Kamis, 12 Desember 2024

Generasi Z (Zoomers): Pengertian, Hal Positif, Kritik, dan Tanggung Jawab di Masa Depan

 Generasi Z (Zoomers)

“Pengertian, Hal Positif, Kritik, dan Tanggung Jawab di Masa Depan”


Pendahuluan

Generasi Z, yang sering disebut sebagai Zoomers, adalah kelompok demografi yang mencakup individu yang lahir pada pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Sebagai generasi yang tumbuh besar di tengah pesatnya perkembangan teknologi, mereka menjadi generasi pertama yang dikenal sebagai digital native, yaitu mereka yang sejak kecil telah akrab dengan internet, perangkat pintar, dan media sosial. Kehadiran mereka dalam masyarakat global tidak hanya membawa perubahan dalam pola konsumsi dan komunikasi, tetapi juga dalam nilai-nilai sosial dan cara pandang terhadap berbagai isu penting dunia seperti lingkungan, keadilan sosial, dan inklusivitas.

Dalam konteks teknologi, Generasi Z menunjukkan pola interaksi yang unik. Sebuah studi oleh Jean M. Twenge dalam bukunya iGen menunjukkan bahwa generasi ini lebih sering terhubung dengan dunia maya dibandingkan dengan interaksi langsung, yang berimplikasi pada pola pikir dan gaya hidup yang berbeda dari generasi sebelumnya seperti Milenial dan Gen X. Twenge juga mencatat bahwa teknologi, khususnya media sosial, memengaruhi kesejahteraan mental mereka, baik secara positif maupun negatif, tergantung pada cara penggunaannya.¹

Tidak hanya itu, Generasi Z juga dikenal sebagai generasi yang sangat peduli terhadap isu-isu global. Laporan Pew Research Center mengungkapkan bahwa mereka memiliki perhatian besar terhadap masalah perubahan iklim, hak asasi manusia, dan kesetaraan gender. Mereka cenderung mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis dan inklusif dibandingkan generasi sebelumnya.² Namun, meskipun mereka memiliki banyak potensi positif, Generasi Z juga tidak luput dari kritik, seperti kecenderungan pada budaya instan dan ketergantungan pada teknologi.

Dengan karakteristik yang mereka miliki, Generasi Z memainkan peran penting dalam membentuk masa depan dunia. Mereka akan menjadi generasi yang memimpin dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan teknologi, lingkungan, dan dinamika sosial yang semakin kompleks. Oleh karena itu, penting untuk memahami potensi dan tantangan yang melekat pada Generasi Z agar mereka dapat diarahkan menjadi generasi yang tidak hanya cemerlang secara individu, tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat luas.


Catatan Kaki

[1]              Jean M. Twenge, iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood (New York: Atria Books, 2017), hlm. 3-5.

[2]              Pew Research Center, "On the Cusp of Adulthood and Facing an Uncertain Future: What We Know About Gen Z So Far," Mei 2020, https://www.pewresearch.org/social-trends/2020/05/14/on-the-cusp-of-adulthood-and-facing-an-uncertain-future-what-we-know-about-gen-z-so-far/.


Bagian I. Pengertian Generasi Z (Zoomers)

Generasi Z, yang sering dijuluki Zoomers, merujuk pada kelompok demografi yang lahir setelah Generasi Milenial, yaitu sekitar tahun 1995 hingga 2010-an. Rentang waktu ini sedikit bervariasi menurut para peneliti, tetapi secara umum mencakup individu yang saat ini berada pada usia remaja hingga awal 30-an.³ Nama "Generasi Z" diberikan untuk menunjukkan kelanjutan dari Generasi Y (Milenial), sedangkan istilah "Zoomers" adalah istilah populer yang menggambarkan karakteristik mereka yang dinamis, cepat beradaptasi, dan sangat terhubung dengan teknologi.⁴

Ciri khas utama Generasi Z adalah mereka merupakan digital native—generasi pertama yang tumbuh besar di era internet dan media sosial. Dalam buku Generation Z: A Century in the Making, Corey Seemiller dan Meghan Grace menekankan bahwa Generasi Z tidak pernah mengalami dunia tanpa teknologi canggih seperti smartphone, internet berkecepatan tinggi, dan media sosial.⁵ Hal ini menjadikan mereka sangat mahir menggunakan teknologi untuk berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, hiburan, hingga pekerjaan.

Secara sosial, Generasi Z dikenal memiliki kesadaran yang lebih besar terhadap isu-isu global dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka cenderung berpikir inklusif dan menghargai keberagaman, baik dalam hal etnis, agama, gender, maupun orientasi seksual.⁶ Mereka juga lebih pragmatis dan realistis, berbeda dari Milenial yang sering dianggap lebih idealis. Kecenderungan ini terlihat dalam cara mereka menghadapi tantangan, seperti berfokus pada stabilitas keuangan dan keamanan kerja, serta keterbukaan terhadap peluang bisnis berbasis teknologi.⁷

Namun, beberapa karakteristik ini juga memunculkan tantangan tersendiri. Sebagai generasi yang sangat bergantung pada teknologi, Generasi Z menghadapi risiko kehilangan keterampilan komunikasi langsung dan cenderung mudah terpengaruh oleh tekanan sosial media. Dengan demikian, memahami pengertian Generasi Z secara komprehensif tidak hanya melibatkan keunggulan mereka dalam teknologi, tetapi juga potensi dampak negatif yang perlu dikelola.


Catatan Kaki

[3]              Michael Dimock, "Defining Generations: Where Millennials End and Generation Z Begins," Pew Research Center, Januari 2019, https://www.pewresearch.org/fact-tank/2019/01/17/where-millennials-end-and-generation-z-begins/.

[4]              Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the Making (New York: Routledge, 2018), hlm. 12-14.

[5]              Ibid., hlm. 3-5.

[6]              Jean M. Twenge, iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood (New York: Atria Books, 2017), hlm. 27-28.

[7]              Seemiller dan Grace, Generation Z: A Century in the Making, hlm. 30-35.


Bagian II. Hal-Hal Positif Terkait Generasi Z

Generasi Z dikenal sebagai kelompok demografi yang membawa banyak nilai positif, terutama dalam konteks perkembangan teknologi, sosial, dan budaya. Berikut adalah beberapa aspek positif yang menjadi ciri khas Generasi Z:

2.1.       Keunggulan Teknologi

Generasi Z tumbuh besar dengan akses luas terhadap teknologi modern, menjadikan mereka generasi yang paling adaptif terhadap perkembangan teknologi. Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk menggunakan alat digital untuk inovasi, efisiensi, dan kreativitas. Sebuah studi oleh Corey Seemiller dan Meghan Grace menyebutkan bahwa Generasi Z memiliki keterampilan teknologi yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya, yang memungkinkan mereka menjadi pemimpin dalam era digital.⁸ Teknologi juga membuka peluang mereka untuk menjadi wirausahawan muda melalui platform seperti e-commerce dan media sosial.⁹

2.2.       Kesadaran Sosial yang Tinggi

Generasi Z sangat peduli terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan keadilan sosial. Mereka aktif menyuarakan pandangan mereka melalui media sosial dan aksi nyata di masyarakat. Laporan dari Deloitte pada tahun 2021 menunjukkan bahwa lebih dari 75% Generasi Z mendukung gerakan lingkungan dan percaya bahwa tindakan kolektif diperlukan untuk mengatasi krisis global.¹⁰

2.3.       Inklusivitas dan Toleransi

Generasi Z memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya keberagaman dan inklusivitas. Jean Twenge mencatat bahwa mereka lebih terbuka terhadap perbedaan agama, ras, dan gender dibandingkan generasi sebelumnya.¹¹ Sikap ini terlihat dalam pola kerja mereka yang menghargai kolaborasi lintas budaya dan keberagaman di tempat kerja.¹²

2.4.       Fokus pada Kesehatan Mental

Berbeda dari generasi sebelumnya yang cenderung mengabaikan pentingnya kesehatan mental, Generasi Z lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan mental dan fisik. Mereka cenderung mencari dukungan profesional atau berbicara secara terbuka tentang masalah kesehatan mental, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif untuk topik ini.¹³

2.5.       Kreativitas dan Kemampuan Adaptasi

Generasi Z dikenal kreatif dalam mencari solusi untuk masalah yang kompleks. Kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan, seperti beralih ke sistem pembelajaran daring selama pandemi COVID-19, menjadi bukti ketahanan dan fleksibilitas mereka.¹⁴

2.6.       Wawasan Global yang Luas

Kemudahan akses informasi melalui teknologi membuat Generasi Z memiliki wawasan global yang luas. Mereka tidak hanya memahami isu-isu lokal tetapi juga masalah internasional, menjadikan mereka generasi yang siap menghadapi tantangan global.¹⁵

Dengan berbagai keunggulan ini, Generasi Z memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif di berbagai sektor, mulai dari teknologi hingga sosial. Sifat inklusif, kreatif, dan adaptif mereka menjadikan mereka generasi yang diharapkan dapat membawa dunia menuju masa depan yang lebih baik.


Catatan Kaki

[8]              Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the Making (New York: Routledge, 2018), hlm. 15-18.

[9]              Ibid., hlm. 35-37.

[10]          Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey, Juni 2021, https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html.

[11]          Jean M. Twenge, iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood (New York: Atria Books, 2017), hlm. 45-47.

[12]          Pew Research Center, "Diversity and Division: Perspectives of Gen Z," Agustus 2020, https://www.pewresearch.org/social-trends/.

[13]          American Psychological Association, "Stress in America: Gen Z," Oktober 2018, https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf.

[14]          Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the Making, hlm. 48-50.

[15]          Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey.


Bagian III. Kritik terhadap Generasi Z

Meskipun Generasi Z memiliki banyak potensi positif, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat sejumlah kritik terhadap karakteristik dan perilaku mereka yang dapat menimbulkan tantangan, baik secara individu maupun sosial. Berikut adalah beberapa kritik utama yang sering diarahkan pada Generasi Z:

3.1.       Ketergantungan pada Teknologi

Generasi Z sering dikritik karena ketergantungan mereka pada teknologi, terutama smartphone dan media sosial. Jean Twenge dalam bukunya iGen mencatat bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental mereka, termasuk kecemasan, depresi, dan perasaan kesepian.¹⁶ Ketergantungan ini juga sering kali mengurangi kemampuan mereka dalam berkomunikasi langsung secara efektif, sehingga memengaruhi hubungan interpersonal di dunia nyata.¹⁷

3.2.       Budaya Instan dan Kurang Sabar

Generasi Z tumbuh di era di mana segala sesuatu dapat diakses secara instan—mulai dari informasi hingga layanan digital. Hal ini menumbuhkan budaya instan yang membuat mereka cenderung kurang sabar dalam menghadapi proses panjang. Sebuah laporan dari McKinsey & Company menunjukkan bahwa Generasi Z cenderung mencari hasil cepat dan sering kali menghindari tantangan yang memerlukan usaha jangka panjang.¹⁸

3.3.       Individualisme Berlebihan

Meskipun Generasi Z dikenal inklusif, mereka juga sering dianggap terlalu individualistis. Corey Seemiller dan Meghan Grace menunjukkan bahwa mereka cenderung fokus pada pencapaian pribadi dan kenyamanan diri, yang terkadang mengurangi rasa solidaritas sosial.¹⁹ Kecenderungan ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja dalam tim atau memahami pentingnya kontribusi kolektif dalam masyarakat.

3.4.       Kliktivisme: Aktivisme yang Dangkal

Generasi Z sering kali menggunakan media sosial sebagai platform untuk menyuarakan pandangan mereka tentang isu-isu sosial. Namun, hal ini juga menjadi sasaran kritik karena sering kali terbatas pada kliktivisme (aktivisme berbasis klik), yaitu bentuk dukungan yang hanya dilakukan secara online tanpa aksi nyata di dunia nyata.²⁰ Studi dari Pew Research Center menunjukkan bahwa meskipun Generasi Z sangat vokal secara digital, hanya sebagian kecil yang terlibat langsung dalam aktivitas komunitas.²¹

3.5.       Rentan terhadap Tekanan Sosial Media

Tekanan untuk menampilkan diri secara sempurna di media sosial adalah salah satu kritik besar terhadap Generasi Z. Fenomena ini menyebabkan mereka sering merasa cemas atau tidak puas dengan diri sendiri karena membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain.²² Penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa Generasi Z memiliki tingkat stres lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, sebagian besar disebabkan oleh tekanan sosial media.²³

3.6.       Budaya Konsumtif

Generasi Z sering dianggap terlalu konsumtif, dipengaruhi oleh tren dan gaya hidup yang dipromosikan di media sosial.²⁴ Kecenderungan ini tidak hanya berdampak pada gaya hidup mereka, tetapi juga pada ketahanan finansial jangka panjang jika tidak dikelola dengan baik.

Meskipun kritik ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z, penting untuk memahami bahwa sebagian besar masalah ini bersifat struktural, dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan budaya yang lebih luas. Oleh karena itu, kritik ini seharusnya menjadi bahan refleksi untuk membantu Generasi Z mengelola potensi mereka dengan lebih baik.


Catatan Kaki

[16]          Jean M. Twenge, iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood (New York: Atria Books, 2017), hlm. 10-12.

[17]          Pew Research Center, "Social Media Use and Its Impact on Gen Z," Januari 2019, https://www.pewresearch.org/internet/.

[18]          McKinsey & Company, "True Gen: Generation Z and Its Implications for Companies," November 2018, https://www.mckinsey.com/.

[19]          Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the Making (New York: Routledge, 2018), hlm. 40-45.

[20]          Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey, Juni 2021, https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html.

[21]          Pew Research Center, "Activism Among Gen Z: Digital vs. Real World," Februari 2021, https://www.pewresearch.org/.

[22]          American Psychological Association, "Stress in America: Gen Z," Oktober 2018, https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf.

[23]          Ibid.

[24]          Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey.


Bagian IV. Tanggung Jawab yang Harus Dipikul Generasi Z di Masa Depan

Sebagai generasi yang tumbuh di tengah perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang cepat, Generasi Z memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan keberlanjutan kehidupan di masa depan. Berikut adalah beberapa aspek tanggung jawab utama yang perlu mereka pikul:

4.1.       Mengelola Teknologi dengan Bijak

Sebagai generasi yang menguasai teknologi secara mendalam, Generasi Z memiliki tanggung jawab untuk memastikan teknologi digunakan secara etis dan produktif. Penggunaan teknologi yang tidak terkendali dapat membawa dampak negatif, seperti polarisasi sosial dan penyalahgunaan data pribadi.²⁵ Oleh karena itu, mereka perlu mengembangkan literasi digital yang tidak hanya mencakup keterampilan teknis tetapi juga pemahaman etis dan kritis terhadap dampak teknologi pada masyarakat.²⁶

4.2.       Memimpin dalam Isu Lingkungan

Generasi Z diharapkan menjadi penggerak utama dalam upaya melindungi lingkungan, mengingat mereka akan menjadi pemimpin dunia pada saat perubahan iklim mencapai titik kritis.¹⁰ Deloitte melaporkan bahwa Generasi Z memiliki kesadaran tinggi terhadap isu lingkungan, tetapi mereka perlu melangkah lebih jauh dengan terlibat dalam kebijakan, inovasi teknologi hijau, dan gaya hidup berkelanjutan.²⁷

4.3.       Menciptakan Dunia yang Lebih Inklusif

Sebagai generasi yang menghargai keberagaman, Generasi Z memiliki tanggung jawab untuk mendorong inklusivitas di berbagai sektor, seperti pendidikan, pekerjaan, dan pemerintahan.¹¹ Mereka perlu memanfaatkan keterbukaan mereka terhadap perbedaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan harmonis. Selain itu, mereka diharapkan dapat menjadi jembatan antarbudaya di era globalisasi.²⁸

4.4.       Memperkuat Solidaritas Sosial

Generasi Z harus mengatasi tantangan individualisme dengan memperkuat solidaritas sosial. Mereka perlu memahami bahwa keberhasilan pribadi tidak dapat dipisahkan dari kontribusi kolektif. Hal ini dapat diwujudkan melalui partisipasi dalam komunitas, kegiatan sosial, dan kerja sama lintas generasi.²⁹

4.5.       Meningkatkan Kesadaran Finansial dan Ekonomi

Generasi Z memiliki tanggung jawab untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih bijak di tengah tantangan ekonomi global, seperti ketidakstabilan pekerjaan dan inflasi. Laporan McKinsey & Company mencatat bahwa Generasi Z menunjukkan minat terhadap kewirausahaan, tetapi mereka juga perlu dilengkapi dengan kemampuan manajemen keuangan jangka panjang untuk mencapai stabilitas ekonomi.¹⁸

4.6.       Menjaga Keseimbangan Kesehatan Mental dan Fisik

Kesadaran Generasi Z akan kesehatan mental memberikan dasar yang baik untuk masa depan. Namun, mereka perlu memastikan bahwa perhatian pada kesehatan mental diikuti oleh tindakan nyata, seperti membangun sistem pendukung, mengurangi stigma, dan menciptakan kebijakan yang ramah kesehatan mental di lingkungan kerja dan pendidikan.²³

4.7.       Berkontribusi pada Inovasi dan Solusi Global

Dengan kemampuan adaptasi dan kreativitas yang tinggi, Generasi Z memiliki tanggung jawab untuk menjadi agen perubahan di berbagai sektor. Mereka diharapkan memimpin dalam mencari solusi untuk masalah global, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan krisis kesehatan.³⁰

Tanggung jawab ini bukan hanya tugas individu, tetapi juga panggilan kolektif untuk Generasi Z dalam memanfaatkan keunggulan mereka untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Dengan memikul tanggung jawab ini, mereka tidak hanya akan mengatasi tantangan yang ada tetapi juga menjadi pilar utama dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.


Catatan Kaki

[25]          Jean M. Twenge, iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood (New York: Atria Books, 2017), hlm. 102-105.

[26]          Pew Research Center, "The Future of Well-Being in a Tech-Saturated World," Januari 2018, https://www.pewresearch.org/internet/.

[27]          Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey, Juni 2021, https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html.

[28]          Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the Making (New York: Routledge, 2018), hlm. 58-60.

[29]          McKinsey & Company, "True Gen: Generation Z and Its Implications for Companies," November 2018, https://www.mckinsey.com/.

[30]          American Psychological Association, "Stress in America: Gen Z," Oktober 2018, https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf.


Penutup

Generasi Z (Zoomers) membawa warna baru dalam lanskap sosial, ekonomi, dan politik global. Sebagai generasi yang tumbuh dalam ekosistem digital, mereka memiliki keunggulan dalam mengakses dan memanfaatkan teknologi, menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap isu-isu global, serta mengedepankan inklusivitas dan inovasi dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal positif tersebut memungkinkan mereka untuk menjadi aktor kunci dalam mengarahkan dunia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil.³¹

Di sisi lain, sejumlah kritik yang diarahkan pada Generasi Z—seperti ketergantungan pada teknologi, budaya instan, kliktivisme, serta tantangan dalam mengelola tekanan sosial media—menunjukkan bahwa generasi ini juga menghadapi berbagai hambatan.³² Namun, kritik tersebut tidak harus dilihat semata sebagai kelemahan, melainkan dapat menjadi pijakan bagi Generasi Z untuk melakukan refleksi diri dan perbaikan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, mereka dapat mengubah kendala tersebut menjadi kesempatan untuk berkembang lebih matang dan bertanggung jawab.

Masa depan dunia sangat bergantung pada kemampuan Generasi Z untuk memikul tanggung jawab yang telah dianalisis sebelumnya. Dari sudut pandang lingkungan, mereka diharapkan menjadi penggerak utama dalam mengatasi krisis iklim.³³ Dalam ranah sosial, mereka diharapkan mampu membangun masyarakat yang lebih inklusif, toleran, dan menghormati keberagaman.³⁴ Selain itu, kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi secara bijak dan etis akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa transformasi digital berjalan seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta kesejahteraan mental dan fisik bagi seluruh lapisan masyarakat.³⁵

Pada akhirnya, proses memahami Generasi Z bukan sekadar mengenali ciri khas mereka, tetapi juga bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Dengan mengakui sisi positif, mengkritisi kelemahan, dan mendorong tanggung jawab yang lebih besar, masyarakat dapat bekerja sama dengan Generasi Z untuk mencapai tujuan bersama: menciptakan masa depan yang lebih adil, inovatif, dan penuh harapan. Generasi Z, dengan segala potensinya, berada di garis depan dalam menentukan arah perkembangan global di era yang semakin kompleks.³⁶


Catatan Kaki

[31]          Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the Making (New York: Routledge, 2018), hlm. 3-5.

[32]          Jean M. Twenge, iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood (New York: Atria Books, 2017), hlm. 27-28.

[33]          Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey, Juni 2021, https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html.

[34]          Pew Research Center, "On the Cusp of Adulthood and Facing an Uncertain Future: What We Know About Gen Z So Far," Mei 2020, https://www.pewresearch.org/social-trends/2020/05/14/on-the-cusp-of-adulthood-and-facing-an-uncertain-future-what-we-know-about-gen-z-so-far/.

[35]          American Psychological Association, "Stress in America: Gen Z," Oktober 2018, https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf.

[36]          McKinsey & Company, "True Gen: Generation Z and Its Implications for Companies," November 2018, https://www.mckinsey.com/.



Daftar Pustaka

American Psychological Association. "Stress in America: Gen Z." Oktober 2018. [https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf (diakses 10 Desember 2024).]

Deloitte. The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey. Juni 2021. [https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html (diakses 10 Desember 2024).]

Dimock, Michael. "Defining Generations: Where Millennials End and Generation Z Begins." Pew Research Center, Januari 2019. [https://www.pewresearch.org/fact-tank/2019/01/17/where-millennials-end-and-generation-z-begins/ (diakses 10 Desember 2024).]

McKinsey & Company. "True Gen: Generation Z and Its Implications for Companies." November 2018. [https://www.mckinsey.com/ (diakses 10 Desember 2024).]

Pew Research Center. "On the Cusp of Adulthood and Facing an Uncertain Future: What We Know About Gen Z So Far." Mei 2020. [https://www.pewresearch.org/social-trends/2020/05/14/on-the-cusp-of-adulthood-and-facing-an-uncertain-future-what-we-know-about-gen-z-so-far/ (diakses 10 Desember 2024).]

Seemiller, Corey dan Meghan Grace. Generation Z: A Century in the Making. New York: Routledge, 2018.

Twenge, Jean M. iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood. New York: Atria Books, 2017.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar