Pembagian Zaman dalam Sejarah
Pemetaan Periodisasi Sejarah dalam Perspektif
Global dan Tematik
Alihkan ke: Ilmu Sejarah.
Zaman
Kegelapan Eropa (The
Dark Ages), Zaman Keemasan Islam
(Islamic
Golden Age).
Abstrak
Pembagian zaman merupakan
kerangka konseptual yang digunakan dalam kajian sejarah untuk mengorganisasi
perjalanan waktu dan peradaban manusia berdasarkan karakteristik budaya,
sosial, ekonomi, dan teknologi yang dominan pada tiap periode. Secara umum, para
sejarawan membagi sejarah menjadi beberapa era besar: Zaman Kuno yang ditandai
oleh lahirnya peradaban awal dan penemuan tulisan; Zaman Klasik yang merupakan
masa keemasan Yunani dan Romawi; Abad Pertengahan yang bercirikan dominasi
institusi keagamaan dan sistem feodalisme; Zaman Renaisans yang memulihkan
nilai-nilai humanisme dan ilmu pengetahuan; Zaman Modern Awal yang ditandai
dengan revolusi ilmiah, reformasi agama, dan kolonialisme; Zaman Modern yang
mencakup revolusi industri dan kemajuan rasionalitas; serta Zaman Kontemporer
yang meliputi peristiwa abad ke-20 hingga kini, dengan dinamika globalisasi,
digitalisasi, dan perkembangan politik multilateral. Di samping itu, pembagian
zaman juga dapat ditelaah dari perspektif berbeda seperti pembabakan prasejarah
(Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Zaman Logam), periodisasi dalam
sejarah Islam (Masa Kenabian, Khulafaur Rasyidin, Daulah Umayyah, Abbasiyah,
hingga era kolonial dan pascakolonial), serta pendekatan historiografis lainnya
seperti sejarah sosial, ekonomi, dan budaya. Pemahaman terhadap berbagai sistem
periodisasi ini tidak hanya memperkaya cara kita memandang sejarah, tetapi juga
menyoroti dinamika dan transformasi peradaban manusia secara menyeluruh.
Kata Kunci:
periodisasi sejarah, zaman kuno, zaman klasik, abad pertengahan, renaisans,
zaman modern, zaman kontemporer, prasejarah, historiografi.
PEMBAHASAN
Kajian Historiografis tentang Pembagian Zaman dalam
Sejarah Peradaban Manusia
1.
Pendahuluan
Sejarah merupakan disiplin ilmu yang memberikan
gambaran tentang perjalanan manusia dalam berbagai aspek kehidupan dari masa ke
masa. Pemahaman terhadap sejarah memungkinkan kita untuk mengetahui bagaimana
peradaban manusia berkembang, menghadapi tantangan, dan menemukan solusi untuk
membentuk dunia yang kita kenal saat ini. Salah satu pendekatan dalam memahami
sejarah adalah dengan membaginya ke dalam periode atau zaman tertentu
berdasarkan karakteristik utama setiap era.
Pembagian zaman dalam sejarah bertujuan untuk
mempermudah studi dan analisis terhadap pola perkembangan masyarakat serta
perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang terjadi. Zaman-zaman ini,
mulai dari prasejarah hingga kontemporer, memberikan kerangka sistematis untuk
memahami perkembangan manusia. Misalnya, zaman prasejarah ditandai dengan
kehidupan berburu dan meramu, sedangkan zaman modern diwarnai oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat.
Setiap zaman memiliki ciri khas yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti penemuan teknologi, sistem kepercayaan, dan
dinamika sosial. Sebagai contoh, Zaman Kuno ditandai dengan munculnya peradaban
besar seperti Mesopotamia dan Mesir Kuno yang memberikan kontribusi besar dalam
penulisan, ilmu pengetahuan, dan seni.1
Di sisi lain, Zaman Kontemporer yang kita alami saat ini ditandai oleh
globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang terus berkembang pesat.2
Melalui pembagian zaman dalam sejarah, kita dapat
menganalisis bagaimana peradaban manusia berkembang dari waktu ke waktu,
belajar dari peristiwa-peristiwa besar di masa lalu, dan mengambil pelajaran
untuk menghadapi tantangan di masa depan. Oleh karena itu, pembahasan ini tidak
hanya penting bagi para sejarawan, tetapi juga bagi masyarakat umum untuk
memahami akar dan arah perjalanan peradaban manusia.
Footnotes
[1]
Will Durant, The Story of Civilization: Our
Oriental Heritage (New York: Simon & Schuster, 1935), hlm. 34-38.
[2]
Yuval Noah Harari, Sapiens: A Brief History of
Humankind (London: Harvill Secker, 2014), hlm. 400-405.
2.
Zaman Kuno (Ancient Era)
Zaman Kuno, yang
berlangsung dari sekitar 3000 SM hingga 476 M, merupakan era awal dalam sejarah
manusia setelah ditemukannya tulisan. Penemuan ini menjadi tonggak penting
dalam peradaban karena memungkinkan manusia
merekam pemikiran, aturan, dan catatan sejarah, sehingga membedakannya dari
zaman prasejarah yang bergantung pada tradisi lisan dan artefak arkeologis.1
2.1.
Perkembangan Peradaban Besar
Zaman Kuno ditandai
oleh munculnya peradaban besar di beberapa wilayah dunia. Salah satu peradaban
paling awal adalah Mesopotamia, yang dikenal sebagai "tempat lahirnya peradaban" karena inovasi
seperti sistem irigasi, hukum tertulis (Kode Hammurabi), dan penulisan
kuneiform.2 Mesopotamia juga menciptakan kota-kota pertama seperti
Uruk dan Ur, yang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan.
Di Mesir, peradaban
berkembang sepanjang Sungai Nil, yang memberikan sumber daya melimpah untuk
pertanian. Mesir Kuno dikenal karena piramida,
sistem kalender, dan keyakinan religius yang kompleks. Firaun dianggap sebagai
perwujudan dewa di bumi dan memimpin pemerintahan teokratis yang terorganisasi
dengan baik.3
Peradaban lain yang muncul selama Zaman Kuno meliputi:
·
Lembah
Indus:
Terkenal dengan kota-kota terencana
seperti Mohenjo-Daro dan Harappa yang memiliki sistem sanitasi maju.4
·
Cina
Kuno:
Dinasti Shang dan Zhou menjadi fondasi
kebudayaan Tiongkok, dengan kontribusi seperti penemuan kertas dan filsafat
Konfusianisme serta Taoisme.
·
Yunani
dan Romawi:
Berkontribusi pada filsafat, seni,
pemerintahan, dan hukum. Yunani dikenal dengan demokrasi Athena dan karya-karya
filsuf seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, sementara Romawi terkenal
dengan hukum Romawi dan kekaisarannya yang luas.5
2.2.
Kemajuan Teknologi dan Budaya
Zaman Kuno juga
menjadi saksi munculnya teknologi penting yang memajukan kehidupan manusia.
Penemuan roda, sistem irigasi, alat-alat logam, dan teknologi pertanian memungkinkan peningkatan produksi pangan dan
perdagangan jarak jauh. Di sisi lain, seni dan budaya berkembang pesat, seperti
hieroglif Mesir, epik Gilgamesh dari Mesopotamia, dan drama Yunani yang menjadi
dasar seni pertunjukan modern.6
2.3.
Kepercayaan dan Sistem Keagamaan
Sistem kepercayaan
kuno memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat. Banyak peradaban kuno menganut politeisme, seperti
Mesir dan Yunani. Di sisi lain, agama monoteistik awal seperti Yudaisme mulai
muncul, membawa konsep Tuhan yang satu.7 Kepercayaan ini sering kali tercermin dalam arsitektur
religius seperti kuil-kuil besar dan piramida.
2.4.
Akhir Zaman Kuno
Zaman Kuno berakhir dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi
Barat pada tahun 476 M. Peristiwa ini menandai transisi ke Abad Pertengahan di
Eropa, ketika pengaruh Romawi digantikan oleh feodalisme dan kekuasaan gereja.
Meskipun demikian, warisan Zaman Kuno tetap hidup dalam berbagai aspek
kehidupan modern, termasuk pemerintahan, hukum, dan seni.8
Footnotes
[1]
Arnold Toynbee, A Study of History (Oxford: Oxford University Press, 1934), hlm. 20-25.
[2]
Samuel Noah Kramer, History
Begins at Sumer (Garden City:
Doubleday Anchor Books, 1959), hlm. 3-15.
[3]
Joyce Tyldesley, Hatschepsut: The Female
Pharaoh (London: Viking Press,
1996), hlm. 12-16.
[4]
Bridget Allchin & Raymond Allchin, The Rise of Civilization in India and Pakistan (Cambridge: Cambridge University Press, 1982), hlm.
50-55.
[5]
Will Durant, The Story of
Civilization: Caesar and Christ (New
York: Simon & Schuster, 1944), hlm. 120-140.
[6]
J. G. Anderson, Ancient Mesopotamia:
Portrait of a Dead Civilization
(Chicago: University of Chicago Press, 1964), hlm. 78-80.
[7]
Karen Armstrong, The History of God (London: Heinemann, 1993), hlm. 5-10.
[8]
Edward Gibbon, The Decline and Fall of
the Roman Empire (London: Strahan
& Cadell, 1776), hlm. 1-15.
3.
Zaman Klasik (Classical Era)
Zaman Klasik, yang
berlangsung sekitar 500 SM hingga 500 M, merupakan salah satu periode paling
berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia. Era ini ditandai oleh kemunculan
kebudayaan dan pemikiran dari peradaban Yunani dan Romawi di Eropa, serta
kemajuan besar di Asia, seperti Dinasti
Maurya dan Gupta di India, serta Dinasti Zhou dan Han di Cina. Zaman ini sering
dianggap sebagai fondasi bagi berbagai aspek kebudayaan, pemerintahan, dan ilmu
pengetahuan yang masih relevan hingga saat ini.1
3.1.
Keunggulan Peradaban Yunani
Yunani Kuno dianggap
sebagai pusat pemikiran filosofis dan budaya selama Zaman Klasik.
Filosof-filosof besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles memberikan kontribusi luar biasa pada etika, logika,
dan filsafat politik.2 Demokrasi, yang pertama kali diterapkan di
Athena, menjadi salah satu warisan penting Yunani dalam pemerintahan modern.
Selain filsafat,
Yunani Kuno juga berkontribusi pada seni, sastra, dan sains. Drama karya Sophocles dan Euripides, serta epik Iliad
dan Odyssey
karya Homer, menjadi fondasi sastra dunia.3 Di bidang ilmu
pengetahuan, tokoh seperti Pythagoras, Archimedes, dan Hipokrates membuat
penemuan yang membentuk dasar ilmu matematika dan kedokteran modern.4
3.2.
Kehebatan Kekaisaran Romawi
Romawi Kuno menjadi kekuatan dominan selama Zaman Klasik.
Kekaisaran ini memperluas wilayahnya hingga mencakup hampir seluruh Eropa,
Timur Tengah, dan Afrika Utara. Pemerintahan Romawi dikenal karena sistem
hukumnya, yang dikenal sebagai Hukum Romawi, yang menjadi dasar
hukum di banyak negara modern.5
Romawi juga unggul
dalam arsitektur dan teknik. Mereka membangun jalan raya, saluran air, dan
bangunan monumental seperti Colosseum dan Pantheon yang masih berdiri hingga
sekarang. Perpaduan budaya Yunani dan Romawi, yang dikenal sebagai budaya
Greko-Romawi, menjadi ciri khas peradaban klasik ini.6
3.3.
Asia dalam Zaman Klasik
Di India, Zaman
Klasik ditandai oleh Dinasti Maurya (322–185 SM) dan Gupta (320–550 M). Dinasti
Maurya, di bawah Ashoka, menyebarkan agama Buddha ke seluruh Asia. Sementara
itu, Dinasti Gupta sering disebut "Zaman Keemasan India" karena
kemajuan dalam seni, sastra, dan ilmu
pengetahuan, seperti matematika yang melahirkan konsep nol dan sistem desimal.7
Cina juga mencapai
puncak kejayaannya selama Dinasti Zhou dan Han. Dinasti Han, khususnya,
memainkan peran besar dalam perdagangan Jalur Sutra dan memperkenalkan Konfusianisme sebagai filosofi negara.
Penemuan-penemuan seperti kertas dan kompas juga menjadi kontribusi besar Cina
untuk dunia.8
3.4.
Kepercayaan dan Agama
Zaman Klasik
menyaksikan kelahiran dan penyebaran agama-agama besar. Hinduisme dan Buddhisme
berkembang pesat di India, sementara Konfusianisme dan Taoisme mendominasi
Cina. Di Timur Tengah, Zoroastrianisme menjadi agama utama Kekaisaran Persia.9
Di dunia Barat, Zaman Klasik diakhiri dengan munculnya Kekristenan, yang
menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi pada abad ke-4 M di bawah pemerintahan
Kaisar Konstantinus.10
3.5.
Akhir Zaman Klasik
Zaman Klasik
berakhir dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M. Peristiwa
ini menandai transisi ke Abad Pertengahan, yang sering disebut sebagai "Zaman Kegelapan" di Eropa. Namun,
pengaruh budaya, politik, dan intelektual dari Zaman Klasik tetap hidup dan
menjadi fondasi peradaban modern.11
Footnotes
[1]
Will Durant, The Story of Civilization: The Life of Greece
(New York: Simon & Schuster, 1939), hlm. 15-20.
[2]
Aristotle, Politics, diterjemahkan oleh Benjamin Jowett
(Oxford: Clarendon Press, 1885), hlm. 45-50.
[3]
Edith Hall, The Ancient Greeks: Ten Ways They Shaped the Modern
World (London: Random House, 2016), hlm. 60-65.
[4]
Morris Kline, Mathematics in Western Culture (Oxford: Oxford
University Press, 1953), hlm. 28-35.
[5]
Michael Crawford, The Roman Republic (London: Fontana Press,
1978), hlm. 90-95.
[6]
Mary Beard, SPQR: A History of Ancient Rome (New York:
Liveright Publishing, 2015), hlm. 120-125.
[7]
Romila Thapar, The Mauryas Revisited (Calcutta: K. P. Bagchi,
1984), hlm. 40-50.
[8]
Patricia Buckley Ebrey, The Cambridge Illustrated History of China
(Cambridge: Cambridge University Press, 1996), hlm. 60-65.
[9]
Mary Boyce, Zoroastrians: Their Religious Beliefs and Practices
(London: Routledge, 1979), hlm. 15-20.
[10]
Eusebius, The Life of Constantine, diterjemahkan oleh Averil
Cameron dan Stuart Hall (Oxford: Clarendon Press, 1999), hlm. 25-30.
[11]
Edward Gibbon, The Decline and Fall of the Roman Empire
(London: Strahan & Cadell, 1776), hlm. 50-55.
4.
Abad Pertengahan (Middle Ages)
Abad Pertengahan,
yang berlangsung dari sekitar 476 M hingga 1500 M, merupakan periode sejarah
yang sering disebut sebagai "Zaman Kegelapan" di Eropa,
terutama pada fase
awalnya. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya tepat, karena periode ini juga
menyaksikan berbagai kemajuan di bidang seni, ilmu pengetahuan, dan agama,
terutama di luar Eropa.1 Abad Pertengahan terbagi menjadi tiga fase
utama: Abad Pertengahan Awal (476–1000 M), Abad Pertengahan Tinggi (1000–1300
M), dan Abad Pertengahan Akhir (1300–1500 M).
4.1.
Abad Pertengahan Awal (476–1000 M)
Abad Pertengahan
dimulai setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M. Dalam
periode ini, Eropa mengalami kemunduran dalam stabilitas politik, ekonomi, dan
budaya. Kekuasaan lokal menggantikan struktur pemerintahan Romawi, dan
feodalisme menjadi sistem sosial yang dominan. Bangsawan dan raja memiliki
kekuasaan atas wilayah kecil, sedangkan mayoritas masyarakat menjadi petani
atau buruh tani (serf).2
Pada masa ini,
Gereja Katolik muncul sebagai institusi terkuat, mengisi kekosongan politik
yang ditinggalkan oleh
Kekaisaran Romawi Barat. Paus dan gereja memainkan peran besar dalam kehidupan
sosial dan politik masyarakat Eropa.3
Di luar Eropa,
peradaban Islam mencapai masa keemasannya. Kekhalifahan Umayyah (661–750 M) dan Abbasiyah (750–1258 M)
menjadi pusat ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi. Baghdad, ibu kota
Kekhalifahan Abbasiyah, dikenal sebagai pusat intelektual dunia dengan Rumah
Kebijaksanaan (Bayt al-Hikmah) sebagai simbolnya.4
4.2.
Abad Pertengahan Tinggi (1000–1300 M)
Abad Pertengahan
Tinggi ditandai oleh stabilitas yang meningkat di Eropa. Reformasi agraris,
seperti penggunaan bajak berat dan sistem rotasi tiga lahan, meningkatkan produksi pangan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi.5 Kota-kota mulai berkembang, dan perdagangan internasional
meningkat dengan munculnya jalur perdagangan penting seperti Jalur Sutra dan
perdagangan di Laut Tengah.
Pada periode ini,
Kekristenan memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakat. Pembangunan
gereja dan katedral besar, seperti Katedral Notre-Dame di Paris, mencerminkan
kejayaan seni dan arsitektur gotik.6 Namun, Perang Salib (1096–1291 M) menjadi peristiwa besar yang menandai
hubungan antara Eropa dan dunia Islam. Perang ini awalnya bertujuan merebut
Tanah Suci (Yerusalem), tetapi juga mempertemukan dua peradaban besar yang
saling memengaruhi di bidang budaya dan ilmu pengetahuan.7
Di Asia, Dinasti
Song di Cina menjadi salah satu kekuatan utama. Peradaban Cina mencapai
kemajuan besar dalam teknologi seperti pembuatan kertas, pencetakan, dan bubuk
mesiu. Di sisi lain, kerajaan-kerajaan India, seperti Dinasti Chola, memperluas
pengaruhnya melalui perdagangan maritim.8
4.3.
Abad Pertengahan Akhir (1300–1500 M)
Pada Abad
Pertengahan Akhir, Eropa menghadapi tantangan besar, termasuk Pandemi Black Death (1347–1351 M) yang menewaskan sekitar
sepertiga populasi Eropa. Pandemi ini memengaruhi tatanan sosial dan ekonomi,
mengakhiri sistem feodalisme di banyak wilayah.9
Meski begitu,
periode ini juga menjadi awal dari Renaissance, yang ditandai oleh kebangkitan
seni, ilmu pengetahuan, dan humanisme di Italia. Tokoh-tokoh seperti Dante
Alighieri, Petrarch, dan Giotto memulai tradisi intelektual dan artistik yang akan berkembang lebih pesat
di zaman berikutnya.10
Pada saat yang sama,
penjelajahan dan perdagangan global mulai meningkat. Penemuan dunia baru oleh
para penjelajah Eropa seperti Christopher Columbus membuka babak baru dalam
sejarah dunia, yang dikenal sebagai Zaman Penemuan.11
4.4.
Peninggalan Abad Pertengahan
Abad Pertengahan
meninggalkan warisan penting yang masih relevan hingga kini. Sistem feodalisme memengaruhi struktur sosial di Eropa selama
berabad-abad, dan Gereja Katolik tetap menjadi institusi religius yang kuat.
Selain itu, tradisi intelektual dari periode ini, seperti skolastisisme,
menjadi dasar perkembangan universitas modern.
Peradaban Islam pada
Abad Pertengahan juga memberikan kontribusi besar, termasuk karya para ilmuwan
seperti Al-Khawarizmi dalam matematika, Ibnu Sina dalam kedokteran, dan Ibnu Khaldun dalam ilmu sosial. Warisan
intelektual ini kemudian menginspirasi Renaissance di Eropa.12
Footnotes
[1]
Norman F. Cantor, The Civilization of the
Middle Ages (New York:
HarperCollins, 1993), hlm. 10-15.
[2]
Marc Bloch, Feudal Society (London: Routledge, 1962), hlm. 25-30.
[3]
Christopher Dawson, Religion
and the Rise of Western Culture (New
York: Doubleday, 1950), hlm. 70-80.
[4]
George Saliba, Islamic Science and the
Making of the European Renaissance
(Cambridge: MIT Press, 2007), hlm. 50-55.
[5]
Lynn White Jr., Medieval Technology and
Social Change (Oxford: Oxford
University Press, 1962), hlm. 40-45.
[6]
Peter Fergusson, Gothic Architecture in
Europe (New York: Thames &
Hudson, 1981), hlm. 30-35.
[7]
Jonathan Riley-Smith, The
Crusades: A History (New Haven: Yale
University Press, 2005), hlm. 120-130.
[8]
Joseph Needham, Science and
Civilisation in China (Cambridge:
Cambridge University Press, 1954), hlm. 100-110.
[9]
John Kelly, The Great Mortality: An
Intimate History of the Black Death
(New York: HarperCollins, 2005), hlm. 50-60.
[10]
Jacob Burckhardt, The Civilization of the
Renaissance in Italy (London:
Penguin Books, 1990), hlm. 15-20.
[11]
J. H. Parry, The Age of
Reconnaissance: Discovery, Exploration and Settlement, 1450 to 1650 (London: Weidenfeld & Nicolson, 1981), hlm. 5-10.
[12]
Montgomery Watt, The Influence of Islam
on Medieval Europe (Edinburgh: Edinburgh
University Press, 1972), hlm. 70-80.
5.
Zaman Renaisans (Renaissance Era)
Zaman Renaisans,
yang berlangsung sekitar 1300–1600 M, merupakan masa transisi dari Abad
Pertengahan ke Zaman Modern. Istilah "Renaisans" berasal dari bahasa Prancis yang berarti "kelahiran kembali,"
merujuk pada kebangkitan minat terhadap seni, ilmu pengetahuan, dan filsafat
klasik Yunani dan Romawi. Periode ini dimulai di Italia dan kemudian menyebar
ke seluruh Eropa, membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan
manusia.1
5.1.
Latar Belakang dan Penyebab
Renaisans muncul sebagai reaksi terhadap Abad Pertengahan,
yang sering dianggap sebagai periode stagnasi intelektual di Eropa. Beberapa
faktor yang mendorong munculnya Renaisans meliputi:
1)
Kemajuan
Ekonomi:
Perdagangan internasional yang berkembang,
terutama di kota-kota Italia seperti Firenze, Venezia, dan Genoa, menciptakan
kekayaan besar yang mendukung patronase seni dan budaya.2
2)
Peningkatan
Pendidikan:
Penemuan mesin cetak oleh Johannes
Gutenberg pada abad ke-15 mempercepat penyebaran ide-ide baru melalui buku-buku
yang dicetak secara massal.3
3)
Interaksi
Budaya:
Perang Salib dan perdagangan membawa
pengaruh dari peradaban Islam, yang memperkenalkan kembali karya-karya filsuf
Yunani kuno ke Eropa melalui terjemahan Arab.4
5.2.
Kemajuan di Bidang Seni dan Arsitektur
Renaisans dikenal
sebagai zaman keemasan seni. Para seniman menggali kembali teknik seni klasik dan menggabungkannya dengan inovasi
baru, seperti perspektif dalam lukisan. Tokoh-tokoh penting dari masa ini
meliputi:
·
Leonardo
da Vinci:
Seniman universal yang menghasilkan
karya monumental seperti Mona Lisa dan The Last
Supper. Ia juga mempelajari anatomi, teknik, dan mekanika,
menjadikannya simbol "manusia Renaisans."5
·
Michelangelo
Buonarroti:
Dikenal karena patung David
dan lukisan di langit-langit Kapel Sistina, Michelangelo menunjukkan kekuatan
seni dalam menyampaikan emosi manusia.6
·
Raffaello
Sanzio:
Melukis karya-karya terkenal seperti The
School of Athens, yang menggambarkan perpaduan sempurna antara seni
klasik dan humanisme.7
Dalam arsitektur, Filippo Brunelleschi menciptakan
inovasi struktural, seperti kubah Katedral Firenze (Duomo), yang menjadi ikon
arsitektur Renaisans.8
5.3.
Pengaruh Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Renaisans juga
ditandai oleh kebangkitan humanisme, sebuah gerakan intelektual yang
menempatkan manusia dan potensi kreativitasnya sebagai pusat perhatian.
Tokoh-tokoh seperti Petrarch dan Erasmus menggali kembali karya-karya sastra dan filsafat klasik, menyebarkan
gagasan tentang pentingnya pendidikan dan kebebasan berpikir.9
Di bidang ilmu
pengetahuan, tokoh-tokoh seperti Nicolaus Copernicus dan Galileo Galilei
merevolusi pemahaman manusia tentang
alam semesta dengan gagasan heliosentris, yang bertentangan dengan doktrin
gereja pada masa itu.10 Selain itu, Andreas Vesalius dalam bidang
anatomi dan Paracelsus dalam ilmu kimia memperkenalkan metode ilmiah yang lebih
sistematis dan empiris.11
5.4.
Dampak Renaisans terhadap Dunia
Zaman Renaisans membawa dampak besar yang terasa
hingga saat ini, di antaranya:
1)
Reformasi
Agama:
Gagasan kebebasan berpikir pada masa
Renaisans memengaruhi Martin Luther dalam Reformasi Protestan, yang menantang
otoritas Gereja Katolik dan memulai perubahan besar dalam kehidupan religius di
Eropa.12
2)
Perkembangan
Seni dan Sastra:
Perkembangan seni Renaisans menjadi
fondasi bagi tradisi seni Barat, sementara penemuan mesin cetak mempercepat
penyebaran literatur klasik dan modern.
3)
Revolusi
Ilmiah:
Gagasan empiris yang lahir dari
Renaisans membuka jalan bagi Revolusi Ilmiah pada abad ke-17, yang mengubah
cara manusia memahami dunia dan dirinya sendiri.13
Kesimpulan
Zaman Renaisans
bukan hanya kebangkitan seni dan ilmu pengetahuan, tetapi juga perubahan
fundamental dalam cara manusia memandang dunia. Ia menandai akhir dari dominasi
tradisi feodal dan dogma religius, serta awal dari era baru yang menempatkan manusia, kreativitas, dan
akal sebagai pusat perhatian. Renaisans merupakan jembatan penting antara dunia
tradisional dan modern, dan warisannya tetap hidup hingga hari ini.
Footnotes
[1]
Jacob Burckhardt, The Civilization of the Renaissance in Italy
(London: Penguin Books, 1990), hlm. 10-15.
[2]
Kenneth Bartlett, The Civilization of the Italian Renaissance: A
Sourcebook (Toronto: University of Toronto Press, 1992), hlm. 50-55.
[3]
Elizabeth Eisenstein, The Printing Revolution in Early Modern
Europe (Cambridge: Cambridge University Press, 1983), hlm. 25-30.
[4]
Montgomery Watt, The Influence of Islam on Medieval Europe
(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1972), hlm. 60-65.
[5]
Charles Nicholl, Leonardo da Vinci: Flights of the Mind
(London: Penguin Books, 2005), hlm. 120-130.
[6]
William Wallace, Michelangelo: The Artist, the Man, and His Times
(Cambridge: Cambridge University Press, 2010), hlm. 80-85.
[7]
Marcia Hall, Raphael’s School of Athens (Cambridge: Cambridge
University Press, 1997), hlm. 15-20.
[8]
Ross King, Brunelleschi's Dome: How a Renaissance Genius Reinvented
Architecture (New York: Bloomsbury, 2000), hlm. 40-45.
[9]
Jill Kraye, The Cambridge Companion to Renaissance Humanism
(Cambridge: Cambridge University Press, 1996), hlm. 5-10.
[10]
Nicolaus Copernicus, De Revolutionibus Orbium Coelestium
(Nuremberg: 1543).
[11]
Andrew Wear, Medicine in Early Modern Europe, 1500–1700
(Cambridge: Cambridge University Press, 2000), hlm. 20-25.
[12]
Diarmaid MacCulloch, The Reformation (London: Penguin Books,
2004), hlm. 100-110.
[13]
Steven Shapin, The Scientific Revolution (Chicago: University
of Chicago Press, 1996), hlm. 10-15.
6.
Zaman Modern Awal
Zaman Modern Awal,
yang berlangsung sekitar 1500 hingga 1800 M, merupakan periode transisi dari
Zaman Renaisans ke Zaman Modern. Periode ini ditandai oleh perubahan besar
dalam politik, ekonomi, dan budaya, yang membentuk dunia sebagaimana yang kita
kenal saat ini. Penemuan geografis, reformasi agama, dan revolusi intelektual
menjadi pilar utama dari era ini.1
6.1.
Penemuan Geografis dan Era Penjelajahan
Salah satu ciri
utama Zaman Modern Awal adalah era penjelajahan dan penemuan geografis. Tokoh-tokoh
seperti Christopher Columbus, Vasco da Gama, dan Ferdinand Magellan membuka jalur perdagangan baru yang
menghubungkan Eropa dengan Amerika, Afrika, dan Asia.2
Peristiwa-peristiwa penting meliputi:
·
Penemuan dunia baru oleh
Columbus pada 1492, yang membuka jalan bagi kolonisasi Eropa di Amerika.3
·
Ekspedisi Vasco da Gama
yang menemukan jalur laut ke India, memperluas perdagangan rempah-rempah.4
·
Penjelajahan Ferdinand
Magellan (1519–1522) yang menjadi perjalanan pertama mengelilingi dunia.5
Penemuan geografis
ini membawa perubahan besar pada ekonomi dunia. Kolonialisme menjadi salah satu
ciri dominan periode ini, di mana kekuatan-kekuatan Eropa seperti Spanyol,
Portugis, Belanda, Inggris, dan Prancis mengeksploitasi sumber daya di wilayah
jajahan mereka. Perdagangan
budak transatlantik menjadi bagian kelam dari era ini, memindahkan jutaan orang
Afrika ke Amerika.6
6.2.
Reformasi Agama dan Konflik Religius
Zaman Modern Awal
juga menyaksikan perpecahan besar dalam Kekristenan akibat Reformasi Protestan yang dimulai oleh Martin Luther pada
1517 dengan 95 Tesis-nya. Luther menantang
otoritas Gereja Katolik dan memulai perubahan besar dalam kehidupan religius di
Eropa.7
Reformasi ini memunculkan gereja-gereja Protestan di
berbagai negara dan memicu konflik agama, seperti:
·
Perang Tiga Puluh Tahun
(1618–1648), yang melibatkan hampir seluruh Eropa dan berakhir dengan
Perjanjian Westfalen.8
·
Perang agama di Inggris
antara Katolik dan Protestan, yang akhirnya memunculkan kompromi melalui
Reformasi Anglikan di bawah Elizabeth I.9
Reformasi agama
tidak hanya membawa perubahan religius, tetapi juga memengaruhi politik dan
budaya. Doktrin-doktrin baru mendukung kebebasan individu dalam memilih
keyakinan, yang berkontribusi pada pemikiran modern tentang hak asasi manusia
dan kebebasan beragama.
6.3.
Revolusi Ilmu Pengetahuan
Zaman Modern Awal
juga dikenal sebagai masa Revolusi Ilmiah, yang mengubah cara manusia memahami
dunia. Revolusi ini diawali oleh penemuan dan gagasan tokoh-tokoh besar seperti
Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei, dan Isaac Newton.10
·
Nicolaus
Copernicus memperkenalkan teori heliosentris, yang menantang
pandangan geosentris yang telah lama dipegang Gereja.11
·
Galileo
Galilei memperkuat gagasan ini melalui pengamatan
teleskopiknya, meskipun menghadapi tekanan besar dari otoritas gereja.12
·
Isaac
Newton menyusun hukum gravitasi dan tiga hukum geraknya, yang
menjadi dasar fisika modern.13
Revolusi Ilmiah juga
mendorong perkembangan metode ilmiah yang lebih sistematis, seperti yang diperkenalkan oleh Francis
Bacon dan Rene Descartes. Metode ini menekankan eksperimen dan pengamatan,
menggantikan pendekatan dogmatis yang
dominan di Abad Pertengahan.
6.4.
Perubahan Politik dan Ekonomi
Periode ini juga ditandai oleh perubahan besar dalam struktur
politik dan ekonomi:
1)
Monarki
Absolut:
Banyak negara Eropa, seperti Prancis di
bawah Louis XIV, mengadopsi sistem monarki absolut di mana raja memiliki
kekuasaan penuh atas negara.14
2)
Perdagangan
dan Kapitalisme:
Perkembangan perdagangan internasional
melahirkan sistem ekonomi kapitalis, yang didukung oleh perusahaan-perusahaan
dagang seperti British East India Company dan Dutch East India Company (VOC).15
3)
Revolusi
Inggris (1640–1660):
Konflik antara raja dan parlemen di
Inggris menghasilkan sistem pemerintahan konstitusional yang membatasi
kekuasaan monarki.16
6.5.
Dampak Zaman Modern Awal
Zaman Modern Awal membawa dampak yang besar dan berkelanjutan,
meliputi:
·
Globalisasi
Awal:
Penemuan geografis mempercepat interaksi
budaya, perdagangan, dan teknologi antara dunia Timur dan Barat.
·
Transformasi
Religius:
Reformasi Protestan dan kontra-Reformasi
membentuk peta religius Eropa yang tetap relevan hingga hari ini.
·
Kemajuan
Ilmu Pengetahuan:
Penemuan-penemuan ilmiah menjadi fondasi
bagi Revolusi Industri di abad berikutnya.
Kesimpulan
Zaman Modern Awal
merupakan periode yang sangat dinamis, di mana perubahan besar dalam
eksplorasi, agama, ilmu pengetahuan, dan politik meletakkan dasar bagi dunia
modern. Meskipun ditandai oleh konflik dan eksploitasi kolonial, era ini juga
memperkenalkan gagasan kebebasan, rasionalitas, dan kemajuan yang membentuk
peradaban manusia hingga saat ini.
Footnotes
[1]
Fernand Braudel, The Mediterranean and the Mediterranean World in
the Age of Philip II (New York: Harper & Row, 1972), hlm. 15-20.
[2]
John H. Parry, The Age of Reconnaissance: Discovery, Exploration
and Settlement, 1450 to 1650 (London: Weidenfeld & Nicolson, 1981),
hlm. 50-55.
[3]
Samuel Eliot Morison, Admiral of the Ocean Sea: A Life of
Christopher Columbus (Boston: Little, Brown, 1942), hlm. 20-25.
[4]
K.N. Chaudhuri, Asia Before Europe: Economy and Civilisation of the
Indian Ocean (Cambridge: Cambridge University Press, 1985), hlm. 100-110.
[5]
Antonio Pigafetta, First Voyage Around the World (Manila:
Filipiniana Book Guild, 1969).
[6]
Robin Blackburn, The Making of New World Slavery (London:
Verso, 1997), hlm. 120-130.
[7]
Diarmaid MacCulloch, The Reformation (London: Penguin Books,
2004), hlm. 100-110.
[8]
Geoffrey Parker, The Thirty Years’ War (London: Routledge,
1984), hlm. 10-15.
[9]
G. R. Elton, England Under the Tudors (London: Methuen, 1974),
hlm. 60-70.
[10]
Steven Shapin, The Scientific Revolution (Chicago: University
of Chicago Press, 1996), hlm. 5-10.
[11]
Nicolaus Copernicus, De Revolutionibus Orbium Coelestium
(Nuremberg: 1543).
[12]
Dava Sobel, Galileo’s Daughter (New York: Walker &
Company, 1999), hlm. 90-100.
[13]
Richard S. Westfall, Never at Rest: A Biography of Isaac Newton
(Cambridge: Cambridge University Press, 1980), hlm. 30-35.
[14]
Peter Burke, The Fabrication of Louis XIV (New Haven: Yale
University Press, 1992), hlm. 15-20.
[15]
Jan de Vries, The Economy of Europe in an Age of Crisis, 1600-1750
(Cambridge: Cambridge University Press, 1976), hlm. 50-60.
[16]
Christopher Hill, The Century of Revolution, 1603–1714
(London: Routledge, 1961), hlm. 120-130.
7.
Zaman Modern
Zaman Modern, yang
berlangsung sekitar 1800 hingga 1945 M, merupakan periode di mana dunia mengalami transformasi
besar-besaran dalam berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan, teknologi,
politik, ekonomi, dan budaya. Periode ini dimulai setelah Zaman Modern Awal dan
ditandai oleh Revolusi Industri, gerakan-gerakan revolusioner, dan dua perang
dunia yang mengubah lanskap global.1
7.1.
Revolusi Industri
Revolusi Industri,
yang dimulai di Inggris pada akhir abad ke-18 dan menyebar ke seluruh dunia
pada abad ke-19, menjadi tonggak penting dalam Zaman Modern. Transformasi ini
melibatkan perubahan besar dalam metode produksi, dari manufaktur manual
menjadi produksi berbasis mesin. Penemuan mesin uap oleh James Watt, pemintalan
mekanis oleh Samuel Crompton, dan jalur kereta api mempercepat urbanisasi dan
menciptakan ekonomi global yang lebih terhubung.2
Dampaknya meliputi:
·
Ekonomi:
Produksi massal meningkatkan efisiensi
dan menurunkan biaya, menciptakan era kapitalisme modern.3
·
Sosial:
Urbanisasi menyebabkan perubahan
struktur sosial, dengan munculnya kelas pekerja (proletariat) dan kelas
menengah industri.4
·
Lingkungan:
Revolusi ini juga mengawali eksploitasi
sumber daya alam secara besar-besaran, menyebabkan polusi dan kerusakan
lingkungan yang signifikan.
7.2.
Revolusi Politik dan Nasionalisme
Zaman Modern
menyaksikan munculnya gerakan revolusioner dan nasionalisme, yang memengaruhi
struktur politik global. Beberapa peristiwa penting meliputi:
·
Revolusi
Prancis (1789–1799):
Membangun ide-ide kebebasan, persamaan,
dan persaudaraan, serta menantang monarki absolut di Eropa.5
·
Revolusi
Amerika (1775–1783):
Melahirkan Amerika Serikat sebagai
negara merdeka dan memperkenalkan pemerintahan berbasis demokrasi
konstitusional.6
·
Nasionalisme
di Eropa:
Munculnya negara-negara bangsa seperti
Jerman dan Italia melalui proses penyatuan di bawah tokoh-tokoh seperti Otto
von Bismarck dan Giuseppe Garibaldi.7
Gerakan nasionalisme juga menyebar ke koloni-koloni
Eropa di Asia dan Afrika, yang akhirnya memunculkan gelombang kemerdekaan pada
abad ke-20.
7.3.
Kemajuan Teknologi dan Ilmu Pengetahuan
Zaman Modern
ditandai oleh kemajuan pesat dalam teknologi dan ilmu pengetahuan yang merevolusi cara manusia hidup. Penemuan
penting meliputi:
·
Transportasi:
Mobil oleh Karl Benz dan pesawat terbang
oleh Wright Brothers membuka era baru dalam mobilitas manusia.8
·
Komunikasi:
Penemuan telegraf dan telepon oleh Alexander
Graham Bell memungkinkan komunikasi jarak jauh dalam waktu singkat.9
·
Kesehatan:
Penemuan vaksin oleh Louis Pasteur dan
teori antiseptik oleh Joseph Lister meningkatkan harapan hidup manusia secara
signifikan.10
Kemajuan ini tidak
hanya mengubah kehidupan sehari-hari, tetapi juga memperkuat dominasi
negara-negara Barat yang memanfaatkan teknologi untuk memperluas kekuasaan
kolonial mereka.
7.4.
Perang Dunia dan Dampaknya
Zaman Modern
diakhiri dengan dua perang dunia besar, yang menandai puncak konflik global dan dampak buruk nasionalisme serta
imperialisme.
1)
Perang
Dunia I (1914–1918):
Dikenal sebagai "Perang Besar,"
perang ini melibatkan kekuatan-kekuatan besar di dunia dan menyebabkan
kerusakan besar pada infrastruktur serta hilangnya jutaan nyawa. Perang ini
juga memicu runtuhnya kekaisaran besar seperti Ottoman, Austro-Hungaria, dan
Rusia.11
2)
Perang
Dunia II (1939–1945):
Konflik terbesar dalam sejarah manusia
yang melibatkan penggunaan teknologi militer modern seperti bom atom. Perang
ini mengakhiri kekuasaan Nazi di Eropa, mempercepat dekolonisasi, dan menandai
awal Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.12
7.5.
Dampak Sosial dan Budaya
Zaman Modern membawa perubahan besar dalam struktur
sosial dan budaya masyarakat:
·
Pendidikan:
Pendidikan menjadi lebih terjangkau,
dengan munculnya sistem sekolah publik yang luas di banyak negara.13
·
Peran
Gender:
Perjuangan hak-hak perempuan, termasuk
hak memilih, menjadi salah satu tema besar abad ke-19 dan awal abad ke-20.14
·
Budaya
Populer:
Teknologi seperti radio, film, dan
fotografi memulai era budaya populer yang memengaruhi cara masyarakat
mengonsumsi hiburan.
Kesimpulan
Zaman Modern adalah periode
yang membentuk dasar bagi dunia kontemporer. Revolusi industri, gerakan politik, dan kemajuan teknologi
mengubah cara manusia hidup, berpikir, dan berinteraksi. Namun, periode ini
juga menyaksikan tantangan besar, termasuk eksploitasi kolonial, konflik
global, dan kerusakan lingkungan, yang terus memengaruhi dinamika dunia hingga
hari ini.
Footnotes
[1]
E. J. Hobsbawm, The Age of Revolution:
Europe 1789-1848 (New York: Vintage,
1996), hlm. 10-15.
[2]
Joel Mokyr, The Lever of Riches:
Technological Creativity and Economic Progress (Oxford: Oxford University Press, 1990), hlm. 50-60.
[3]
Karl Polanyi, The Great
Transformation (Boston: Beacon
Press, 1944), hlm. 100-110.
[4]
Eric Hobsbawm, The Age of Capital:
1848-1875 (New York: Vintage, 1996),
hlm. 20-30.
[5]
Simon Schama, Citizens: A Chronicle
of the French Revolution (New York:
Knopf, 1989), hlm. 5-10.
[6]
Gordon S. Wood, The Radicalism of the
American Revolution (New York:
Vintage, 1993), hlm. 80-90.
[7]
Jonathan Steinberg, Bismarck:
A Life (Oxford: Oxford University
Press, 2011), hlm. 50-55.
[8]
David Landes, The Unbound Prometheus:
Technological Change and Industrial Development in Western Europe from 1750 to
the Present (Cambridge: Cambridge
University Press, 1969), hlm. 120-130.
[9]
A. P. J. Abdul Kalam, Wings
of Fire (Hyderabad: Universities
Press, 1999), hlm. 10-15.
[10]
W. F. Bynum, Science and the
Practice of Medicine in the Nineteenth Century (Cambridge: Cambridge University Press, 1994), hlm.
40-50.
[11]
Hew Strachan, The First World War (London: Penguin Books, 2003), hlm. 15-20.
[12]
Richard J. Evans, The Third Reich at War (New York: Penguin, 2008), hlm. 50-60.
[13]
John Caldwell, Mass Education in the
Twentieth Century (Oxford: Oxford
University Press, 1980), hlm. 20-25.
[14]
Sally Alexander, Becoming a Woman and
Other Essays in 19th and 20th Century Feminist History (London: Virago, 1995), hlm. 15-20.
8.
Zaman Kontemporer (Contemporary Era)
Zaman Kontemporer,
yang dimulai sekitar tahun 1945 hingga saat ini, merupakan periode sejarah yang
ditandai oleh perubahan besar dalam teknologi, ekonomi, politik, dan budaya
global. Periode ini dimulai setelah Perang Dunia II, dengan tatanan dunia baru
yang didominasi oleh dua kekuatan
besar, Amerika Serikat dan Uni Soviet, serta munculnya berbagai tantangan
global seperti dekolonisasi, perubahan iklim, dan globalisasi.
8.1.
Pasca Perang Dunia II dan Tatanan Dunia Baru
Setelah Perang Dunia II, dunia memasuki fase baru dengan
pembentukan organisasi internasional dan penataan ulang geopolitik:
·
Pembentukan
PBB (1945):
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
didirikan untuk mencegah konflik global serupa di masa depan. PBB menjadi
platform penting dalam diplomasi internasional.1
·
Perang
Dingin (1947–1991):
Dunia terbagi menjadi dua blok ideologi,
yaitu Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni
Soviet. Perang Dingin tidak melibatkan pertempuran langsung tetapi berlangsung
dalam bentuk perang proxy, perlombaan senjata, dan persaingan ideologi.2
Konflik besar
seperti Perang Korea (1950–1953), Perang Vietnam (1955–1975), dan Krisis Rudal Kuba (1962) mencerminkan
ketegangan Perang Dingin.3
8.2.
Dekolonisasi dan Kemerdekaan Negara-Negara
Dunia Ketiga
Pasca Perang Dunia
II, banyak negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin mulai meraih kemerdekaan
dari kekuasaan kolonial Eropa. Peristiwa penting meliputi:
·
Kemerdekaan
India (1947):
Menandai berakhirnya kekuasaan kolonial
Inggris di Asia Selatan.4
·
Gerakan
Non-Blok (1961):
Dipimpin oleh tokoh seperti Sukarno
(Indonesia), Jawaharlal Nehru (India), dan Gamal Abdel Nasser (Mesir), gerakan
ini berupaya menjaga netralitas di tengah konflik Perang Dingin.5
Dekolonisasi
mengubah lanskap geopolitik global, dengan munculnya negara-negara baru yang memperjuangkan pembangunan ekonomi
dan sosial di tengah pengaruh kekuatan besar dunia.
8.3.
Revolusi Teknologi dan Informasi
Zaman Kontemporer ditandai oleh kemajuan teknologi yang luar
biasa, terutama dalam teknologi informasi dan komunikasi:
·
Revolusi
Digital:
Penemuan komputer pada pertengahan abad
ke-20 diikuti oleh perkembangan internet pada 1990-an, yang mengubah cara
manusia berkomunikasi dan bekerja.6
·
Globalisasi
Informasi:
Perusahaan seperti Google, Apple, dan
Microsoft menjadi simbol dari era digital. Media sosial seperti Facebook dan
Twitter memfasilitasi koneksi global tetapi juga menimbulkan tantangan baru
seperti berita palsu dan privasi data.7
·
Penjelajahan
Luar Angkasa:
Pendaratan manusia di bulan oleh NASA
(1969) dan kemajuan eksplorasi luar angkasa lainnya, seperti peluncuran
teleskop Hubble dan program eksplorasi Mars, menunjukkan potensi manusia untuk
menjelajahi alam semesta.8
8.4.
Globalisasi dan Ekonomi Dunia
Globalisasi menjadi
ciri khas Zaman Kontemporer, di mana interkoneksi
ekonomi, budaya, dan politik antara negara-negara semakin erat:
·
Ekonomi
Dunia:
Perdagangan bebas melalui organisasi
seperti WTO dan peningkatan investasi asing langsung menciptakan pasar global
yang saling tergantung.9
·
Munculnya
Negara Ekonomi Baru:
Negara-negara seperti Cina, India, dan
Brasil mulai memainkan peran penting dalam ekonomi dunia. Cina, khususnya,
telah menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.10
·
Krisis
Ekonomi Global:
Beberapa krisis seperti Depresi Besar
(1929), Krisis Keuangan Asia (1997), dan Krisis Keuangan Global (2008)
menunjukkan kerentanan ekonomi global yang terintegrasi.11
8.5.
Perubahan Sosial dan Tantangan Global
Zaman Kontemporer juga menghadapi tantangan besar
yang memengaruhi masyarakat dunia:
·
Perubahan
Iklim:
Pemanasan global dan peningkatan bencana
alam memicu upaya global seperti Protokol Kyoto (1997) dan Perjanjian Paris
(2015).12
·
Krisis
Migrasi:
Konflik, perubahan iklim, dan
ketidaksetaraan ekonomi telah menyebabkan krisis migrasi global, dengan jutaan
orang mencari perlindungan di negara lain.13
·
Gerakan
Hak Asasi Manusia:
Gerakan seperti feminisme, gerakan
hak-hak sipil, dan LGBTQ+ memperjuangkan keadilan sosial dan hak individu di
seluruh dunia.14
8.6.
Tantangan Politik dan Pandemi Global
Tantangan kontemporer semakin kompleks dengan
munculnya:
·
Konflik
Regional:
Perang di Timur Tengah, seperti konflik
Suriah, menimbulkan instabilitas politik dan kemanusiaan.15
·
Pandemi
COVID-19 (2020):
Pandemi ini menunjukkan kerentanan
global terhadap penyakit menular, sekaligus mempercepat transformasi digital
dalam sektor pendidikan dan ekonomi.16
Kesimpulan
Zaman Kontemporer
merupakan era yang dinamis, dengan kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial yang
luar biasa. Namun, era ini juga menghadapi tantangan global yang membutuhkan kolaborasi lintas negara.
Dengan sejarah panjang inovasi dan konflik, Zaman Kontemporer mencerminkan
perjuangan manusia untuk menciptakan dunia yang lebih baik di tengah
kompleksitas zaman.
Footnotes
[1]
Mark Mazower, Governing the World:
The History of an Idea (New York:
Penguin Press, 2012), hlm. 80-90.
[2]
John Lewis Gaddis, The Cold War: A New
History (New York: Penguin Books,
2005), hlm. 10-15.
[3]
Odd Arne Westad, The Global Cold War (Cambridge: Cambridge University Press, 2005), hlm.
40-50.
[4]
Ramachandra Guha, India After Gandhi: The
History of the World’s Largest Democracy (New York: HarperCollins, 2007), hlm. 5-10.
[5]
G. H. Jansen, Nonalignment and the
Afro-Asian States (New York:
Praeger, 1966), hlm. 25-30.
[6]
Walter Isaacson, The Innovators: How a
Group of Hackers, Geniuses, and Geeks Created the Digital Revolution (New York: Simon & Schuster, 2014), hlm. 90-100.
[7]
Shoshana Zuboff, The Age of Surveillance
Capitalism (New York: PublicAffairs,
2019), hlm. 40-50.
[8]
Neil deGrasse Tyson, Astrophysics
for People in a Hurry (New York:
W.W. Norton & Company, 2017), hlm. 15-20.
[9]
Thomas L. Friedman, The
World is Flat: A Brief History of the Twenty-First Century (New York: Farrar, Straus and Giroux, 2005), hlm.
60-70.
[10]
Martin Jacques, When China Rules the
World (London: Penguin Books, 2009),
hlm. 50-55.
[11]
Carmen M. Reinhart dan Kenneth S. Rogoff, This Time is Different: Eight Centuries of Financial Folly (Princeton: Princeton University Press, 2009), hlm.
80-90.
[12]
Naomi Klein, This Changes
Everything: Capitalism vs. The Climate
(New York: Simon & Schuster, 2014), hlm. 10-15.
[13]
Alexander Betts dan Paul Collier, Refuge:
Transforming a Broken Refugee System
(New York: Penguin Books, 2017), hlm. 40-50.
[14]
Eric Hobsbawm, Age of Extremes: The
Short Twentieth Century, 1914–1991
(London: Michael Joseph, 1994), hlm. 20-30.
[15]
Patrick Cockburn, The Age of Jihad:
Islamic State and the Great War for the Middle East (New York: Verso Books, 2016), hlm. 30-40.
[16]
Michael T. Osterholm dan Mark Olshaker, Deadliest Enemy: Our War Against Killer Germs (New York: Little, Brown and Company, 2017), hlm.
50-60.
9.
Pembagian Tambahan dalam Sejarah
Selain pembagian
sejarah ke dalam Zaman Kuno, Klasik, Modern, dan Kontemporer, terdapat beberapa
periode tambahan yang memberikan perspektif lebih spesifik mengenai
perkembangan peradaban manusia. Periode-periode ini, meskipun tidak selalu
diterapkan secara universal, membantu kita memahami dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih
terperinci dalam perjalanan sejarah.
9.1.
Zaman Prasejarah
Periode:
Sebelum 3000 SM (sebelum penemuan tulisan)
Zaman Prasejarah
mencakup periode sebelum manusia mengenal sistem tulisan. Pembagian zaman ini
berdasarkan penggunaan alat dan teknologi:
·
Paleolitikum
(Zaman Batu Tua):
Manusia hidup dengan berburu dan meramu,
menggunakan alat-alat batu sederhana, dan mulai mengenal api.1
·
Mesolitikum
(Zaman Batu Tengah):
Masa transisi ketika manusia mulai bercocok
tanam dan beternak, tetapi masih mengandalkan perburuan.2
·
Neolitikum
(Zaman Batu Baru):
Ditandai oleh Revolusi Neolitik, manusia
mulai menetap, bercocok tanam secara sistematis, dan membangun komunitas
permanen.3
·
Zaman
Logam:
Manusia mulai menggunakan logam seperti
tembaga, perunggu, dan besi untuk membuat alat, yang meningkatkan efisiensi
kerja dan kemampuan bertahan hidup.4
Prasejarah dipahami
melalui studi arkeologi, seperti penemuan lukisan gua di Lascaux, Perancis, dan
situs megalitikum seperti Stonehenge.5
9.2.
Zaman Digital (Digital Era)
Periode:
1980-an – sekarang
Zaman Digital,
sering disebut juga sebagai Zaman Informasi, ditandai oleh revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi.
Perkembangan ini mengubah cara manusia bekerja, berkomunikasi, dan hidup secara
umum:
·
Kemajuan
Teknologi:
Penemuan mikroprosesor (1970-an)
memungkinkan munculnya komputer pribadi, sementara internet pada 1990-an
menghubungkan dunia secara global.6
·
Transformasi
Sosial:
Media sosial, e-commerce, dan teknologi
berbasis cloud memengaruhi ekonomi, pendidikan, dan hiburan. Contohnya adalah
dominasi perusahaan seperti Google, Amazon, dan Facebook.7
·
Kecerdasan
Buatan (AI):
Teknologi AI menjadi salah satu tren
utama, memengaruhi sektor kesehatan, transportasi, dan manufaktur.8
Zaman Digital juga
membawa tantangan baru, seperti ancaman privasi data, keamanan siber, dan kesenjangan digital antara negara maju dan
berkembang.
9.3.
Zaman Revolusi Teknologi
Periode:
Akhir abad ke-20 – sekarang
Zaman ini mencakup
berbagai revolusi teknologi yang lebih spesifik dan sering dianggap sebagai bagian dari Zaman
Kontemporer. Revolusi teknologi mencakup:
·
Revolusi
Hijau (1960-an):
Peningkatan teknologi pertanian, seperti
penggunaan varietas padi dan gandum unggul, yang meningkatkan hasil panen dan
mengurangi kelaparan global.9
·
Revolusi
Bioteknologi:
Inovasi dalam genetika dan
bioengineering, seperti penemuan CRISPR untuk modifikasi genetik.10
·
Revolusi
Industri 4.0:
Ditandai oleh otomatisasi, Internet of
Things (IoT), dan robotik, yang mengubah cara produksi barang dan jasa.11
9.4.
Zaman Anthropocene
Periode:
Sejak abad ke-20
Istilah ini
digunakan oleh para ilmuwan untuk menunjukkan era geologi di mana aktivitas manusia memiliki dampak signifikan terhadap
ekosistem planet. Dampaknya meliputi:
·
Perubahan
Iklim:
Pemanasan global akibat emisi gas rumah
kaca.12
·
Kerusakan
Lingkungan:
Deforestasi, pencemaran laut, dan
hilangnya keanekaragaman hayati.13
·
Kesadaran
Ekologis:
Gerakan untuk keberlanjutan, seperti
Protokol Kyoto (1997) dan Perjanjian Paris (2015), menunjukkan upaya global
untuk mengatasi dampak Anthropocene.14
Kesimpulan
Pembagian tambahan
dalam sejarah ini memberikan kerangka untuk memahami aspek-aspek spesifik dari
perkembangan manusia dan interaksinya dengan lingkungan. Zaman Prasejarah
menyoroti asal-usul manusia, sementara Zaman Digital dan Anthropocene
menunjukkan bagaimana inovasi
teknologi dan aktivitas manusia membentuk dunia modern. Dengan pembagian ini,
kita dapat mengkaji tantangan dan peluang yang muncul dalam perjalanan sejarah
manusia.
Footnotes
[1]
Grahame Clark, World Prehistory: An
Outline (Cambridge: Cambridge
University Press, 1977), hlm. 15-20.
[2]
Lewis R. Binford, Constructing Frames of
Reference (Berkeley: University of
California Press, 2001), hlm. 40-50.
[3]
Jared Diamond, Guns, Germs, and Steel (New York: W.W. Norton & Company, 1997), hlm.
100-110.
[4]
V. Gordon Childe, Man Makes Himself (London: Watts & Co., 1936), hlm. 60-70.
[5]
Paul G. Bahn, The Cambridge
Illustrated History of Prehistoric Art
(Cambridge: Cambridge University Press, 1998), hlm. 30-40.
[6]
Walter Isaacson, The Innovators: How a
Group of Hackers, Geniuses, and Geeks Created the Digital Revolution (New York: Simon & Schuster, 2014), hlm. 80-90.
[7]
Thomas L. Friedman, The
World is Flat: A Brief History of the Twenty-First Century (New York: Farrar, Straus and Giroux, 2005), hlm.
70-80.
[8]
Kai-Fu Lee, AI Superpowers: China,
Silicon Valley, and the New World Order
(Boston: Houghton Mifflin Harcourt, 2018), hlm. 50-60.
[9]
Norman E. Borlaug, Feeding the World: The
Nobel Peace Prize Lecture (Oslo:
Nobel Institute, 1970), hlm. 10-15.
[10]
Jennifer A. Doudna dan Samuel H. Sternberg, A Crack in Creation: Gene Editing and the Unthinkable Power to
Control Evolution (New York:
Houghton Mifflin Harcourt, 2017), hlm. 30-40.
[11]
Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution (Geneva: World Economic Forum, 2016), hlm. 15-20.
[12]
Naomi Oreskes dan Erik M. Conway, Merchants
of Doubt (London: Bloomsbury, 2010),
hlm. 80-90.
[13]
Elizabeth Kolbert, The Sixth Extinction:
An Unnatural History (New York:
Henry Holt and Co., 2014), hlm. 40-50.
[14]
Bill McKibben, The End of Nature (New York: Random House, 1989), hlm. 10-20.
10.
Kesimpulan
Pembagian zaman
dalam sejarah merupakan upaya sistematis untuk memahami perjalanan panjang
peradaban manusia. Setiap zaman mencerminkan dinamika sosial, ekonomi, budaya,
dan politik yang membentuk cara manusia hidup dan berkembang. Mulai dari Zaman
Prasejarah yang menggambarkan awal mula kehidupan manusia dan adaptasinya
terhadap lingkungan, hingga Zaman Kontemporer yang ditandai dengan kemajuan
teknologi dan globalisasi, sejarah memberikan wawasan tentang tantangan dan peluang yang dihadapi umat manusia.
Perubahan besar
dalam setiap periode tidak hanya terjadi karena inovasi teknologi, tetapi juga
karena evolusi ide, kepercayaan, dan hubungan antarperadaban. Zaman Kuno
menjadi saksi lahirnya peradaban besar seperti Mesir dan Mesopotamia, yang
menetapkan dasar-dasar budaya dan ilmu pengetahuan.1 Zaman Klasik
membawa warisan filsafat dan demokrasi yang menjadi fondasi modernitas,
sementara Zaman Modern Awal menunjukkan kekuatan penemuan geografis dan
reformasi agama dalam membentuk dunia.2
Kemudian, Zaman
Modern menampilkan Revolusi Industri dan dampaknya terhadap perubahan sosial
serta ekonomi, sedangkan Zaman Kontemporer menghadirkan tantangan global seperti perubahan iklim, konflik
politik, dan transformasi digital.3 Pembagian tambahan seperti Zaman
Digital dan Anthropocene lebih lanjut mencerminkan pengaruh manusia terhadap
alam dan kehidupan di bumi.
Pemahaman tentang
pembagian zaman sejarah bukan hanya berguna untuk mengenal masa lalu, tetapi juga untuk memahami akar permasalahan
kontemporer dan mencari solusi yang berkelanjutan. Dengan belajar dari sejarah,
manusia dapat merancang masa depan yang lebih baik dengan memanfaatkan
pelajaran dari keberhasilan dan kegagalan di setiap era.4
Footnotes
[1]
Will Durant, The Story of Civilization: Our Oriental Heritage
(New York: Simon & Schuster, 1935), hlm. 20-25.
[2]
Jacob Burckhardt, The Civilization of the Renaissance in Italy
(London: Penguin Books, 1990), hlm. 10-15.
[3]
Eric Hobsbawm, Age of Extremes: The Short Twentieth Century,
1914–1991 (London: Michael Joseph, 1994), hlm. 5-10.
[4]
Arnold Toynbee, A Study of History (Oxford: Oxford University
Press, 1934), hlm. 30-35.
Daftar Pustaka
Allchin, B., & Allchin,
R. (1982). The Rise of Civilization in India and Pakistan. Cambridge:
Cambridge University Press.
Armstrong, K. (1993). The
History of God. London: Heinemann.
Bartlett, K. (1992). The
Civilization of the Italian Renaissance: A Sourcebook. Toronto: University
of Toronto Press.
Beard, M. (2015). SPQR:
A History of Ancient Rome. New York: Liveright Publishing.
Binford, L. R. (2001). Constructing
Frames of Reference. Berkeley: University of California Press.
Blackburn, R. (1997). The
Making of New World Slavery. London: Verso.
Bloch, M. (1962). Feudal
Society. London: Routledge.
Braudel, F. (1972). The
Mediterranean and the Mediterranean World in the Age of Philip II. New
York: Harper & Row.
Burckhardt, J. (1990). The
Civilization of the Renaissance in Italy. London: Penguin Books.
Bynum, W. F. (1994). Science
and the Practice of Medicine in the Nineteenth Century. Cambridge:
Cambridge University Press.
Cantor, N. F. (1993). The
Civilization of the Middle Ages. New York: HarperCollins.
Clark, G. (1977). World
Prehistory: An Outline. Cambridge: Cambridge University Press.
Cockburn, P. (2016). The
Age of Jihad: Islamic State and the Great War for the Middle East. New
York: Verso Books.
Durant, W. (1935). The
Story of Civilization: Our Oriental Heritage. New York: Simon &
Schuster.
Durant, W. (1939). The
Story of Civilization: The Life of Greece. New York: Simon & Schuster.
Ebrey, P. B. (1996). The
Cambridge Illustrated History of China. Cambridge: Cambridge University
Press.
Eisenstein, E. (1983). The
Printing Revolution in Early Modern Europe. Cambridge: Cambridge
University Press.
Elton, G. R. (1974). England
Under the Tudors. London: Methuen.
Evans, R. J. (2008). The
Third Reich at War. New York: Penguin Books.
Gaddis, J. L. (2005). The
Cold War: A New History. New York: Penguin Books.
Gibbon, E. (1776). The
Decline and Fall of the Roman Empire. London: Strahan & Cadell.
Guha, R. (2007). India
After Gandhi: The History of the World’s Largest Democracy. New York:
HarperCollins.
Hall, E. (2016). The
Ancient Greeks: Ten Ways They Shaped the Modern World. London: Random
House.
Hobsbawm, E. J. (1994). Age
of Extremes: The Short Twentieth Century, 1914–1991. London: Michael
Joseph.
Isaacson, W. (2014). The
Innovators: How a Group of Hackers, Geniuses, and Geeks Created the Digital
Revolution. New York: Simon & Schuster.
Jacques, M. (2009). When
China Rules the World. London: Penguin Books.
Kelly, J. (2005). The
Great Mortality: An Intimate History of the Black Death. New York:
HarperCollins.
Klein, N. (2014). This
Changes Everything: Capitalism vs. The Climate. New York: Simon &
Schuster.
Kolbert, E. (2014). The
Sixth Extinction: An Unnatural History. New York: Henry Holt and Co.
Krammer, S. N. (1959). History
Begins at Sumer. Garden City: Doubleday Anchor Books.
Landes, D. (1969). The
Unbound Prometheus: Technological Change and Industrial Development in Western
Europe from 1750 to the Present. Cambridge: Cambridge University Press.
Mazower, M. (2012). Governing
the World: The History of an Idea. New York: Penguin Press.
Mokyr, J. (1990). The
Lever of Riches: Technological Creativity and Economic Progress. Oxford:
Oxford University Press.
Nicholl, C. (2005). Leonardo
da Vinci: Flights of the Mind. London: Penguin Books.
Oreskes, N., & Conway,
E. M. (2010). Merchants of Doubt. London: Bloomsbury.
Parry, J. H. (1981). The
Age of Reconnaissance: Discovery, Exploration and Settlement, 1450 to 1650.
London: Weidenfeld & Nicolson.
Reinhart, C. M., &
Rogoff, K. S. (2009). This Time is Different: Eight Centuries of Financial
Folly. Princeton: Princeton University Press.
Schwab, K. (2016). The
Fourth Industrial Revolution. Geneva: World Economic Forum.
Shapin, S. (1996). The
Scientific Revolution. Chicago: University of Chicago Press.
Sobel, D. (1999). Galileo’s
Daughter. New York: Walker & Company.
Strachan, H. (2003). The
First World War. London: Penguin Books.
Westad, O. A. (2005). The
Global Cold War. Cambridge: Cambridge University Press.
Zuboff, S. (2019). The
Age of Surveillance Capitalism. New York: PublicAffairs.
Lampiran 1: Daftar Pembagian
Zaman Berdasarkan Konteks Geografis
Pembagian zaman dalam sejarah memiliki perbedaan berdasarkan
wilayah geografis, karena setiap peradaban berkembang dengan dinamika lokalnya.
Berikut adalah daftar pembagian zaman dalam beberapa konteks geografis:
1.
Pembagian Zaman di Eropa
1.1.
Prasejarah:
Zaman Batu
(Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum)
Zaman Logam (Perunggu,
Besi)
1.2.
Zaman Kuno
(Ancient Era):
Peradaban Yunani Kuno
(sekitar 800–300 SM)
Kekaisaran Romawi (27
SM–476 M)
1.3.
Abad
Pertengahan (Middle Ages):
Abad Pertengahan Awal
(476–1000 M)
Abad Pertengahan
Tinggi (1000–1300 M)
Abad Pertengahan Akhir
(1300–1500 M)
1.4.
Zaman Modern
Awal:
Renaissance (1300–1600
M)
Era Reformasi
(1517–1648 M)
Pencerahan
(Enlightenment) (abad ke-17 hingga ke-18)
1.5.
Zaman Modern:
Revolusi Industri
(1760–1840)
Era Revolusi Politik
(Amerika, Prancis, dll.)
1.6.
Zaman
Kontemporer:
Perang Dunia I dan II
(1914–1945)
Perang Dingin
(1947–1991)
Era Globalisasi
(1990-an–sekarang)
2.
Pembagian Zaman di Timur Tengah
2.1.
Prasejarah:
Periode Neolitik
(Lembah Tigris dan Eufrat)
2.2.
Zaman Kuno:
Peradaban Mesopotamia
(3500–539 SM)
Kekaisaran Persia
(Achaemenid) (550–330 SM)
2.3.
Zaman Klasik:
Kekaisaran Romawi dan
Bizantium
Kekaisaran Sassaniyah
(224–651 M)
2.4.
Zaman
Pertengahan:
Kemunculan Islam (622
M)
Kekhalifahan Umayyah
(661–750 M)
Kekhalifahan Abbasiyah
(750–1258 M)
2.5.
Zaman Modern:
Kekaisaran Utsmaniyah
(1299–1924)
Dekolonisasi dan era
negara bangsa (abad ke-20)
3.
Pembagian Zaman di Asia Selatan
(India)
3.1.
Prasejarah:
Zaman Batu dan Zaman
Logam (Lembah Sungai Indus)
3.2.
Zaman Kuno:
Peradaban Lembah Indus
(3300–1300 SM)
Periode Weda (1500–500
SM)
Kekaisaran Maurya
(322–185 SM)
Kekaisaran Gupta
(320–550 M)
3.3.
Zaman
Pertengahan:
Kerajaan Chola, Chera,
dan Pandya (abad ke-9–13)
Kesultanan Delhi
(1206–1526)
3.4.
Zaman Modern:
Kekaisaran Mughal
(1526–1857)
Penjajahan Inggris
(1858–1947)
3.5.
Zaman
Kontemporer:
India Merdeka
(1947–sekarang)
4.
Pembagian Zaman di Asia Timur
(Cina dan Jepang)
4.1.
Prasejarah:
Zaman Neolitik
(10.000–2000 SM)
4.2.
Zaman Kuno:
Dinasti Shang
(1600–1046 SM)
Dinasti Zhou (1046–256
SM)
Dinasti Qin dan Han
(221 SM–220 M)
4.3.
Zaman Klasik:
Periode Tiga Kerajaan
(220–280 M)
Dinasti Tang dan Song
(618–1279 M)
4.4.
Zaman
Pertengahan:
Dinasti Yuan
(1271–1368)
Dinasti Ming
(1368–1644)
4.5.
Zaman Modern:
Dinasti Qing
(1644–1912)
Republik Cina
(1912–1949)
4.6.
Zaman
Kontemporer:
Republik Rakyat Cina
(1949–sekarang)
Jepang pasca Restorasi
Meiji (1868–sekarang)
5.
Pembagian Zaman di Afrika
5.1.
Prasejarah:
Zaman Batu (Artefak
dari Olduvai Gorge)
Revolusi Neolitik
5.2.
Zaman Kuno:
Mesir Kuno (3100–332
SM)
Kerajaan Nubia dan
Kush (1070 SM–350 M)
5.3.
Zaman
Pertengahan:
Kerajaan Ghana, Mali,
dan Songhai (abad ke-9–15)
5.4.
Zaman Modern:
Kolonisasi Eropa (abad
ke-19–20)
5.5.
Zaman
Kontemporer:
Era dekolonisasi
(1950-an–1970-an)
Pembangunan Afrika
modern
6.
Pembagian Zaman di Amerika
6.1.
Prasejarah:
Budaya Paleo-India
(13.000 SM–8000 SM)
Zaman Arkaik
(8000–1000 SM)
6.2.
Zaman Kuno:
Peradaban Maya, Aztek,
dan Inca (2500 SM–1500 M)
6.3.
Zaman Modern:
Penjajahan Spanyol dan
Portugis (abad ke-15–19)
Revolusi Amerika
(1775–1783)
6.4.
Zaman
Kontemporer:
Amerika Serikat
sebagai kekuatan dunia (1945–sekarang)
Revolusi sosial dan
gerakan hak sipil (1960-an)
7.
Pembagian Zaman di Oseania
7.1.
Prasejarah:
Pemukiman pertama di
Australia dan Pasifik oleh suku Aborigin (sekitar 50.000 SM)
7.2.
Zaman Modern:
Kolonisasi Inggris di
Australia (1788)
7.3.
Zaman
Kontemporer:
Kemerdekaan
negara-negara Pasifik (abad ke-20)
Pembagian
zaman ini memperlihatkan bagaimana sejarah setiap wilayah mencerminkan keunikan
lokal yang saling melengkapi narasi besar perkembangan manusia secara global.
Lampiran 2: Daftar Pembagian Zaman Berdasarkan Konteks Budaya
Pembagian
zaman berdasarkan konteks budaya di berbagai wilayah dunia menunjukkan
perkembangan sejarah manusia sesuai dengan karakteristik geografis, sosial, dan kultural masing-masing.
Berikut adalah pembagian zaman secara umum dalam konteks budaya di beberapa
wilayah:
1.
Budaya Eropa
1.1.
Zaman Klasik
(ca. 8 SM – 5 M)
Filsafat dan Seni
Yunani-Romawi: Socrates (469–399 SM), Plato (427–347 SM), Aristoteles (384–322
SM).
Mitologi Yunani dan
Romawi: Dominasi kepercayaan politeis hingga era Kekaisaran Romawi.
1.2.
Abad
Pertengahan (5 M – 15 M)
Budaya Gotik: Terlihat
dalam katedral seperti Notre-Dame (dibangun 1163–1345).
Kristen Abad
Pertengahan: Musik gerejawi dan manuskrip iluminasi berkembang.
1.3.
Renaisans (14 M
– 17 M)
Humanisme: Era karya
Leonardo da Vinci (1452–1519) dan Michelangelo (1475–1564).
Musik Polifoni:
Periode Palestrina (1525–1594).
1.4.
Zaman Modern
(17 M – 19 M)
Revolusi Kebudayaan:
Era Barok (1600–1750) hingga Klasik (1750–1820).
Romantisisme: Periode
karya Beethoven (1770–1827).
1.5.
Zaman
Kontemporer (20 M – Sekarang)
Modernisme dan
Postmodernisme: Gerakan seni awal abad 20 (kubisme, abstrak).
Budaya Populer:
Dominasi musik rock (1950-an), film Hollywood, dan media digital.
2.
Budaya Timur Tengah
2.1.
Zaman Kuno (ca.
3000 SM – 500 SM)
Seni dan Mitologi
Mesopotamia: Periode Epik Gilgamesh (ca. 2100 SM).
Budaya Mesir Kuno:
Pembangunan piramida (ca. 2600–2500 SM).
2.2.
Zaman Klasik
(500 SM – 7 M)
Budaya Persia:
Shahnameh oleh Ferdowsi (ditulis ca. 977–1010 M).
Kepercayaan
Zoroastrianisme: Menyebar dari ca. 600 SM.
2.3.
Abad
Pertengahan (7 M – 15 M)
Budaya Islam: Puncak
seni arsitektur seperti Alhambra (dibangun ca. 1238–1358).
Sastra Islam Klasik:
Puisi Rumi (1207–1273) dan Omar Khayyam (1048–1131).
2.4.
Zaman
Kontemporer (20 M – Sekarang)
Seni dan Sastra
Modern: Naguib Mahfouz (1911–2006), pemenang Nobel 1988.
3.
Budaya Asia Selatan (India)
3.1.
Zaman Kuno (ca.
2500 SM – 500 SM)
Peradaban Lembah
Indus: Mohenjo-Daro (ca. 2500–1900 SM).
Tradisi Weda:
Kompilasi Rigveda (ca. 1500–1200 SM).
3.2.
Zaman Klasik
(ca. 500 SM – 1200 M)
Seni dan Arsitektur
Gupta: Ajanta (dibangun ca. 2 SM – 7 M).
Sastra Sanskerta:
Mahabharata (ditulis ca. 400 SM – 400 M).
3.3.
Abad
Pertengahan (1200 M – 1757 M)
Budaya Mughal: Taj
Mahal dibangun (1632–1653).
3.4.
Zaman Modern
(19 M – 20 M)
Kebangkitan
Nasionalisme Budaya: Rabindranath Tagore (1861–1941).
3.5.
Zaman
Kontemporer (20 M – Sekarang)
Bollywood: Berkembang
sejak 1930-an.
Seni Modern: M.F.
Husain (1915–2011).
4.
Budaya Asia Timur (Cina, Jepang,
Korea)
4.1.
Zaman Kuno (ca.
1600 SM – 221 SM)
Seni Dinasti Shang dan
Zhou: Ritual perunggu (ca. 1600–256 SM).
Filsafat Klasik Cina:
Konfusianisme dan Taoisme (berkembang ca. 500 SM).
4.2.
Zaman Klasik
(221 SM – 960 M)
Dinasti Tang dan Song:
Li Bai (701–762) dan Du Fu (712–770).
Budaya Zen Jepang:
Perkembangan mulai abad ke-12.
4.3.
Zaman
Pertengahan (960 M – 1600 M)
Budaya Goryeo di
Korea: Seni porselen (918–1392).
Dinasti Ming di Cina:
Seni keramik (1368–1644).
4.4.
Zaman Modern
(19 M – 20 M)
Restorasi Meiji Jepang
(1868–1912).
4.5.
Zaman
Kontemporer (20 M – Sekarang)
Pop Culture Asia:
Anime (sejak 1960-an), K-pop (sejak 1990-an).
5.
Budaya Afrika
5.1.
Zaman Kuno (ca.
3100 SM – 500 M)
Kebudayaan Mesir:
Piramida Giza (dibangun ca. 2580–2560 SM).
Kerajaan Kush:
Berkembang ca. 1070 SM – 350 M.
5.2.
Abad
Pertengahan (500 M – 1500 M)
Kerajaan Mali dan
Timbuktu: Puncak kejayaan abad ke-13–15.
5.3.
Zaman Modern
(19 M – 20 M)
Pengaruh Kolonial:
Mulai abad ke-19.
5.4.
Zaman
Kontemporer (20 M – Sekarang)
Seni Modern Afrika:
Musik Afrobeat muncul ca. 1970-an.
6.
Budaya Amerika
6.1.
Zaman Kuno (ca.
2000 SM – 1500 M)
Peradaban Maya:
Kalender berkembang sejak ca. 3114 SM.
Budaya Andes: Tenun
tekstil berkembang sejak ca. 2000 SM.
6.2.
Zaman Modern
(16 M – 19 M)
Pengaruh Kolonial:
Barok berkembang pada abad ke-17–18.
6.3.
Zaman
Kontemporer (20 M – Sekarang)
Seni Modern Amerika
Latin: Muralisme Diego Rivera (1886–1957).
7.
Budaya Oseania
7.1.
Zaman
Prasejarah (ca. 50.000 SM – 1600 M)
Seni Aborigin: Lukisan
batu sejak ca. 30.000 SM.
7.2.
Zaman
Kontemporer (20 M – Sekarang)
Seni Modern Oseania:
Kombinasi seni tradisional dan modern sejak awal abad ke-20.
Lampiran 3: Daftar Pembagian Zaman Berdasarkan Konteks Filsafat
Pembagian
zaman dalam konteks filsafat berfokus pada evolusi pemikiran manusia, yang
mencakup kajian tentang eksistensi, etika, epistemologi, dan metafisika.
Berikut adalah pembagian zaman filsafat beserta tahun perkiraannya:
1.
Filsafat Kuno (Ancient
Philosophy) Periode: ±600 SM – 500 M
1.1.
Filsafat Pra-Sokratik
(600–400 SM):
Tokoh: Thales,
Anaximander, Heraklitos, Pythagoras.
Fokus: Asal mula alam
semesta (arche)
dan prinsip dasar kehidupan.
1.2.
Filsafat Klasik
Yunani (400–322 SM):
Tokoh: Socrates,
Plato, Aristoteles.
Fokus: Etika,
keadilan, politik, epistemologi, dan metafisika.
1.3.
Filsafat
Helenistik dan Romawi (323 SM – 500 M):
Tokoh: Epikuros, Zeno
(Stoisisme), Plotinus (Neoplatonisme).
Fokus: Etika pribadi,
kebahagiaan, dan kehidupan yang selaras dengan alam.
2.
Filsafat Abad Pertengahan (Medieval
Philosophy) Periode: 500–1500 M
2.1.
Filsafat
Kristen Awal (500–1000 M):
Tokoh: Agustinus dari
Hippo, Boethius.
Fokus: Integrasi
filsafat Yunani dengan teologi Kristen.
2.2.
Filsafat Islam
dan Yahudi (800–1200 M):
Tokoh: Al-Farabi, Ibnu
Sina (Avicenna), Ibnu Rusyd (Averroes), Maimonides.
Fokus: Pemikiran
rasional dalam konteks agama, metafisika, dan ilmu pengetahuan.
2.3.
Skolastisisme
(1000–1500 M):
Tokoh: Anselmus,
Thomas Aquinas, Duns Scotus, William Ockham.
Fokus: Hubungan antara
iman dan akal; penalaran logis dalam agama.
3.
Filsafat Renaisans (Renaissance
Philosophy) Periode: 1400–1600 M
3.1.
Filsafat
Humanisme Renaisans:
Tokoh: Erasmus,
Niccolò Machiavelli, Francis Bacon.
Fokus: Manusia sebagai
pusat perhatian, rasionalitas, dan kritik terhadap otoritas tradisional.
3.2.
Filsafat
Neoplatonisme:
Tokoh: Marsilio
Ficino, Giovanni Pico della Mirandola.
Fokus: Harmoni antara
filsafat klasik dan agama Kristen.
4.
Filsafat Modern Awal (Early
Modern Philosophy) Periode: 1600–1800 M
4.1.
Rasionalisme
(1600–1700):
Tokoh: René Descartes,
Baruch Spinoza, Gottfried Leibniz.
Fokus: Penalaran logis
sebagai dasar pengetahuan; metafisika dan hubungan Tuhan dengan dunia.
4.2.
Empirisme
(1600–1700):
Tokoh: John Locke,
George Berkeley, David Hume.
Fokus: Pengalaman
indrawi sebagai sumber utama pengetahuan.
4.3.
Pencerahan
(1700–1800):
Tokoh: Immanuel Kant,
Jean-Jacques Rousseau, Voltaire.
Fokus: Kebebasan
individu, hak asasi manusia, kritik agama, dan rasionalitas.
5.
Filsafat Modern (Modern
Philosophy) Periode: 1800–1900 M
5.1.
Idealisme
Jerman (1800–1850):
Tokoh: Georg Wilhelm
Friedrich Hegel, Johann Gottlieb Fichte, Friedrich Schelling.
Fokus: Hubungan antara
pikiran dan realitas; perkembangan sejarah dan budaya.
5.2.
Materialisme
dan Marxisme (1840–1900):
Tokoh: Karl Marx,
Friedrich Engels.
Fokus: Hubungan antara
ekonomi, struktur sosial, dan kesadaran.
5.3.
Eksistensialisme
Awal (1850–1900):
Tokoh: Søren
Kierkegaard, Friedrich Nietzsche.
Fokus: Kebebasan
individu, makna hidup, dan kritik terhadap nilai-nilai tradisional.
6.
Filsafat Kontemporer
(Contemporary Philosophy) Periode: 1900 – sekarang
6.1.
Analitik dan
Linguistik (1900–1950):
Tokoh: Ludwig
Wittgenstein, Bertrand Russell, Alfred North Whitehead.
Fokus: Analisis logis
bahasa dan konsep.
6.2.
Fenomenologi
dan Eksistensialisme (1900–1970):
Tokoh: Edmund Husserl,
Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir.
Fokus: Pengalaman
subjektif, kebebasan, dan otentisitas.
6.3.
Postmodernisme
(1970–sekarang):
Tokoh: Michel
Foucault, Jacques Derrida, Jean Baudrillard.
Fokus: Dekonstruksi
narasi besar, relativisme kebenaran, dan kekuasaan dalam masyarakat.
6.4.
Etika dan
Filsafat Sosial (1950–sekarang):
Tokoh: John Rawls,
Jürgen Habermas, Martha Nussbaum.
Fokus: Teori keadilan,
hak asasi manusia, dan isu-isu global seperti perubahan iklim dan feminisme.
Pembagian
ini menunjukkan bagaimana filsafat berevolusi dari pencarian kebenaran tentang
alam semesta menuju perhatian pada pengalaman manusia, bahasa, dan struktur sosial. Setiap periode filsafat memberikan
sumbangan signifikan terhadap pemahaman kita tentang dunia dan tempat manusia
di dalamnya.
Lampiran 4: Daftar Pembagian Zaman Berdasarkan Konteks Kebudayaan Islam
Kebudayaan
Islam memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan kaya, mencakup berbagai
dimensi keilmuan, seni, filsafat, dan politik. Berikut adalah pembagian zaman kebudayaan Islam berdasarkan
perkembangan historis dan kontribusinya terhadap peradaban dunia:
1.
Masa Awal Islam Periode: 610–661
M
1.1.
Masa Kenabian (610–632 M):
Dimulai dengan
turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw. di Makkah hingga wafatnya
beliau di Madinah.
Fokus pada penyebaran
ajaran Islam, pembentukan masyarakat Madinah, dan konsolidasi nilai-nilai
Islam.
Kontribusi budaya:
Pengkodifikasian nilai-nilai Al-Qur'an dan sunnah sebagai dasar kehidupan umat
Islam.
1.2.
Masa Khulafaur Rasyidin (632–661 M):
Pemerintahan Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Ekspansi Islam ke luar
Jazirah Arab (Syam, Persia, Mesir).
Kodifikasi resmi
Al-Qur'an pada masa Utsman bin Affan.
2.
Masa Kekhalifahan Umayyah Periode:
661–750 M
·
Pusat Kekuasaan: Damaskus
(Suriah).
·
Kontribusi Budaya:
Penyebaran Islam ke
Spanyol, Afrika Utara, dan Asia Tengah.
Pembangunan arsitektur
monumental, seperti Kubah Batu (Dome of the Rock) di Yerusalem.
Awal perkembangan seni
Islam, seperti seni kaligrafi dan pola geometris.
3.
Masa Kekhalifahan Abbasiyah Periode:
750–1258 M
·
Pusat Kekuasaan: Baghdad
(Irak).
Zaman Keemasan Islam
(750–1258 M):
Baghdad menjadi pusat
ilmu pengetahuan dunia.
Berdirinya Bayt
al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) yang menjadi pusat penerjemahan
karya-karya Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab.
Kontribusi dalam
berbagai bidang:
·
Sains:
Al-Khawarizmi (matematika), Ibnu Sina (kedokteran), Al-Biruni (astronomi).
·
Filsafat:
Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali.
·
Sastra:
Al-Mutanabbi dan karya sastra seperti Kalilah wa Dimnah.
Arsitektur berkembang
pesat, seperti pembangunan Masjid Agung Samarra.
4.
Masa Fragmentasi Politik Periode:
1258–1517 M
·
Keadaan: Setelah kehancuran
Baghdad oleh pasukan Mongol (1258), kekuasaan Islam terpecah menjadi beberapa
dinasti:
Dinasti Mamluk
di Mesir (1250–1517): Fokus pada pembangunan masjid dan
madrasah.
Kesultanan
Delhi di India (1206–1526): Peningkatan seni dan arsitektur
Islam di anak benua India.
Kerajaan
Granada di Andalusia (1238–1492): Pembangunan Alhambra sebagai
puncak seni arsitektur Islam di Spanyol.
·
Kontribusi Budaya:
Penyebaran seni dan
ilmu Islam ke dunia Barat melalui Andalusia.
Pengaruh Islam di Asia
Selatan dan Asia Tenggara.
5.
Masa Tiga Kekaisaran Besar Islam Periode:
1517–1800 M
5.1.
Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman Empire)
(1299–1924):
Wilayah kekuasaan
mencakup Timur Tengah, Eropa Tenggara, dan Afrika Utara.
Arsitektur monumental:
Masjid Sultan Ahmed (Masjid Biru) di Istanbul.
Seni kaligrafi,
miniatur, dan iluminasi berkembang pesat.
5.2.
Kesultanan Mughal di India (1526–1857):
Puncak budaya Islam
India dengan pembangunan Taj Mahal.
Tradisi seni miniatur
Mughal dan perpaduan budaya Islam dan Hindu.
5.3.
Dinasti Safawiyah di Persia (1501–1736):
Pengembangan seni dan
arsitektur Syiah, seperti Masjid Shah di Isfahan.
6.
Masa Kolonialisme dan Kebangkitan
Islam Periode: 1800–1945 M
·
Keadaan:
Penjajahan Barat di
dunia Islam, seperti Inggris di India dan Mesir, Belanda di Indonesia.
Perlawanan umat Islam
terhadap kolonialisme melalui gerakan-gerakan reformasi dan jihad.
·
Pemikiran Reformasi:
Tokoh: Jamaluddin
al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Syed Ahmad Khan.
Fokus pada modernisasi
pendidikan Islam dan reinterpretasi ajaran Islam untuk menghadapi tantangan
zaman.
7.
Masa Islam Kontemporer Periode:
1945 – sekarang
·
Kemerdekaan Negara-Negara Muslim:
Negara-negara
mayoritas Muslim meraih kemerdekaan, seperti Indonesia (1945), Mesir (1952),
dan Pakistan (1947).
Pembentukan organisasi
internasional seperti Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) pada 1969.
·
Isu-Isu Kontemporer:
Kebangkitan gerakan
Islamis modern seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Konflik di dunia
Islam, seperti Palestina-Israel dan perang di Timur Tengah.
·
Kontribusi Budaya:
Kebangkitan seni Islam
modern di bidang film, sastra, dan arsitektur.
Penekanan pada
pendidikan Islam modern dan pengembangan teknologi di negara-negara Muslim.
Kesimpulan:
Pembagian
zaman dalam konteks kebudayaan Islam menunjukkan dinamika dan kontribusi besar
umat Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan peradaban dunia.
Setiap periode mencerminkan perjuangan
dan adaptasi umat Islam terhadap tantangan lokal maupun global, dengan warisan
budaya yang tetap relevan hingga hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar