Selasa, 31 Desember 2024

Pendalaman Teorema: Definisi, Jenis, dan Aplikasinya dalam Ilmu Pengetahuan

Pendalaman Teorema

“Definisi, Jenis, dan Aplikasinya dalam Ilmu Pengetahuan”


Abstrak

Artikel ini mengulas secara mendalam konsep teorema sebagai fondasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dengan penekanan pada definisi, jenis, metode pembuktian, dan aplikasinya dalam berbagai disiplin ilmu. Teorema didefinisikan sebagai pernyataan matematis yang dibuktikan kebenarannya melalui logika deduktif, berfungsi sebagai landasan bagi teori yang lebih kompleks. Artikel ini mengkaji jenis-jenis teorema berdasarkan disiplin ilmu (matematika, fisika, ilmu komputer), jenis pembuktian (konstruktif dan eksistensial), serta aplikasinya (teoritis dan praktis).

Pembuktian teorema dijelaskan melalui metode pembuktian langsung, tidak langsung, dan induksi matematika, dilengkapi dengan contoh kasus seperti Teorema Pythagoras dan Teorema Fundamental Aljabar. Selain itu, aplikasi teorema dieksplorasi dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, teknologi, keuangan, dan kehidupan sehari-hari. Misalnya, Teorema Fourier digunakan dalam analisis sinyal digital, sementara Teorema Limit Tengah mendukung pengambilan keputusan berbasis data.

Artikel ini menyimpulkan bahwa teorema tidak hanya memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan tetapi juga menjadi alat pembelajaran yang efektif dalam membangun pola pikir logis dan analitis. Dengan menghubungkan teori dan praktik, teorema memiliki relevansi universal yang melintasi batas disiplin ilmu. Kajian ini memberikan wawasan tentang signifikansi teorema dalam sejarah intelektual manusia dan potensi aplikasinya di masa depan.

Kata Kunci: Teorema, pembuktian, aplikasi, ilmu pengetahuan, logika deduktif.


1.           Pendahuluan

1.1.       Pengertian Teorema

Teorema adalah pernyataan matematis yang telah dibuktikan kebenarannya berdasarkan serangkaian aturan logika yang konsisten. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani theorema yang berarti "sesuatu yang dilihat" atau "ditinjau." Secara sederhana, teorema dapat dianggap sebagai hasil deduksi logis yang berasal dari aksioma atau teorema lainnya yang telah dibuktikan sebelumnya.¹

Dalam matematika, teorema memainkan peran sentral sebagai fondasi bagi pengembangan teori yang lebih kompleks. Sebagai contoh, Teorema Pythagoras dalam geometri mendasari berbagai aplikasi dalam bidang teknik dan fisika.² Selain itu, teorema tidak hanya terbatas pada matematika; dalam fisika, misalnya, Teorema Noether menjelaskan hubungan antara simetri dan hukum kekekalan energi.³

1.2.       Signifikansi Teorema

Teorema memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan karena menjadi penghubung antara konsep-konsep abstrak dan penerapannya dalam dunia nyata. Sebagai contoh, dalam ilmu komputer, teorema membantu mengembangkan algoritma yang optimal dan efisien. Salah satu contoh adalah penggunaan teori bilangan dalam algoritma kriptografi modern, seperti enkripsi RSA.⁴

Tidak hanya itu, teorema juga memberikan kerangka berpikir yang sistematis dan logis. Hal ini menjadikan teorema sebagai alat yang mendukung pola pikir analitis, terutama dalam pendidikan matematika dan sains. Dengan memahami struktur dan pembuktian teorema, individu dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah yang kompleks.⁵

Secara historis, teorema juga menunjukkan kemajuan intelektual umat manusia. Misalnya, Elemen karya Euclid menjadi salah satu buku paling berpengaruh dalam sejarah matematika, menawarkan kerangka pembuktian logis yang masih relevan hingga hari ini.⁶ Dengan demikian, memahami dan menguasai teorema tidak hanya bermanfaat secara praktis, tetapi juga memperkaya pemahaman manusia terhadap dunia.


Catatan Kaki

[1]              Ian Stewart, The Foundations of Mathematics (New York: Oxford University Press, 2015), 12.

[2]              Morris Kline, Mathematics: The Loss of Certainty (New York: Oxford University Press, 1980), 45.

[3]              Emmy Noether, “Invariante Variationsprobleme,” Nachrichten von der Gesellschaft der Wissenschaften zu Göttingen, Mathematisch-Physikalische Klasse 2, no. 1 (1918): 235–257.

[4]              Neal Koblitz, A Course in Number Theory and Cryptography (New York: Springer, 1994), 78.

[5]              Keith Devlin, The Language of Mathematics: Making the Invisible Visible (New York: Henry Holt and Company, 2000), 54.

[6]              Euclid, The Elements, trans. Thomas L. Heath (Cambridge: Cambridge University Press, 1956), 1.


2.           Dasar-Dasar Teorema

2.1.       Sejarah dan Perkembangan Konsep Teorema

Konsep teorema berakar pada tradisi intelektual Yunani Kuno. Salah satu karya paling awal yang secara sistematis mendokumentasikan teorema adalah Elemen oleh Euclid. Buku ini tidak hanya menjadi fondasi geometri tetapi juga memperkenalkan metode pembuktian deduktif yang telah menjadi standar dalam matematika hingga saat ini.¹ Euclid menyusun teorema-teorema dalam Elemen berdasarkan aksioma yang sederhana, menciptakan struktur logis yang memungkinkan pembangunan teori yang lebih kompleks.²

Pada abad pertengahan, tradisi matematika Islam mengembangkan dan melestarikan teorema melalui karya-karya seperti Kitab al-Mu'tabar karya Ibn al-Haytham dan Al-Jabr wa'l-Muqabala karya Al-Khwarizmi, yang memperkenalkan konsep teorema dalam konteks aljabar.³ Tradisi ini kemudian memengaruhi perkembangan teorema di Eropa selama era Renaisans, yang ditandai dengan karya-karya matematikawan seperti Isaac Newton dan Leonhard Euler.⁴

2.2.       Komponen Utama Teorema

Sebuah teorema terdiri dari tiga komponen utama: pernyataan (statement), hipotesis (premise), dan konklusi (conclusion). Pernyataan merupakan inti dari teorema yang harus dibuktikan. Hipotesis adalah kondisi awal atau asumsi yang digunakan dalam pembuktian, sementara konklusi adalah hasil yang logis berdasarkan hipotesis tersebut.⁵ Sebagai contoh, dalam Teorema Pythagoras, hipotesisnya adalah bahwa segitiga tersebut berbentuk siku-siku, sedangkan konklusinya adalah hubungan kuadrat sisi-sisinya.⁶

Komponen-komponen ini memastikan bahwa teorema memiliki struktur yang logis dan dapat diuji kebenarannya. Dalam matematika modern, pendekatan ini menjadi standar untuk menjamin validitas suatu pernyataan.⁷

2.3.       Sifat-Sifat Teorema

Teorema memiliki beberapa sifat penting yang menjadikannya alat yang kuat dalam ilmu pengetahuan:

·                     Konsistensi: Teorema harus konsisten dengan aksioma dan teorema lain dalam sistem yang sama.⁸

·                     Validitas: Teorema harus dapat dibuktikan dengan logika formal. Proses pembuktian inilah yang membedakan teorema dari hipotesis.⁹

·                     Logisitas: Teorema bergantung pada alur deduktif yang jelas, tanpa menyisakan ruang untuk ambiguitas.¹⁰

Sifat-sifat ini memastikan bahwa teorema dapat diandalkan sebagai fondasi untuk pengembangan teori-teori baru.


Catatan Kaki

[1]              Euclid, The Elements, trans. Thomas L. Heath (Cambridge: Cambridge University Press, 1956), 3.

[2]              Morris Kline, Mathematical Thought from Ancient to Modern Times (New York: Oxford University Press, 1972), 107.

[3]              Roshdi Rashed, The Development of Arabic Mathematics: Between Arithmetic and Algebra (London: Kluwer Academic, 1994), 83.

[4]              Carl B. Boyer, A History of Mathematics (New York: John Wiley & Sons, 1991), 303.

[5]              Ian Stewart, Concepts of Modern Mathematics (New York: Dover Publications, 2015), 45.

[6]              Morris Kline, Mathematics: The Loss of Certainty (New York: Oxford University Press, 1980), 56.

[7]              Keith Devlin, The Language of Mathematics: Making the Invisible Visible (New York: Henry Holt and Company, 2000), 68.

[8]              Stephen G. Simpson, Subsystems of Second Order Arithmetic (Cambridge: Cambridge University Press, 2009), 19.

[9]              Alfred Tarski, Introduction to Logic and to the Methodology of Deductive Sciences (New York: Dover Publications, 1995), 23.

[10]          Richard Courant and Herbert Robbins, What Is Mathematics? (Oxford: Oxford University Press, 1996), 12.


3.           Jenis-Jenis Teorema

3.1.       Teorema Berdasarkan Disiplin Ilmu

Teorema dalam ilmu pengetahuan dikelompokkan berdasarkan disiplin ilmu tempat ia diterapkan. Dalam matematika, teorema mendasari berbagai cabang, seperti geometri, aljabar, dan teori bilangan. Misalnya, Teorema Pythagoras dalam geometri memberikan hubungan antara panjang sisi-sisi segitiga siku-siku, yang menjadi dasar bagi perkembangan teori geometri ruang.¹

Dalam fisika, Teorema Noether memberikan pemahaman mendalam tentang hubungan antara simetri dalam sistem fisik dan hukum kekekalan, seperti kekekalan energi dan momentum.² Sedangkan dalam ilmu komputer, teorema seperti Teorema Kompleksitas Cook-Levin membuktikan bahwa masalah Boolean satisfiability problem (SAT) adalah NP-complete, yang menjadi landasan teori kompleksitas komputasi.³

3.2.       Teorema Berdasarkan Jenis Pembuktian

Teorema dapat diklasifikasikan berdasarkan metode pembuktiannya, yaitu:

·                     Teorema Konstruktif:

Pembuktiannya memberikan metode eksplisit untuk membangun objek yang dimaksud. Sebagai contoh, Teorema Fundamental Aljabar memberikan bukti bahwa setiap persamaan polinomial memiliki akar dalam bilangan kompleks.⁴

·                     Teorema Eksistensial:

Teorema ini membuktikan keberadaan suatu objek tanpa memberikan cara eksplisit untuk menemukannya. Contohnya adalah Teorema Bolzano-Weierstrass, yang menyatakan bahwa setiap urutan terbatas memiliki sub-urutan yang konvergen.⁵

Jenis pembuktian ini mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam memahami dan menguji validitas suatu pernyataan matematis.

3.3.       Teorema Berdasarkan Aplikasinya

Berdasarkan aplikasinya, teorema dapat dibagi menjadi dua jenis utama:

·                     Teorema Teoritis:

Teorema ini berfungsi sebagai dasar bagi teori yang lebih besar, tanpa aplikasi langsung pada kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, Teorema Gödel tentang Ketaklengkapan menunjukkan keterbatasan sistem aksiomatis dalam matematika.⁶

·                     Teorema Terapan:

Teorema ini memiliki aplikasi langsung dalam memecahkan masalah praktis. Misalnya, Teorema Fourier digunakan dalam analisis sinyal untuk mengubah fungsi waktu menjadi frekuensi, yang sangat penting dalam teknologi komunikasi modern.⁷

Klasifikasi ini menunjukkan bahwa teorema tidak hanya relevan dalam dunia akademis tetapi juga memiliki dampak nyata dalam kehidupan sehari-hari.


Catatan Kaki

[1]              Euclid, The Elements, trans. Thomas L. Heath (Cambridge: Cambridge University Press, 1956), 9.

[2]              Emmy Noether, “Invariante Variationsprobleme,” Nachrichten von der Gesellschaft der Wissenschaften zu Göttingen, Mathematisch-Physikalische Klasse 2, no. 1 (1918): 235–257.

[3]              Stephen A. Cook, “The Complexity of Theorem-Proving Procedures,” Proceedings of the Third Annual ACM Symposium on Theory of Computing (New York: ACM, 1971), 151–158.

[4]              Walter Rudin, Principles of Mathematical Analysis, 3rd ed. (New York: McGraw-Hill, 1976), 125.

[5]              Karl Weierstrass, Mathematische Werke, vol. 2 (Berlin: Mayer & Müller, 1895), 1.

[6]              Kurt Gödel, “Über Formal Unentscheidbare Sätze der Principia Mathematica und Verwandter Systeme,” Monatshefte für Mathematik und Physik 38, no. 1 (1931): 173–198.

[7]              Jean-Baptiste Joseph Fourier, Théorie Analytique de la Chaleur (Paris: Firmin Didot, 1822), 101.


4.           Pembuktian Teorema

4.1.       Metode-Metode Pembuktian

Pembuktian teorema merupakan proses formal yang menunjukkan kebenaran suatu pernyataan dengan menggunakan logika dan fakta-fakta yang sudah diketahui sebelumnya. Ada beberapa metode utama yang digunakan untuk membuktikan teorema:

1)                  Pembuktian Langsung

Pembuktian langsung melibatkan deduksi logis langsung dari hipotesis menuju konklusi. Misalnya, dalam pembuktian bahwa jumlah dua bilangan genap adalah bilangan genap, langkah-langkah logis digunakan untuk menunjukkan bahwa sifat genap tetap berlaku.¹

2)                  Pembuktian Tidak Langsung

o     Kontradiksi: Dalam metode ini, diasumsikan bahwa pernyataan yang hendak dibuktikan salah, kemudian ditemukan kontradiksi dari asumsi tersebut. Sebagai contoh, Teorema Akar-Irasional Pythagoras membuktikan bahwa akar kuadrat dari 2 adalah irasional dengan menggunakan metode ini.²

o     Kontraposisi: Dalam metode ini, bukti diperoleh dengan menunjukkan bahwa jika konklusi salah, maka hipotesis juga salah.³

3)                  Pembuktian Induksi Matematika

Metode ini digunakan untuk membuktikan pernyataan yang berlaku untuk semua bilangan bulat positif. Terdiri dari dua langkah: (1) menunjukkan bahwa pernyataan berlaku untuk bilangan pertama (basis induksi), dan (2) menunjukkan bahwa jika pernyataan berlaku untuk bilangan ke-nn, maka ia juga berlaku untuk bilangan ke-n+1n+1 (langkah induksi). Contoh yang terkenal adalah pembuktian rumus jumlah deret bilangan bulat pertama.⁴

4.2.       Contoh Kasus Pembuktian

Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik, berikut adalah contoh pembuktian teorema:

·                     Teorema Pythagoras:

Pernyataan: Dalam segitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi lainnya. Pembuktian klasik dilakukan menggunakan konstruksi geometri, di mana area persegi yang dibentuk di atas sisi-sisi segitiga dibandingkan.⁵

·                     Teorema Fundamental Aljabar:

Pernyataan: Setiap polinomial tak nol dengan koefisien kompleks memiliki setidaknya satu akar kompleks. Pembuktiannya memanfaatkan analisis kompleks dan sifat-sifat fungsi kontinu.⁶

4.3.       Kesalahan Umum dalam Pembuktian

Kesalahan dalam pembuktian teorema sering terjadi akibat kurangnya perhatian terhadap logika atau asumsi yang tidak valid. Berikut adalah beberapa kesalahan yang umum:

·                     Kesalahan Non Sequitur: Konklusi yang tidak mengikuti hipotesis secara logis.⁷

·                     Kesalahan Sirkular: Menggunakan pernyataan yang akan dibuktikan sebagai bagian dari pembuktian.⁸

·                     Kesalahan Generalisasi: Menggunakan pembuktian yang hanya berlaku untuk kasus khusus sebagai dasar untuk menyimpulkan kasus umum.⁹

Menghindari kesalahan ini memerlukan pemahaman mendalam tentang metode pembuktian dan perhatian terhadap detail dalam logika deduktif.


Catatan Kaki

[1]              Keith Devlin, Introduction to Mathematical Thinking (Stanford: Keith Devlin, 2012), 45.

[2]              Richard Courant and Herbert Robbins, What Is Mathematics? (Oxford: Oxford University Press, 1996), 12.

[3]              Alfred Tarski, Introduction to Logic and to the Methodology of Deductive Sciences (New York: Dover Publications, 1995), 36.

[4]              Joseph A. Gallian, Contemporary Abstract Algebra, 9th ed. (Boston: Cengage Learning, 2016), 89.

[5]              Euclid, The Elements, trans. Thomas L. Heath (Cambridge: Cambridge University Press, 1956), 47.

[6]              Walter Rudin, Principles of Mathematical Analysis, 3rd ed. (New York: McGraw-Hill, 1976), 195.

[7]              Ian Stewart, Concepts of Modern Mathematics (New York: Dover Publications, 2015), 78.

[8]              Morris Kline, Mathematics: The Loss of Certainty (New York: Oxford University Press, 1980), 122.

[9]              Stephen G. Simpson, Subsystems of Second Order Arithmetic (Cambridge: Cambridge University Press, 2009), 19.


5.           Aplikasi Teorema dalam Kehidupan

5.1.       Penerapan dalam Pendidikan

Teorema memainkan peran penting dalam pembelajaran matematika, sains, dan teknologi. Dalam pendidikan matematika, misalnya, Teorema Pythagoras sering diajarkan sebagai dasar untuk memahami geometri dan trigonometri.¹ Proses pembuktian teorema ini tidak hanya mengajarkan konsep geometris tetapi juga melatih siswa untuk berpikir logis dan analitis.²

Selain itu, pemahaman teorema fundamental seperti Teorema Binomial membantu siswa memahami pola-pola aljabar dan probabilitas, yang relevan dalam studi lanjutan dan penerapan praktis.³

5.2.       Aplikasi dalam Sains dan Teknologi

Teorema memberikan fondasi untuk berbagai inovasi dalam sains dan teknologi. Beberapa contoh signifikan meliputi:

·                     Fisika dan Teknik:

Teorema Bernoulli digunakan dalam desain sistem penerbangan dan hidrodinamika untuk menjelaskan hubungan antara kecepatan fluida dan tekanan.⁴ Teorema Fourier adalah dasar dalam analisis sinyal, memungkinkan pengolahan data digital seperti suara dan gambar.⁵

·                     Ilmu Komputer dan Kriptografi:

Dalam ilmu komputer, Teorema Kompleksitas Cook-Levin menjadi dasar untuk memahami perbedaan antara kelas masalah P dan NP, yang memengaruhi algoritma dan efisiensi pemrograman.⁶ Teorema Teori Bilangan, seperti Teorema Fermat Kecil, digunakan dalam sistem enkripsi modern seperti RSA, yang menjaga keamanan data digital.⁷

·                     Matematika Terapan:

Dalam analisis statistik, Teorema Limit Tengah memberikan kerangka teoritis untuk membuat prediksi berdasarkan data sampel, yang sangat penting dalam penelitian ilmiah dan pengambilan keputusan bisnis.⁸

5.3.       Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-Hari

Teorema juga memiliki aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya:

·                     Arsitektur dan Konstruksi:

Teorema Pythagoras digunakan untuk memastikan sudut siku-siku dalam pembangunan gedung dan infrastruktur.⁹

·                     Keuangan dan Ekonomi:

Teorema Black-Scholes digunakan untuk menghitung harga opsi keuangan, yang mendukung pengambilan keputusan investasi.¹⁰

·                     Navigasi dan GPS:

Teori geometri ruang dan Teorema Trigonometri Sferis memungkinkan kalkulasi jarak dan arah dalam navigasi, termasuk teknologi GPS.¹¹

Dengan berbagai aplikasi ini, teorema menunjukkan relevansinya tidak hanya dalam konteks teoritis tetapi juga dalam aspek praktis kehidupan.


Catatan Kaki

[1]              Keith Devlin, Introduction to Mathematical Thinking (Stanford: Keith Devlin, 2012), 55.

[2]              Richard Courant and Herbert Robbins, What Is Mathematics? (Oxford: Oxford University Press, 1996), 23.

[3]              Ian Stewart, Concepts of Modern Mathematics (New York: Dover Publications, 2015), 45.

[4]              Daniel Bernoulli, Hydrodynamica (Basel: Johann Reinhold Dulsecker, 1738), 10.

[5]              Jean-Baptiste Joseph Fourier, Théorie Analytique de la Chaleur (Paris: Firmin Didot, 1822), 101.

[6]              Stephen A. Cook, “The Complexity of Theorem-Proving Procedures,” Proceedings of the Third Annual ACM Symposium on Theory of Computing (New York: ACM, 1971), 151–158.

[7]              Neal Koblitz, A Course in Number Theory and Cryptography (New York: Springer, 1994), 78.

[8]              William Feller, An Introduction to Probability Theory and Its Applications (New York: Wiley, 1968), 204.

[9]              Euclid, The Elements, trans. Thomas L. Heath (Cambridge: Cambridge University Press, 1956), 47.

[10]          Fischer Black and Myron Scholes, “The Pricing of Options and Corporate Liabilities,” Journal of Political Economy 81, no. 3 (1973): 637–654.

[11]          Rudolf F. Grafarend and Joseph L. Awange, Applications of Geometrical and Space Geodesy (Berlin: Springer, 2012), 89.


6.           Kesimpulan

Teorema adalah salah satu pilar utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dari definisi dan struktur dasar hingga aplikasinya yang luas, teorema membuktikan relevansi dan signifikansinya baik dalam bidang teoritis maupun praktis. Sebagai pernyataan yang telah dibuktikan dengan metode logis dan matematis, teorema tidak hanya memberikan wawasan konseptual tetapi juga menjembatani abstraksi dengan kenyataan.¹

Sebagai bagian integral dari matematika dan sains, teorema mendukung perkembangan pengetahuan di berbagai disiplin ilmu. Dalam pendidikan, teorema membantu mengasah pola pikir logis, melatih keterampilan deduksi, dan membangun pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan.² Teorema seperti Pythagoras dan Fourier telah menjadi fondasi bagi pengajaran dan penelitian, memberikan kontribusi signifikan terhadap literasi matematis dan ilmiah.³

Dalam dunia profesional, teorema memainkan peran penting dalam aplikasi nyata. Misalnya, Teorema Limit Tengah mendukung pengambilan keputusan berdasarkan analisis data statistik, sementara Teorema Bernoulli dan Teorema Noether mendorong kemajuan teknologi dalam penerbangan dan fisika teoretis.⁴ Lebih jauh, teorema juga menjadi landasan bagi inovasi modern seperti algoritma kriptografi dan teknologi GPS, menunjukkan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.⁵

Namun, memahami teorema tidak hanya tentang menghargai aplikasinya tetapi juga menyadari perannya dalam membentuk kerangka berpikir manusia. Proses pembuktian yang melibatkan logika, konsistensi, dan presisi mengajarkan nilai-nilai intelektual yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan.⁶ Sebagai hasil dari kolaborasi panjang lintas generasi, teorema adalah simbol pencapaian intelektual umat manusia yang terus berkembang.

Dengan demikian, kajian tentang teorema tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang berkecimpung dalam matematika atau sains tetapi juga memberikan wawasan universal tentang bagaimana pola pikir deduktif dan analitis dapat memperbaiki kualitas hidup. Sebagai langkah berikutnya, eksplorasi lebih mendalam tentang teorema baru dan aplikasinya diharapkan akan membuka peluang untuk inovasi yang lebih besar di masa depan.⁷


Catatan Kaki

[1]              Richard Courant and Herbert Robbins, What Is Mathematics? (Oxford: Oxford University Press, 1996), 5.

[2]              Keith Devlin, Introduction to Mathematical Thinking (Stanford: Keith Devlin, 2012), 77.

[3]              Euclid, The Elements, trans. Thomas L. Heath (Cambridge: Cambridge University Press, 1956), 31.

[4]              Daniel Bernoulli, Hydrodynamica (Basel: Johann Reinhold Dulsecker, 1738), 15; William Feller, An Introduction to Probability Theory and Its Applications (New York: Wiley, 1968), 204.

[5]              Neal Koblitz, A Course in Number Theory and Cryptography (New York: Springer, 1994), 125; Rudolf F. Grafarend and Joseph L. Awange, Applications of Geometrical and Space Geodesy (Berlin: Springer, 2012), 78.

[6]              Alfred Tarski, Introduction to Logic and to the Methodology of Deductive Sciences (New York: Dover Publications, 1995), 15.

[7]              Ian Stewart, Concepts of Modern Mathematics (New York: Dover Publications, 2015), 203.


Daftar Pustaka

Bernoulli, D. (1738). Hydrodynamica. Basel: Johann Reinhold Dulsecker.

Black, F., & Scholes, M. (1973). The pricing of options and corporate liabilities. Journal of Political Economy, 81(3), 637–654.

Cook, S. A. (1971). The complexity of theorem-proving procedures. Proceedings of the Third Annual ACM Symposium on Theory of Computing (pp. 151–158). New York: ACM.

Courant, R., & Robbins, H. (1996). What is mathematics? Oxford: Oxford University Press.

Devlin, K. (2012). Introduction to mathematical thinking. Stanford: Keith Devlin.

Euclid. (1956). The elements (T. L. Heath, Trans.). Cambridge: Cambridge University Press.

Feller, W. (1968). An introduction to probability theory and its applications. New York: Wiley.

Fourier, J.-B. J. (1822). Théorie analytique de la chaleur. Paris: Firmin Didot.

Grafarend, R. F., & Awange, J. L. (2012). Applications of geometrical and space geodesy. Berlin: Springer.

Kline, M. (1980). Mathematics: The loss of certainty. New York: Oxford University Press.

Koblitz, N. (1994). A course in number theory and cryptography. New York: Springer.

Noether, E. (1918). Invariante variationsprobleme. Nachrichten von der Gesellschaft der Wissenschaften zu Göttingen, Mathematisch-Physikalische Klasse, 2(1), 235–257.

Rudin, W. (1976). Principles of mathematical analysis (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.

Stewart, I. (2015). Concepts of modern mathematics. New York: Dover Publications.

Tarski, A. (1995). Introduction to logic and to the methodology of deductive sciences. New York: Dover Publications.


Lampiran: Jenis-Jenis Teorema

Nama Teorema

Bentuk Umum

Penjelasan Singkat

Pencetus

Masa Hidup

1

2

3

4

5

Teorema Pythagoras

a2 + b2 = c2

Dalam segitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi lainnya.

Pythagoras

±570–495 SM

Teorema Fundamental Aljabar

Setiap polinomial non-nol dengan koefisien kompleks memiliki setidaknya satu akar kompleks.

Teorema ini menyatakan bahwa setiap polinomial derajat nn memiliki tepat nn akar kompleks (dengan multiplikitas).

Carl Friedrich Gauss

1777–1855

Teorema Noether

Hubungan antara simetri dan hukum kekekalan.

Setiap simetri diferensial suatu sistem fisik menghasilkan hukum kekekalan tertentu.

Emmy Noether

1882–1935

Teorema Bernoulli

P + 1/2 ρv2 + ρgh = konstanta

Dalam fluida ideal yang mengalir, total energi (tekanan, kinetik, dan potensial) tetap konstan sepanjang aliran.

Daniel Bernoulli

1700–1782

Teorema Limit Tengah

Jika X1, X2, ..., Xn adalah sampel acak independen, maka distribusi rata-rata sampel mendekati distribusi normal.

Menyatakan bahwa distribusi rata-rata sampel besar mendekati distribusi normal, bahkan jika populasi aslinya bukan normal.

Pierre-Simon Laplace

1749–1827

Teorema Fermat Kecil

ap ≡ a (mod p)

Jika pp adalah bilangan prima dan aa adalah bilangan bulat, maka apa^p kongruen dengan aa modulo pp.

Pierre de Fermat

1607–1665

Teorema Fourier

“Tidak tersefinisakan dalam system blogspot”

Setiap fungsi periodik dapat direpresentasikan sebagai penjumlahan deret sinusoidal dengan koefisien Fourier tertentu.

Jean-Baptiste Joseph Fourier

1768–1830

Teorema Gödel tentang Ketaklengkapan

Tidak semua kebenaran dalam sistem aksiomatis dapat dibuktikan dalam sistem itu sendiri.

Teorema ini menyatakan bahwa ada pernyataan yang benar tetapi tidak dapat dibuktikan dalam sistem formal tertentu.

Kurt Gödel

1906–1978

Teorema Cook-Levin

SAT adalah masalah NP-complete.

Teorema ini menunjukkan bahwa masalah Boolean satisfiability (SAT) adalah NP-complete, landasan teori kompleksitas.

Stephen Cook, Leonid Levin

1939–, 1948–


Lampiran ini mencakup berbagai teorema penting dari beragam disiplin ilmu, memberikan gambaran tentang bentuk umum, penjelasan, serta latar belakang pencetusnya.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar