Generasi Z (Zoomers)
“Pengertian, Hal
Positif, Kritik, dan Tanggung Jawab di Masa Depan”
Pendahuluan
Generasi Z, yang sering disebut sebagai Zoomers,
adalah kelompok demografi yang mencakup individu yang lahir pada pertengahan
1990-an hingga awal 2010-an. Sebagai generasi yang tumbuh besar di tengah
pesatnya perkembangan teknologi, mereka menjadi generasi pertama yang dikenal
sebagai digital native, yaitu mereka yang sejak kecil telah akrab dengan
internet, perangkat pintar, dan media sosial. Kehadiran mereka dalam masyarakat
global tidak hanya membawa perubahan dalam pola konsumsi dan komunikasi, tetapi
juga dalam nilai-nilai sosial dan cara pandang terhadap berbagai isu penting
dunia seperti lingkungan, keadilan sosial, dan inklusivitas.
Dalam konteks teknologi, Generasi Z menunjukkan
pola interaksi yang unik. Sebuah studi oleh Jean M. Twenge dalam bukunya iGen
menunjukkan bahwa generasi ini lebih sering terhubung dengan dunia maya
dibandingkan dengan interaksi langsung, yang berimplikasi pada pola pikir dan
gaya hidup yang berbeda dari generasi sebelumnya seperti Milenial dan Gen X.
Twenge juga mencatat bahwa teknologi, khususnya media sosial, memengaruhi
kesejahteraan mental mereka, baik secara positif maupun negatif, tergantung
pada cara penggunaannya.¹
Tidak hanya itu, Generasi Z juga dikenal sebagai
generasi yang sangat peduli terhadap isu-isu global. Laporan Pew Research
Center mengungkapkan bahwa mereka memiliki perhatian besar terhadap masalah
perubahan iklim, hak asasi manusia, dan kesetaraan gender. Mereka cenderung
mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis dan inklusif dibandingkan generasi
sebelumnya.² Namun, meskipun mereka memiliki banyak potensi positif, Generasi Z
juga tidak luput dari kritik, seperti kecenderungan pada budaya instan dan
ketergantungan pada teknologi.
Dengan karakteristik yang mereka miliki, Generasi Z
memainkan peran penting dalam membentuk masa depan dunia. Mereka akan menjadi
generasi yang memimpin dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan
teknologi, lingkungan, dan dinamika sosial yang semakin kompleks. Oleh karena
itu, penting untuk memahami potensi dan tantangan yang melekat pada Generasi Z
agar mereka dapat diarahkan menjadi generasi yang tidak hanya cemerlang secara individu,
tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat luas.
Catatan Kaki
[1]
Jean M. Twenge, iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up
Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for
Adulthood (New York: Atria Books, 2017), hlm. 3-5.
[2]
Pew Research Center, "On the Cusp of Adulthood and Facing an
Uncertain Future: What We Know About Gen Z So Far," Mei 2020, https://www.pewresearch.org/social-trends/2020/05/14/on-the-cusp-of-adulthood-and-facing-an-uncertain-future-what-we-know-about-gen-z-so-far/.
Bagian I. Pengertian Generasi Z (Zoomers)
Generasi Z, yang sering dijuluki Zoomers,
merujuk pada kelompok demografi yang lahir setelah Generasi Milenial, yaitu
sekitar tahun 1995 hingga 2010-an. Rentang waktu ini sedikit bervariasi menurut
para peneliti, tetapi secara umum mencakup individu yang saat ini berada pada
usia remaja hingga awal 30-an.³ Nama "Generasi Z" diberikan
untuk menunjukkan kelanjutan dari Generasi Y (Milenial), sedangkan istilah
"Zoomers" adalah istilah populer yang menggambarkan
karakteristik mereka yang dinamis, cepat beradaptasi, dan sangat terhubung
dengan teknologi.⁴
Ciri khas utama Generasi Z adalah mereka merupakan digital
native—generasi pertama yang tumbuh besar di era internet dan media sosial.
Dalam buku Generation Z: A Century in the Making, Corey Seemiller dan
Meghan Grace menekankan bahwa Generasi Z tidak pernah mengalami dunia tanpa teknologi
canggih seperti smartphone, internet berkecepatan tinggi, dan media sosial.⁵
Hal ini menjadikan mereka sangat mahir menggunakan teknologi untuk berbagai
aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, hiburan, hingga pekerjaan.
Secara sosial, Generasi Z dikenal memiliki
kesadaran yang lebih besar terhadap isu-isu global dibandingkan generasi
sebelumnya. Mereka cenderung berpikir inklusif dan menghargai keberagaman, baik
dalam hal etnis, agama, gender, maupun orientasi seksual.⁶ Mereka juga lebih
pragmatis dan realistis, berbeda dari Milenial yang sering dianggap lebih
idealis. Kecenderungan ini terlihat dalam cara mereka menghadapi tantangan,
seperti berfokus pada stabilitas keuangan dan keamanan kerja, serta keterbukaan
terhadap peluang bisnis berbasis teknologi.⁷
Namun, beberapa karakteristik ini juga memunculkan
tantangan tersendiri. Sebagai generasi yang sangat bergantung pada teknologi,
Generasi Z menghadapi risiko kehilangan keterampilan komunikasi langsung dan
cenderung mudah terpengaruh oleh tekanan sosial media. Dengan demikian,
memahami pengertian Generasi Z secara komprehensif tidak hanya melibatkan
keunggulan mereka dalam teknologi, tetapi juga potensi dampak negatif yang
perlu dikelola.
Catatan Kaki
[3]
Michael Dimock, "Defining Generations: Where Millennials End and
Generation Z Begins," Pew Research Center, Januari 2019, https://www.pewresearch.org/fact-tank/2019/01/17/where-millennials-end-and-generation-z-begins/.
[4]
Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the
Making (New York: Routledge, 2018), hlm. 12-14.
[5]
Ibid., hlm. 3-5.
[6]
Jean M. Twenge, iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up
Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for
Adulthood (New York: Atria Books, 2017), hlm. 27-28.
[7]
Seemiller dan Grace, Generation Z: A Century in the Making, hlm.
30-35.
Bagian II. Hal-Hal Positif Terkait Generasi Z
Generasi Z dikenal
sebagai kelompok demografi yang membawa banyak nilai positif, terutama dalam konteks perkembangan teknologi,
sosial, dan budaya. Berikut adalah beberapa aspek positif yang menjadi ciri
khas Generasi Z:
2.1.
Keunggulan Teknologi
Generasi Z tumbuh
besar dengan akses luas terhadap teknologi modern, menjadikan mereka generasi yang paling adaptif terhadap
perkembangan teknologi. Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk menggunakan
alat digital untuk inovasi, efisiensi, dan kreativitas. Sebuah studi oleh Corey
Seemiller dan Meghan Grace menyebutkan bahwa Generasi Z memiliki keterampilan
teknologi yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya, yang memungkinkan
mereka menjadi pemimpin dalam era digital.⁸ Teknologi juga membuka peluang
mereka untuk menjadi wirausahawan muda melalui platform seperti e-commerce dan
media sosial.⁹
2.2.
Kesadaran Sosial yang Tinggi
Generasi Z sangat
peduli terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan
keadilan sosial. Mereka aktif menyuarakan pandangan mereka melalui media sosial
dan aksi nyata di masyarakat. Laporan dari Deloitte pada tahun 2021 menunjukkan
bahwa lebih dari 75% Generasi Z mendukung gerakan lingkungan dan percaya bahwa
tindakan kolektif diperlukan untuk mengatasi krisis global.¹⁰
2.3.
Inklusivitas dan Toleransi
Generasi Z memiliki
pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya keberagaman dan inklusivitas. Jean Twenge mencatat bahwa
mereka lebih terbuka terhadap perbedaan agama, ras, dan gender dibandingkan
generasi sebelumnya.¹¹ Sikap ini terlihat dalam pola kerja mereka yang
menghargai kolaborasi lintas budaya dan keberagaman di tempat kerja.¹²
2.4.
Fokus pada Kesehatan Mental
Berbeda dari
generasi sebelumnya yang cenderung mengabaikan pentingnya kesehatan mental,
Generasi Z lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan mental dan fisik. Mereka cenderung
mencari dukungan profesional atau berbicara secara terbuka tentang masalah
kesehatan mental, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif untuk topik ini.¹³
2.5.
Kreativitas dan Kemampuan Adaptasi
Generasi Z dikenal
kreatif dalam mencari solusi untuk masalah yang kompleks. Kemampuan mereka
untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan, seperti beralih ke sistem pembelajaran daring selama pandemi
COVID-19, menjadi bukti ketahanan dan fleksibilitas mereka.¹⁴
2.6.
Wawasan Global yang Luas
Kemudahan akses
informasi melalui teknologi membuat Generasi Z memiliki wawasan global yang
luas. Mereka tidak hanya memahami isu-isu lokal tetapi juga masalah internasional, menjadikan mereka
generasi yang siap menghadapi tantangan global.¹⁵
Dengan berbagai
keunggulan ini, Generasi Z memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif di berbagai sektor, mulai dari
teknologi hingga sosial. Sifat inklusif, kreatif, dan adaptif mereka menjadikan
mereka generasi yang diharapkan dapat membawa dunia menuju masa depan yang
lebih baik.
Catatan Kaki
[8]
Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the Making
(New York: Routledge, 2018), hlm. 15-18.
[9]
Ibid., hlm. 35-37.
[10]
Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z
Survey, Juni 2021, https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html.
[11]
Jean M. Twenge, iGen:
Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant,
Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood (New York:
Atria Books, 2017), hlm. 45-47.
[12]
Pew Research Center, "Diversity and Division: Perspectives
of Gen Z," Agustus 2020, https://www.pewresearch.org/social-trends/.
[13]
American Psychological Association, "Stress in America: Gen
Z," Oktober 2018, https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf.
[14]
Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the Making,
hlm. 48-50.
[15]
Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z
Survey.
Bagian III. Kritik terhadap Generasi Z
Meskipun Generasi Z
memiliki banyak potensi positif, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat sejumlah
kritik terhadap karakteristik dan perilaku mereka yang dapat menimbulkan tantangan, baik secara individu
maupun sosial. Berikut adalah beberapa kritik utama yang sering diarahkan pada
Generasi Z:
3.1.
Ketergantungan pada Teknologi
Generasi Z sering
dikritik karena ketergantungan mereka pada teknologi, terutama smartphone dan
media sosial. Jean Twenge dalam bukunya iGen mencatat bahwa penggunaan
media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental
mereka, termasuk kecemasan,
depresi, dan perasaan kesepian.¹⁶ Ketergantungan ini juga sering kali
mengurangi kemampuan mereka dalam berkomunikasi langsung secara efektif,
sehingga memengaruhi hubungan interpersonal di dunia nyata.¹⁷
3.2.
Budaya Instan dan Kurang Sabar
Generasi Z tumbuh di
era di mana segala sesuatu dapat diakses secara instan—mulai dari informasi
hingga layanan digital. Hal ini menumbuhkan budaya instan yang membuat mereka
cenderung kurang sabar dalam menghadapi
proses panjang. Sebuah laporan dari McKinsey & Company menunjukkan bahwa
Generasi Z cenderung mencari hasil cepat dan sering kali menghindari tantangan
yang memerlukan usaha jangka panjang.¹⁸
3.3.
Individualisme Berlebihan
Meskipun Generasi Z
dikenal inklusif, mereka juga sering dianggap terlalu individualistis. Corey
Seemiller dan Meghan Grace menunjukkan bahwa mereka cenderung fokus pada
pencapaian pribadi dan kenyamanan diri, yang terkadang mengurangi rasa
solidaritas sosial.¹⁹ Kecenderungan
ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja dalam tim atau memahami
pentingnya kontribusi kolektif dalam masyarakat.
3.4.
Kliktivisme: Aktivisme yang Dangkal
Generasi Z sering
kali menggunakan media sosial sebagai platform untuk menyuarakan pandangan
mereka tentang isu-isu sosial. Namun, hal ini juga menjadi sasaran kritik karena sering kali terbatas
pada kliktivisme
(aktivisme berbasis klik), yaitu bentuk dukungan yang hanya dilakukan secara
online tanpa aksi nyata di dunia nyata.²⁰ Studi dari Pew Research Center
menunjukkan bahwa meskipun Generasi Z sangat vokal secara digital, hanya
sebagian kecil yang terlibat langsung dalam aktivitas komunitas.²¹
3.5.
Rentan terhadap Tekanan Sosial Media
Tekanan untuk
menampilkan diri secara sempurna di media sosial adalah salah satu kritik besar
terhadap Generasi Z. Fenomena ini menyebabkan mereka sering merasa cemas atau
tidak puas dengan diri sendiri karena membandingkan
kehidupan mereka dengan orang lain.²² Penelitian yang dilakukan oleh American
Psychological Association menunjukkan bahwa Generasi Z memiliki tingkat stres
lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, sebagian besar disebabkan oleh
tekanan sosial media.²³
3.6.
Budaya Konsumtif
Generasi Z sering
dianggap terlalu konsumtif, dipengaruhi oleh tren dan gaya hidup yang
dipromosikan di media sosial.²⁴ Kecenderungan ini tidak hanya berdampak pada gaya hidup mereka, tetapi
juga pada ketahanan finansial jangka panjang jika tidak dikelola dengan baik.
Meskipun kritik ini
mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z, penting untuk memahami bahwa sebagian besar masalah ini bersifat
struktural, dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan budaya yang lebih luas.
Oleh karena itu, kritik ini seharusnya menjadi bahan refleksi untuk membantu
Generasi Z mengelola potensi mereka dengan lebih baik.
Catatan Kaki
[16]
Jean M. Twenge, iGen:
Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant,
Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood (New York:
Atria Books, 2017), hlm. 10-12.
[17]
Pew Research Center,
"Social Media Use and Its Impact on Gen Z," Januari 2019, https://www.pewresearch.org/internet/.
[18]
McKinsey & Company, "True Gen: Generation Z and Its
Implications for Companies," November 2018, https://www.mckinsey.com/.
[19]
Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation Z: A Century in the Making
(New York: Routledge, 2018), hlm. 40-45.
[20]
Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z
Survey, Juni 2021, https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html.
[21]
Pew Research Center,
"Activism Among Gen Z: Digital vs. Real World," Februari 2021, https://www.pewresearch.org/.
[22]
American Psychological Association, "Stress in America:
Gen Z," Oktober 2018, https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf.
[23]
Ibid.
[24]
Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z
Survey.
Bagian IV. Tanggung Jawab yang Harus Dipikul Generasi Z di Masa Depan
Sebagai generasi
yang tumbuh di tengah perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang cepat, Generasi Z memiliki tanggung
jawab besar untuk memastikan keberlanjutan kehidupan di masa depan. Berikut
adalah beberapa aspek tanggung jawab utama yang perlu mereka pikul:
4.1.
Mengelola Teknologi dengan Bijak
Sebagai generasi
yang menguasai teknologi secara mendalam, Generasi Z memiliki tanggung jawab
untuk memastikan teknologi digunakan secara etis dan produktif. Penggunaan teknologi yang tidak terkendali dapat
membawa dampak negatif, seperti polarisasi sosial dan penyalahgunaan data
pribadi.²⁵ Oleh karena itu, mereka perlu mengembangkan literasi digital yang
tidak hanya mencakup keterampilan teknis tetapi juga pemahaman etis dan kritis
terhadap dampak teknologi pada masyarakat.²⁶
4.2.
Memimpin dalam Isu Lingkungan
Generasi Z
diharapkan menjadi penggerak utama dalam upaya melindungi lingkungan, mengingat
mereka akan menjadi pemimpin dunia pada saat perubahan iklim mencapai titik
kritis.¹⁰ Deloitte melaporkan bahwa
Generasi Z memiliki kesadaran tinggi terhadap isu lingkungan, tetapi mereka
perlu melangkah lebih jauh dengan terlibat dalam kebijakan, inovasi teknologi
hijau, dan gaya hidup berkelanjutan.²⁷
4.3.
Menciptakan Dunia yang Lebih Inklusif
Sebagai generasi
yang menghargai keberagaman, Generasi Z memiliki tanggung jawab untuk mendorong
inklusivitas di berbagai sektor, seperti pendidikan, pekerjaan, dan
pemerintahan.¹¹ Mereka perlu memanfaatkan
keterbukaan mereka terhadap perbedaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih
adil dan harmonis. Selain itu, mereka diharapkan dapat menjadi jembatan
antarbudaya di era globalisasi.²⁸
4.4.
Memperkuat Solidaritas Sosial
Generasi Z harus
mengatasi tantangan individualisme dengan memperkuat solidaritas sosial. Mereka
perlu memahami bahwa keberhasilan pribadi
tidak dapat dipisahkan dari kontribusi kolektif. Hal ini dapat diwujudkan
melalui partisipasi dalam komunitas, kegiatan sosial, dan kerja sama lintas
generasi.²⁹
4.5.
Meningkatkan Kesadaran Finansial dan Ekonomi
Generasi Z memiliki
tanggung jawab untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih bijak di tengah
tantangan ekonomi global, seperti ketidakstabilan
pekerjaan dan inflasi. Laporan McKinsey & Company mencatat bahwa Generasi Z
menunjukkan minat terhadap kewirausahaan, tetapi mereka juga perlu dilengkapi
dengan kemampuan manajemen keuangan jangka panjang untuk mencapai stabilitas
ekonomi.¹⁸
4.6.
Menjaga Keseimbangan Kesehatan Mental dan Fisik
Kesadaran Generasi Z
akan kesehatan mental memberikan dasar yang baik untuk masa depan. Namun,
mereka perlu memastikan bahwa perhatian pada kesehatan mental diikuti oleh
tindakan nyata, seperti membangun sistem pendukung, mengurangi stigma, dan
menciptakan kebijakan yang ramah kesehatan mental di lingkungan kerja dan
pendidikan.²³
4.7.
Berkontribusi pada Inovasi dan Solusi Global
Dengan kemampuan
adaptasi dan kreativitas yang tinggi, Generasi Z memiliki tanggung jawab untuk
menjadi agen perubahan di berbagai sektor. Mereka diharapkan memimpin dalam
mencari solusi untuk masalah global, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan krisis kesehatan.³⁰
Tanggung jawab ini
bukan hanya tugas individu, tetapi juga panggilan kolektif untuk Generasi Z
dalam memanfaatkan keunggulan mereka untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Dengan memikul tanggung jawab ini, mereka tidak hanya akan mengatasi tantangan
yang ada tetapi juga menjadi pilar utama dalam membentuk masa depan yang
berkelanjutan.
Catatan Kaki
[25]
Jean M. Twenge, iGen:
Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant,
Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood (New York:
Atria Books, 2017), hlm. 102-105.
[26]
Pew Research Center,
"The Future of Well-Being in a Tech-Saturated World," Januari 2018, https://www.pewresearch.org/internet/.
[27]
Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z
Survey, Juni 2021, https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html.
[28]
Corey Seemiller dan Meghan Grace, Generation
Z: A Century in the Making (New York: Routledge, 2018), hlm. 58-60.
[29]
McKinsey & Company, "True Gen: Generation Z and Its
Implications for Companies," November 2018, https://www.mckinsey.com/.
[30]
American Psychological
Association, "Stress in America: Gen Z," Oktober 2018, https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf.
Penutup
Generasi Z (Zoomers) membawa warna baru dalam
lanskap sosial, ekonomi, dan politik global. Sebagai generasi yang tumbuh dalam
ekosistem digital, mereka memiliki keunggulan dalam mengakses dan memanfaatkan
teknologi, menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap isu-isu global, serta mengedepankan inklusivitas dan inovasi dalam berbagai aspek
kehidupan. Hal-hal positif tersebut memungkinkan mereka untuk menjadi aktor
kunci dalam mengarahkan dunia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan
adil.³¹
Di sisi lain, sejumlah kritik yang diarahkan pada
Generasi Z—seperti ketergantungan pada teknologi, budaya instan, kliktivisme, serta
tantangan dalam mengelola tekanan sosial media—menunjukkan bahwa generasi ini
juga menghadapi berbagai hambatan.³² Namun, kritik tersebut tidak harus dilihat
semata sebagai kelemahan, melainkan dapat menjadi pijakan bagi Generasi Z untuk
melakukan refleksi diri dan perbaikan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam,
mereka dapat mengubah kendala tersebut menjadi kesempatan untuk berkembang
lebih matang dan bertanggung jawab.
Masa depan dunia sangat bergantung pada kemampuan
Generasi Z untuk memikul tanggung jawab yang telah dianalisis sebelumnya. Dari
sudut pandang lingkungan, mereka diharapkan menjadi penggerak utama dalam
mengatasi krisis iklim.³³ Dalam ranah sosial, mereka diharapkan mampu membangun
masyarakat yang lebih inklusif, toleran, dan menghormati keberagaman.³⁴ Selain
itu, kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi secara bijak dan etis akan
menjadi kunci untuk memastikan bahwa transformasi digital berjalan seiring
dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta kesejahteraan mental dan fisik
bagi seluruh lapisan masyarakat.³⁵
Pada akhirnya, proses memahami Generasi Z bukan
sekadar mengenali ciri khas mereka, tetapi juga bagaimana mereka berinteraksi
dengan dunia di sekitar mereka. Dengan mengakui sisi positif, mengkritisi
kelemahan, dan mendorong tanggung jawab yang lebih besar, masyarakat dapat
bekerja sama dengan Generasi Z untuk mencapai tujuan bersama: menciptakan masa
depan yang lebih adil, inovatif, dan penuh harapan. Generasi Z, dengan segala
potensinya, berada di garis depan dalam menentukan arah perkembangan global di
era yang semakin kompleks.³⁶
Catatan Kaki
[31]
Corey Seemiller dan Meghan
Grace, Generation Z: A Century in the Making (New York: Routledge,
2018), hlm. 3-5.
[32]
Jean M. Twenge, iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up
Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy – and Completely Unprepared for
Adulthood (New York: Atria Books, 2017), hlm. 27-28.
[33]
Deloitte, The Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z
Survey, Juni 2021, https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html.
[34]
Pew Research Center,
"On the Cusp of Adulthood and Facing an Uncertain Future: What We Know
About Gen Z So Far," Mei 2020, https://www.pewresearch.org/social-trends/2020/05/14/on-the-cusp-of-adulthood-and-facing-an-uncertain-future-what-we-know-about-gen-z-so-far/.
[35]
American Psychological Association, "Stress in
America: Gen Z," Oktober 2018, https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf.
[36]
McKinsey & Company, "True Gen: Generation Z and
Its Implications for Companies," November 2018, https://www.mckinsey.com/.
Daftar Pustaka
American Psychological
Association. "Stress in America: Gen Z." Oktober 2018. [https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf
(diakses 10 Desember 2024).]
Deloitte. The
Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey. Juni 2021. [https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-deloitte/articles/millennialsurvey.html
(diakses 10 Desember 2024).]
Dimock, Michael.
"Defining Generations: Where Millennials End and Generation Z
Begins." Pew Research Center, Januari
2019. [https://www.pewresearch.org/fact-tank/2019/01/17/where-millennials-end-and-generation-z-begins/
(diakses 10 Desember 2024).]
McKinsey & Company.
"True Gen: Generation Z and Its Implications for Companies." November
2018. [https://www.mckinsey.com/ (diakses 10
Desember 2024).]
Pew Research Center.
"On the Cusp of Adulthood and Facing an Uncertain Future: What We Know
About Gen Z So Far." Mei 2020. [https://www.pewresearch.org/social-trends/2020/05/14/on-the-cusp-of-adulthood-and-facing-an-uncertain-future-what-we-know-about-gen-z-so-far/
(diakses 10 Desember 2024).]
Seemiller, Corey dan Meghan
Grace. Generation Z: A Century in the Making. New York: Routledge,
2018.
Twenge, Jean M. iGen:
Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant,
Less Happy – and Completely Unprepared for Adulthood. New York:
Atria Books, 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar