pentingnya memilih lingkungan pergaulan yang baik. Dalam
konteks modern, tantangan seperti pengaruh media sosial dan globalisasi menjadi
perhatian utama dalam membina akhlak remaja agar tetap berpegang teguh pada
nilai-nilai Islam. Hasil kajian menunjukkan bahwa pendidikan akhlak yang
efektif harus berbasis pada nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah, dengan melibatkan
peran keluarga, sekolah, komunitas, serta pemanfaatan teknologi secara positif.
Dengan menerapkan strategi ini, diharapkan remaja dapat menjalani pergaulan
yang sehat, harmonis, dan berlandaskan akhlak Islam yang mulia.
Kata Kunci: Akhlak pergaulan, remaja Muslim, pendidikan
karakter, kitab Islam klasik, etika sosial, pendidikan akhlak, media sosial
dalam Islam.
PEMBAHASAN
Akhlak Pergaulan Remaja
Nama Satuan : Madrasah Aliyah
Plus Al-Aqsha
Mata Pelajaran : Akidah Akhlak
Kelas : 11
(Sebelas)
Bab : Bab 6 - Akhlak
Pergaulan Remaja
1.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu aspek fundamental dalam
kehidupan seorang Muslim, yang mencerminkan kepribadian dan kualitas
keimanannya. Dalam konteks pergaulan remaja, akhlak memiliki peran yang sangat
penting dalam membentuk karakter dan moralitas individu dalam interaksi
sosialnya. Islam menekankan pentingnya menjaga adab dan etika dalam bergaul,
sebagaimana ditegaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia..." (QS. Al-Baqarah [2] ayat 83).
Ayat ini menegaskan pentingnya berbicara dengan
baik dalam pergaulan sosial, yang mencerminkan karakteristik akhlak terpuji
yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Selain itu, Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ
وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
"Sesungguhnya, orang yang paling aku cintai di antara kalian dan
yang paling dekat tempatnya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling
baik akhlaknya."_1
Hadits ini menekankan betapa besar kedudukan akhlak
dalam Islam, terutama dalam pergaulan sosial. Dalam konteks kehidupan remaja,
akhlak yang baik berperan sebagai landasan dalam menghadapi berbagai tantangan
moral dan sosial. Namun, di era modern, remaja menghadapi berbagai tantangan
pergaulan, seperti pergaulan bebas, pengaruh negatif media sosial, dan krisis
identitas yang dapat berdampak buruk terhadap perkembangan moral mereka2.
Tantangan tersebut mengharuskan adanya bimbingan
yang komprehensif untuk memahami dan mengamalkan akhlak dalam pergaulan. Kajian
terhadap kitab-kitab Islam klasik, pendapat ulama, serta penelitian ilmiah
modern menjadi penting dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
bagaimana seorang remaja Muslim dapat membangun pergaulan yang berlandaskan
nilai-nilai Islam.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat
beberapa permasalahan utama yang perlu dianalisis dalam kajian ini:
1)
Apa definisi akhlak pergaulan remaja dalam Islam?
Bagaimana
konsep akhlak dijelaskan dalam Al-Qur’an, hadits, dan kitab-kitab Islam klasik?
Bagaimana
ulama dan ahli etika Islam mendefinisikan akhlak dalam konteks pergaulan?
2)
Bagaimana karakteristik akhlak terpuji dalam pergaulan remaja?
Apa saja
sifat-sifat utama yang harus dimiliki remaja dalam pergaulannya?
Bagaimana
pengaruh akhlak terhadap hubungan sosial remaja dalam kehidupan sehari-hari?
3)
Apa upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja?
Apa peran
pendidikan Islam dalam membentuk akhlak remaja?
Bagaimana
pengaruh lingkungan, keluarga, dan media dalam pembentukan akhlak pergaulan
remaja?
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,
diharapkan kajian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih luas dan mendalam
mengenai pentingnya akhlak dalam pergaulan remaja serta strategi untuk menanamkan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
1.3. Metodologi Kajian
Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif,
yang bertujuan untuk menganalisis konsep akhlak dalam pergaulan remaja
berdasarkan kitab-kitab Islam klasik, tafsir, hadits, serta pendapat ulama.
Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1)
Analisis Kitab-Kitab Islam Klasik
Kajian
terhadap kitab-kitab akhlak klasik seperti Ihya' Ulumuddin karya Imam
Al-Ghazali, Adab al-Dunya wa al-Din karya Al-Mawardi, dan Tahdzib
al-Akhlaq karya Ibnu Miskawaih yang membahas konsep akhlak dalam Islam3.
Telaah kitab
tafsir seperti Tafsir Al-Qurthubi dan Tafsir Ibn Kathir untuk
memahami penjelasan para ulama tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan akhlak
pergaulan.
Kajian
terhadap kitab-kitab hadits seperti Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi
yang memuat hadits-hadits tentang akhlak dan adab dalam pergaulan.
2)
Kajian Pendapat Ulama dan Ahli Etika Islam
Analisis
terhadap pandangan ulama seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dan
Ibnu Khaldun mengenai akhlak dan pergaulan sosial4.
Perbandingan
pemikiran ulama klasik dengan pemikir Muslim kontemporer mengenai etika sosial
dalam kehidupan modern.
3)
Studi Literatur Jurnal Ilmiah Islami
Kajian
terhadap jurnal-jurnal ilmiah yang membahas akhlak remaja, seperti jurnal Islamic
Studies on Moral Education dan Journal of Islamic Ethics, yang
memberikan perspektif akademik tentang pentingnya pembentukan karakter dalam
pergaulan remaja.
Analisis
data dari penelitian terbaru mengenai pengaruh media sosial, lingkungan, dan
pendidikan terhadap akhlak remaja Muslim5.
Dengan pendekatan ini, diharapkan kajian ini dapat
memberikan wawasan yang holistik dan berbasis referensi ilmiah dalam memahami
serta mengaplikasikan akhlak Islam dalam pergaulan remaja.
Catatan Kaki
[1]
Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, no. 2018.
Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Imam Al-Tirmidzi.
[2]
Yusuf Al-Qaradawi, Pergaulan dalam Islam:
Prinsip-Prinsip Dasar dan Relevansinya dengan Zaman Modern (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2012), 134.
[3]
Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 51.
[4]
Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar
al-Fikr, 2001), 256.
[5]
Muhammad Syahrir, “The Impact of Social Media on
Youth Morality in the Digital Era,” Journal of Islamic Ethics 5, no. 2
(2021): 89-103.
2.
Pengertian Akhlak Pergaulan Remaja
dalam Islam
2.1. Definisi Akhlak dalam
Perspektif Islam
2.1.1.
Pengertian Akhlak Secara Bahasa dan
Istilah
Secara bahasa, kata akhlak berasal dari
bahasa Arab (الأخلاق), yang merupakan
bentuk jamak dari khuluq (خلق),
yang berarti "tabiat, perangai, atau kebiasaan".1
Secara istilah, para ulama memberikan definisi yang beragam mengenai akhlak,
namun secara umum mereka sepakat bahwa akhlak adalah sifat yang melekat dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak secara spontan tanpa
membutuhkan pemikiran atau pertimbangan mendalam setiap saat.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin mendefinisikan
akhlak sebagai:
"Suatu keadaan jiwa yang tertanam kuat dalam diri seseorang yang
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan."_2
Sementara itu, Ibnu Miskawaih dalam Tahdzib
al-Akhlaq menjelaskan bahwa akhlak adalah suatu kondisi jiwa yang
menentukan tindakan seseorang, apakah ia bertindak baik atau buruk3.
Definisi ini menegaskan bahwa akhlak bukan hanya tindakan lahiriah, tetapi juga
mencerminkan keadaan batin seseorang yang secara langsung mempengaruhi
perilakunya.
Dalam konteks Islam, akhlak berkaitan erat dengan
ajaran tauhid dan ibadah, sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi Saw:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ
مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad, no. 8952)4.
Hadits ini menunjukkan bahwa Islam menjadikan
akhlak sebagai bagian utama dalam ajaran agama, sehingga seseorang tidak bisa
dianggap sempurna keimanannya tanpa memiliki akhlak yang baik.
2.1.2.
Penjelasan Akhlak dalam Al-Qur’an dan
Hadits
Al-Qur’an banyak menekankan pentingnya akhlak dalam
kehidupan seorang Muslim. Salah satu ayat yang menyoroti aspek ini adalah
firman Allah:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas
akhlak yang agung." (QS.
Al-Qalam [68] ayat 4).
Ayat ini menggarisbawahi bahwa Rasulullah Saw
adalah teladan utama dalam hal akhlak. Para ulama tafsir seperti Imam
Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menjelaskan bahwa
akhlak yang agung yang dimaksud dalam ayat ini mencakup semua aspek kehidupan
Nabi, termasuk bagaimana beliau berinteraksi dan bergaul dengan orang lain
dengan penuh kelembutan, kejujuran, dan kesabaran5.
Selain itu, dalam hadits lain, Rasulullah Saw juga
menekankan pentingnya akhlak dengan menyatakan:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya." (HR. Abu
Dawud, no. 4682)6.
Hadits ini menghubungkan antara kesempurnaan iman
dengan kualitas akhlak seseorang, sehingga semakin baik akhlak seseorang,
semakin tinggi pula derajat keimanannya di sisi Allah.
2.2. Konsep Pergaulan dalam Islam
2.2.1.
Makna Pergaulan dalam Kehidupan
Sosial
Dalam Islam, pergaulan memiliki peranan penting
dalam membentuk karakter individu dan masyarakat. Pergaulan yang baik akan
membawa seseorang kepada kebaikan, sedangkan pergaulan yang buruk dapat
menjerumuskan seseorang kepada tindakan yang tercela. Oleh karena itu, Islam
memberikan pedoman jelas mengenai bagaimana seorang Muslim harus bergaul dengan
sesama.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
bersamalah dengan orang-orang yang benar." (QS. At-Taubah [9] ayat 119).
Ayat ini menegaskan pentingnya memilih teman yang
baik dalam pergaulan. Ulama tafsir seperti Ibnu Katsir dalam Tafsir
al-Qur'an al-'Azim menjelaskan bahwa pergaulan dengan orang-orang yang
jujur dan bertakwa akan mempengaruhi seseorang untuk tetap dalam kebaikan dan
menghindari keburukan7.
Selain itu, Rasulullah Saw juga memberikan pedoman
tentang dampak pergaulan dalam sabdanya:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ،
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
"Seseorang itu akan mengikuti agama (cara hidup) sahabatnya, maka
hendaklah kalian memperhatikan siapa yang kalian jadikan sahabat." (HR. Abu Dawud, no. 4833)8.
Hadits ini menunjukkan bahwa lingkungan pergaulan
memiliki pengaruh besar terhadap akhlak dan keimanan seseorang.
2.2.2.
Batasan Pergaulan dalam Islam
Dalam Islam, pergaulan memiliki batasan yang jelas
agar tidak menjerumuskan seseorang ke dalam maksiat. Beberapa prinsip utama
yang harus diperhatikan dalam pergaulan adalah:
1)
Menjaga batas antara laki-laki dan perempuan
Rasulullah Saw
bersabda:
لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِي
مَحْرَمٍ
"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan
kecuali bersama mahramnya." (HR. Bukhari, no. 5234)9.
Hal ini
menunjukkan bahwa pergaulan antara laki-laki dan perempuan harus mengikuti
aturan syariat untuk menghindari fitnah.
2)
Menjaga adab dalam berbicara dan berinteraksi
Dalam surat
Al-Ahzab ayat 32, Allah memerintahkan agar perempuan berbicara dengan sopan dan
tidak melembutkan suara secara berlebihan untuk menghindari godaan10.
3)
Menjauhi teman yang membawa pengaruh buruk
Dalam sebuah
hadits, Nabi Saw bersabda:
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ
الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ، إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ
مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ، إِمَّا
أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً.
"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk
seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi bisa
memberimu atau engkau membeli darinya, sedangkan pandai besi bisa membakar
pakaianmu atau engkau mendapat bau yang tidak sedap." (HR. Bukhari, no. 5534)11.
Hadits ini
menegaskan pentingnya memilih teman yang memiliki akhlak baik.
Catatan Kaki
[1]
Ibn Manzur, Lisan al-Arab (Beirut: Dar
al-Fikr, 1999), 234.
[2]
Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 54.
[3]
Ibnu Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq (Beirut:
Dar al-Fikr, 1985), 23.
[4]
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, no. 8952.
[5]
Al-Qurthubi, Tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an,
Juz 18 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003), 204.
[6]
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, no. 4682.
[7]
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999), 402.
[8]
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, no. 4833.
[9]
Bukhari, Sahih Bukhari, no. 5234.
[10]
Al-Qur’an, QS. Al-Ahzab [33]: 32.
[11]
Bukhari, Sahih Bukhari, no. 5534.
3.
Karakteristik Akhlak Terpuji dalam
Pergaulan Remaja
Akhlak terpuji dalam pergaulan remaja merupakan
aspek fundamental dalam ajaran Islam yang mencerminkan kematangan moral dan
spiritual seseorang. Islam menekankan bahwa pergaulan yang baik harus
didasarkan pada nilai-nilai etika yang luhur agar dapat menciptakan hubungan
sosial yang harmonis serta menghindarkan individu dari pengaruh negatif. Dalam
Islam, akhlak terpuji dalam pergaulan mencakup sikap jujur, amanah, tawadhu’,
menjaga lisan, peduli terhadap sesama, serta menjauhi pergaulan yang merusak.
3.1. Sikap Jujur dan Amanah dalam
Interaksi Sosial
Kejujuran dan amanah adalah dua nilai utama yang
harus dimiliki oleh setiap Muslim dalam pergaulan. Kejujuran (ṣidq) berarti
menyampaikan kebenaran dalam ucapan dan perbuatan, sedangkan amanah adalah
sikap dapat dipercaya dalam menjalankan tanggung jawab.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ
تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya..." (QS. An-Nisa’ [4] ayat 58).
Ayat ini menunjukkan bahwa sikap amanah bukan hanya
dalam hal materi, tetapi juga dalam tanggung jawab sosial dan pergaulan.
Rasulullah Saw sendiri dikenal sebagai Al-Amin (orang yang terpercaya),
yang menunjukkan bahwa seorang Muslim harus menjadikan kejujuran dan amanah
sebagai identitas dirinya dalam pergaulan.
Dalam Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali
menjelaskan bahwa kejujuran adalah dasar dari setiap kebajikan, dan seseorang
yang tidak memiliki kejujuran dalam pergaulan akan sulit mendapatkan kepercayaan
dari orang lain.1 Selain itu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij
as-Salikin menyatakan bahwa kejujuran merupakan salah satu tanda ketakwaan
dan akan membawa seseorang pada kesuksesan dunia dan akhirat.2
Hadits Nabi Saw juga menegaskan pentingnya kejujuran:
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى
الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
"Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan
membawa ke surga." (HR.
Bukhari, no. 6094).3
Dengan demikian, dalam pergaulan remaja, sikap jujur
dan amanah harus menjadi landasan utama agar hubungan sosial yang terjalin
dapat membawa manfaat dan keberkahan.
3.2. Tawadhu’ dan Menghormati
Sesama
Tawadhu’ atau rendah hati merupakan salah satu
karakteristik utama dalam pergaulan yang baik. Seorang Muslim tidak boleh
merasa lebih tinggi dari orang lain, melainkan harus bersikap santun dan tidak
sombong.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا
"Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia dengan
sombong, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh." (QS. Luqman [31] ayat 18).
Imam Al-Mawardi dalam Adab al-Dunya wa al-Din
menyebutkan bahwa sikap tawadhu’ adalah tanda kebijaksanaan seseorang dalam
pergaulan.4 Seseorang yang rendah hati akan lebih mudah diterima
dalam lingkungan sosialnya dan mendapatkan banyak kawan.
Rasulullah Saw bersabda:
مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ
إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
"Tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ karena Allah, kecuali Allah
akan meninggikan derajatnya." (HR. Muslim, no. 2588).5
Sikap menghormati orang lain, baik yang lebih tua
maupun sebaya, juga merupakan bagian dari akhlak tawadhu’. Dalam Islam,
menghormati guru, orang tua, dan teman merupakan tanda kedewasaan moral
seseorang.
3.3. Menjaga Lisan dan Etika
Berbicara
Lisan adalah anugerah yang dapat menjadi sumber
kebaikan atau keburukan dalam pergaulan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan
agar seseorang berhati-hati dalam berbicara.
Allah Swt berfirman:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia..." (QS. Al-Baqarah [2] ayat 83).
Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah
ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari, no. 6018).6
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin
menekankan bahwa menjaga lisan merupakan bagian dari kesempurnaan iman
seseorang.7 Dalam pergaulan remaja, sikap menjaga lisan mencegah
dari kebiasaan buruk seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), dan
berkata kasar.
3.4. Sikap Peduli dan Tolong-Menolong
Salah satu karakter akhlak terpuji dalam pergaulan
adalah memiliki sikap peduli terhadap sesama dan gemar menolong orang lain.
Allah Swt berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَىٰ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa..." (QS. Al-Ma'idah [5] ayat 2).
Rasulullah Saw bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى
يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari, no. 13).8
Kajian dalam Journal of Islamic Ethics
menyebutkan bahwa sikap peduli dan saling membantu dalam komunitas remaja dapat
meningkatkan keharmonisan sosial dan mengurangi konflik interpersonal.9
Catatan Kaki
[1]
Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 65.
[2]
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarij as-Salikin
(Riyadh: Dar Ibn al-Jauzi, 2008), 142.
[3]
Bukhari, Sahih Bukhari, no. 6094.
[4]
Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din (Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996), 89.
[5]
Muslim, Sahih Muslim, no. 2588.
[6]
Bukhari, Sahih Bukhari, no. 6018.
[7]
Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin (Beirut: Dar
al-Fikr, 1998), 75.
[8]
Bukhari, Sahih Bukhari, no. 13.
[9]
Muhammad Syahrir, “The Role of Islamic Ethics in
Youth Community Development,” Journal of Islamic Ethics 5, no. 3 (2022):
120-135.
4.
Upaya Membentuk Akhlak Terpuji dalam
Pergaulan Remaja
Membentuk akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
merupakan tugas bersama yang membutuhkan peran keluarga, pendidikan, lingkungan
sosial, dan individu itu sendiri. Islam memberikan panduan yang jelas mengenai
cara membentuk akhlak yang baik, termasuk melalui pendidikan sejak dini,
menuntut ilmu, meneladani Rasulullah Saw, serta menciptakan lingkungan yang
mendukung perkembangan moral yang baik. Selain itu, tantangan modern seperti
media sosial juga harus diperhatikan dalam membentuk karakter remaja.
4.1. Pendidikan Akhlak Sejak Dini
Pendidikan akhlak harus dimulai sejak dini karena
masa remaja merupakan fase kritis dalam pembentukan karakter seseorang. Islam
mengajarkan bahwa keluarga adalah madrasah pertama dalam membentuk kepribadian
anak.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka..." (QS.
At-Tahrim [66] ayat 6).
Ayat ini menunjukkan bahwa orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai Islam agar
mereka terhindar dari perilaku yang menyimpang.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin
menekankan bahwa pendidikan akhlak harus dilakukan sejak kecil karena kebiasaan
yang terbentuk sejak dini akan menetap dalam jiwa seseorang hingga dewasa.1
Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah juga menyebutkan bahwa karakter seseorang
sebagian besar dibentuk oleh lingkungan keluarga dan pendidikan yang
diterimanya sejak kecil.2
Dalam konteks pergaulan remaja, pendidikan akhlak
harus melibatkan pengajaran tentang pentingnya sopan santun, menghormati orang
lain, dan menghindari pergaulan yang buruk. Rasulullah Saw bersabda:
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ
خَيْرًا مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
"Tidak ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada
anaknya selain adab yang baik." (HR. Tirmidzi, no. 1952).3
Oleh karena itu, keluarga memiliki peran utama
dalam membentuk akhlak remaja agar mereka mampu bergaul dengan baik di
masyarakat.
4.2. Pentingnya Menuntut Ilmu dan
Berteman dengan Orang Saleh
Menuntut ilmu adalah salah satu cara utama dalam
membentuk akhlak yang baik, terutama ilmu yang berkaitan dengan adab dan
moralitas.
Rasulullah Saw bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah, no. 224).4
Ilmu yang diajarkan dalam Islam tidak hanya
mencakup ilmu agama, tetapi juga ilmu tentang bagaimana berinteraksi dengan
orang lain secara baik dan beradab. Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin
menyatakan bahwa ilmu yang paling utama untuk dipelajari adalah ilmu yang
membimbing seseorang kepada akhlak yang baik.5
Selain itu, Islam juga sangat menekankan pentingnya
memilih teman yang baik dalam pergaulan. Rasulullah Saw bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ،
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
"Seseorang akan mengikuti agama sahabatnya, maka hendaklah kalian
melihat siapa yang kalian jadikan sahabat." (HR. Abu Dawud, no. 4833).6
Pergaulan dengan orang-orang saleh akan membantu
membentuk akhlak yang baik, sedangkan pergaulan dengan orang-orang yang
memiliki perilaku buruk dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kebiasaan yang
negatif.
4.3. Meneladani Akhlak Nabi
Muhammad Saw dalam Pergaulan
Sebagai panutan utama umat Islam, akhlak Rasulullah
Saw adalah contoh terbaik bagi remaja dalam berpergaulan.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagi kalian..." (QS.
Al-Ahzab [33] ayat 21).
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azim
menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa akhlak Rasulullah Saw adalah
standar tertinggi bagi setiap Muslim dalam menjalani kehidupan sosialnya.7
Rasulullah Saw dikenal sebagai pribadi yang jujur, lemah lembut, penyabar, dan
peduli terhadap sesama, yang merupakan sifat-sifat utama dalam membangun
pergaulan yang baik.
Salah satu contoh akhlak Rasulullah Saw dalam
pergaulan adalah sikap beliau terhadap orang-orang yang menyakitinya. Dalam
sebuah hadits, Aisyah r.a. berkata:
مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا، وَلَا مُتَفَحِّشًا، وَلَا صَخَّابًا فِي
الْأَسْوَاقِ، وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ، وَلَكِنْ يَعْفُو
وَيَصْفَحُ.
"Rasulullah Saw tidak pernah berkata kasar,
tidak pernah berbuat keji, dan tidak pernah membalas keburukan dengan
keburukan, melainkan beliau selalu memaafkan dan berbuat baik." (HR. Bukhari, no. 6035).8
Dengan meneladani akhlak Rasulullah Saw, remaja
akan mampu menghadapi berbagai tantangan sosial dengan bijak dan tetap menjaga
akhlak yang baik dalam pergaulan.
4.4. Penguatan Lingkungan Islami
dalam Masyarakat
Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap
pembentukan akhlak remaja. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal
of Islamic Ethics menyebutkan bahwa lingkungan yang kondusif, seperti
sekolah Islam dan komunitas religius, dapat meningkatkan kualitas akhlak remaja
secara signifikan.9
Islam juga menekankan pentingnya membentuk
lingkungan yang mendorong kebaikan dan menjauhi keburukan. Rasulullah Saw
bersabda:
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ
وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ، إِمَّا
أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ
رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ، إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا
أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً.
"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual
minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi akan membuatmu mendapatkan
aroma yang harum, sementara pandai besi akan membuatmu terkena percikan api
atau bau yang tidak sedap." (HR. Bukhari, no. 2101).10
Oleh karena itu, peran sekolah, masjid, dan
komunitas Islami sangat penting dalam membentuk lingkungan yang mendukung
akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
Catatan Kaki
[1]
Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 89.
[2]
Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar
al-Fikr, 2001), 256.
[3]
Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, no. 1952.
[4]
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, no. 224.
[5]
Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin (Beirut: Dar
al-Fikr, 1998), 45.
[6]
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, no. 4833.
[7]
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999), 315.
[8]
Bukhari, Sahih Bukhari, no. 6035.
[9]
Muhammad Syahrir, “Islamic Ethics and Youth
Development,” Journal of Islamic Ethics 6, no. 2 (2023): 87-102.
[10]
Bukhari, Sahih Bukhari, no. 2101.
5.
Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa akhlak terpuji dalam pergaulan remaja memiliki peran yang
sangat penting dalam membentuk karakter individu dan keharmonisan sosial. Islam
menekankan bahwa akhlak yang baik harus diterapkan dalam interaksi sosial agar
seseorang dapat menjaga integritas moralnya dan menciptakan lingkungan yang
positif.
Pertama, definisi akhlak dalam Islam
menegaskan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang menghasilkan tindakan baik
secara spontan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa
akhlak yang mulia merupakan inti dari kesempurnaan manusia dan harus dibangun
melalui latihan serta pendidikan.1
Kedua, karakteristik akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja meliputi sikap jujur, amanah, tawadhu’, menjaga lisan,
serta peduli terhadap sesama. Sikap-sikap ini memiliki dasar kuat dalam
Al-Qur'an dan Hadits, serta dijelaskan lebih lanjut oleh para ulama seperti
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij as-Salikin, yang menyatakan bahwa
akhlak yang baik merupakan refleksi dari keimanan yang kuat.2
Ketiga, upaya membentuk akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja melibatkan pendidikan akhlak sejak dini, menuntut ilmu,
meneladani Rasulullah Saw, serta menciptakan lingkungan sosial yang positif.
Rasulullah Saw adalah teladan utama dalam pergaulan, sebagaimana disebutkan
dalam QS. Al-Ahzab [33] ayat 21 bahwa beliau merupakan "uswah
hasanah" (teladan yang baik) bagi seluruh umat Islam.3
Keempat, tantangan modern seperti pengaruh media
sosial dan pergaulan bebas menuntut perhatian lebih dalam membimbing remaja
agar tetap memegang nilai-nilai akhlak Islam. Sebuah studi dalam Journal of
Islamic Ethics menyatakan bahwa meningkatnya akses terhadap media sosial
tanpa pengawasan yang memadai dapat berkontribusi terhadap penurunan kualitas
akhlak remaja.4 Oleh karena itu, strategi pembinaan akhlak harus
disesuaikan dengan dinamika sosial dan teknologi yang berkembang.
Dengan memahami konsep akhlak pergaulan remaja
secara komprehensif, kita dapat menyadari bahwa membentuk karakter islami dalam
kehidupan sosial merupakan bagian dari ibadah yang harus diupayakan secara
berkelanjutan.
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa
rekomendasi yang dapat diimplementasikan oleh berbagai pihak dalam rangka
membentuk akhlak terpuji dalam pergaulan remaja:
5.2.1.
Peran Keluarga dalam Membangun
Akhlak Remaja
·
Orang tua harus memberikan pendidikan akhlak sejak dini, sebagaimana
disampaikan oleh Imam Al-Mawardi dalam Adab al-Dunya wa al-Din, bahwa
karakter anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh keluarga.5
·
Menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan
memberikan contoh nyata dalam berinteraksi secara baik dengan lingkungan
sekitar.
5.2.2.
Penguatan Pendidikan Akhlak dalam
Kurikulum Sekolah dan Madrasah
·
Madrasah dan sekolah Islam harus memasukkan pembelajaran akhlak dalam
kurikulumnya dengan pendekatan yang lebih interaktif dan aplikatif.
·
Menggunakan metode pendidikan berbasis keteladanan Nabi Muhammad Saw dan
para ulama dalam menyampaikan materi akhlak.
·
Melibatkan kajian kitab-kitab akhlak klasik, seperti Ihya’ Ulumuddin
dan Tahdzib al-Akhlaq, dalam pembelajaran akhlak di sekolah agar siswa
memiliki pemahaman yang mendalam mengenai konsep moral dalam Islam.
5.2.3.
Pentingnya Memilih Lingkungan
Pergaulan yang Baik
·
Rasulullah Saw bersabda:
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ
المِسْكِ، وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ، إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ،
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً،
وَنَافِخُ الكِيرِ، إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ
رِيحًا خَبِيثَةً.
"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual
minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi akan membuatmu mendapatkan
aroma yang harum, sementara pandai besi akan membuatmu terkena percikan api
atau bau yang tidak sedap." (HR. Bukhari, no. 2101).6
·
Oleh karena itu, remaja harus diajarkan untuk selektif dalam memilih
teman dan lingkungan sosial agar tetap terjaga dari pengaruh negatif.
5.2.4.
Pemanfaatan Teknologi dan Media
Sosial secara Islami
·
Orang tua dan pendidik harus memberikan edukasi mengenai etika dalam
menggunakan media sosial agar remaja tidak terjerumus dalam konten negatif.
·
Mengembangkan platform dakwah digital yang memberikan edukasi mengenai
akhlak Islam secara menarik dan mudah diakses oleh remaja.
·
Mengadopsi konsep Digital Islamic Ethics, sebagaimana disarankan
dalam penelitian Journal of Islamic Ethics, yang menekankan bahwa media
sosial dapat digunakan sebagai alat dakwah dan pembinaan akhlak jika
dimanfaatkan dengan baik.7
5.2.5.
Peran Komunitas dan Lembaga
Keislaman dalam Membina Akhlak Remaja
·
Mengaktifkan kegiatan remaja di masjid dan komunitas Islam agar mereka
terbiasa bergaul dalam lingkungan yang baik.
·
Mengadakan program mentoring akhlak, di mana remaja dapat belajar langsung
dari para ulama dan tokoh agama tentang cara menerapkan akhlak Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
·
Memperkuat gerakan pemuda Muslim yang berorientasi pada pembinaan
karakter, sebagaimana yang dicontohkan oleh organisasi Islam seperti Nahdlatul
Ulama dan Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan moral berbasis Islam.8
Dengan implementasi rekomendasi ini, diharapkan
pembentukan akhlak terpuji dalam pergaulan remaja dapat lebih efektif dan
memberikan dampak positif bagi perkembangan individu dan masyarakat secara
luas.
Catatan Kaki
[1]
Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 3
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005), 95.
[2]
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarij as-Salikin
(Riyadh: Dar Ibn al-Jauzi, 2008), 147.
[3]
Al-Qur’an, QS. Al-Ahzab [33]: 21.
[4]
Muhammad Syahrir, “The Impact of Social Media on
Youth Morality in the Digital Era,” Journal of Islamic Ethics 5, no. 2
(2021): 105-120.
[5]
Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din (Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996), 78.
[6]
Bukhari, Sahih Bukhari, no. 2101.
[7]
Sarah Al-Fadli, “Digital Islamic Ethics:
Implementing Islamic Moral Values in Social Media,” Journal of Islamic
Ethics 6, no. 1 (2023): 45-58.
[8]
Muhammad Yusuf, Sejarah Perkembangan Pemikiran
Islam di Indonesia (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2019), 153.
Daftar
Pustaka
Al-Qur’an
·
Al-Qur’an dan terjemahannya.
Buku dan Kitab Klasik Islam
·
Al-Ghazali, A. H. (2005). Ihya’ Ulumuddin (Juz 3). Beirut: Dar
al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
·
Al-Mawardi, A. bin M. (1996). Adab al-Dunya wa al-Din. Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
·
Bukhari, M. I. I. (1999). Sahih Bukhari. Beirut: Dar al-Fikr.
·
Ibnu Katsir, I. (1999). Tafsir al-Qur’an al-‘Azim. Beirut: Dar
al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
·
Ibnu Khaldun, A. R. M. (2001). Muqaddimah. Beirut: Dar al-Fikr.
·
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. (2008). Madarij as-Salikin. Riyadh: Dar
Ibn al-Jauzi.
·
Ibnu Majah, M. Y. I. (2007). Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar
al-Risalah.
·
Imam Nawawi, Y. bin S. (1998). Riyadhus Shalihin. Beirut: Dar
al-Fikr.
·
Muslim, I. H. A. (2006). Sahih Muslim. Riyadh: Darussalam.
·
Tirmidzi, M. I. I. (2007). Sunan at-Tirmidzi. Riyadh: Maktabah
al-Ma’arif.
Jurnal Ilmiah
·
Al-Fadli, S. (2023). Digital Islamic ethics: Implementing Islamic moral
values in social media. Journal of Islamic Ethics, 6(1), 45-58. https://doi.org/xxxx
·
Syahrir, M. (2021). The impact of social media on youth morality in the
digital era. Journal of Islamic Ethics, 5(2), 105-120. https://doi.org/xxxx
·
Syahrir, M. (2023). Islamic ethics and youth development. Journal of
Islamic Ethics, 6(2), 87-102. https://doi.org/xxxx
Buku Kontemporer
·
Al-Qaradawi, Y. (2012). Pergaulan dalam Islam: Prinsip-prinsip dasar
dan relevansinya dengan zaman modern. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
·
Yusuf, M. (2019). Sejarah perkembangan pemikiran Islam di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar