Sistem Pendidikan di Dunia
Perbandingan, Model, dan Tantangan di Era Globalisasi
Alihkan ke: Ilmu Pendidikan.
Abstrak
Pendidikan merupakan fondasi utama dalam
pembangunan sosial dan ekonomi suatu negara. Artikel ini mengkaji sistem
pendidikan di dunia, dengan fokus pada perbandingan model pendidikan di
berbagai negara, inovasi dalam pembelajaran berbasis teknologi, serta tantangan
global yang dihadapi sistem pendidikan modern. Melalui metode analisis
komparatif, artikel ini membandingkan sistem pendidikan di negara maju
seperti Finlandia, Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman dengan sistem pendidikan
di negara berkembang seperti Indonesia, India, dan Nigeria.
Hasil kajian menunjukkan bahwa negara maju
cenderung memiliki sistem pendidikan yang fleksibel, berbasis inovasi, dan
memiliki kesejahteraan tenaga pengajar yang lebih baik, sementara negara
berkembang masih menghadapi tantangan akses, kesenjangan kualitas, dan
keterbatasan infrastruktur pendidikan. Transformasi digital dalam dunia
pendidikan, seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI), pembelajaran
daring, dan model hybrid learning, telah mempercepat inovasi dalam metode
pengajaran dan pembelajaran. Namun, kesenjangan digital masih menjadi hambatan
utama dalam implementasi inovasi ini.
Selain itu, artikel ini juga membahas tantangan
global dalam pendidikan, seperti ketimpangan akses, kesenjangan
kualitas, dan dampak pandemi COVID-19 serta krisis global terhadap pendidikan.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kebijakan pendidikan yang lebih adaptif,
investasi dalam infrastruktur pendidikan, serta kerja sama internasional yang
lebih erat dalam meningkatkan akses dan kualitas pendidikan global.
Artikel ini merekomendasikan strategi peningkatan
akses pendidikan melalui pembangunan infrastruktur yang lebih inklusif,
pengembangan program beasiswa, serta pelatihan guru dalam pemanfaatan teknologi
pendidikan. Dengan pendekatan inovatif dan kolaboratif, sistem pendidikan
global dapat lebih inklusif, berkualitas, dan siap menghadapi tantangan di era
globalisasi.
Kata Kunci: Pendidikan Global, Sistem Pendidikan, Inovasi
Pendidikan, Pembelajaran Digital, Artificial Intelligence, Kesenjangan Akses
Pendidikan, Kualitas Pendidikan, Transformasi Digital, Kebijakan Pendidikan,
Pendidikan Inklusif.
PEMBAHASAN
Sistem Pendidikan di Dunia
1.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan
fondasi utama bagi kemajuan suatu bangsa. Sistem pendidikan yang efektif tidak
hanya berperan dalam membentuk individu yang cerdas secara intelektual, tetapi
juga membangun karakter, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dan
dunia kerja. Setiap negara memiliki sistem pendidikan yang berbeda, disesuaikan
dengan faktor historis, budaya, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi
kebijakan pendidikannya. Misalnya, Finlandia dikenal dengan sistem
pendidikannya yang menekankan kesejahteraan siswa dan kebebasan belajar,
sementara Jepang menekankan disiplin dan kerja keras sebagai bagian dari kurikulumnya. Sebaliknya, di banyak negara
berkembang, akses terhadap pendidikan yang berkualitas masih menjadi tantangan
besar akibat keterbatasan infrastruktur dan sumber daya ekonomi.
Pentingnya sistem
pendidikan telah diakui secara global sebagai salah satu faktor utama dalam pembangunan sosial dan ekonomi. UNESCO menegaskan bahwa
pendidikan berkualitas adalah hak dasar manusia dan instrumen utama dalam
mencapai pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang
dicanangkan dalam Agenda 2030 PBB¹. Laporan dari Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD) juga menunjukkan bahwa negara-negara dengan
sistem pendidikan yang kuat cenderung memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dan masyarakat yang lebih inovatif².
Namun, sistem
pendidikan di berbagai negara mengalami tantangan besar, terutama dalam menghadapi era globalisasi dan digitalisasi.
Revolusi Industri 4.0 telah membawa perubahan besar dalam cara manusia bekerja
dan belajar. Teknologi seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), big
data, dan pembelajaran daring telah mengubah model pendidikan tradisional
menjadi lebih fleksibel dan berbasis keterampilan³. Pandemi COVID-19 juga
semakin mempercepat pergeseran pendidikan ke arah digital, meskipun hal ini
memperjelas kesenjangan akses terhadap teknologi di berbagai negara⁴. Oleh
karena itu, analisis komparatif terhadap sistem pendidikan di dunia menjadi
penting untuk memahami praktik terbaik yang dapat diterapkan serta tantangan
yang harus diatasi.
1.2.
Metodologi Pembahasan
Artikel ini disusun
berdasarkan studi literatur dari berbagai sumber kredibel, seperti laporan
resmi dari UNESCO, OECD, dan Bank Dunia, serta jurnal akademik yang membahas
sistem pendidikan global. Metode analisis yang digunakan bersifat deskriptif
dan komparatif untuk menggambarkan berbagai model pendidikan yang diterapkan di
negara maju maupun berkembang.
Pendekatan yang
digunakan dalam pembahasan
ini meliputi:
1)
Analisis
Komparatif: Membandingkan sistem pendidikan di berbagai negara
untuk mengidentifikasi pola umum dan perbedaan signifikan.
2)
Kajian
Kebijakan Pendidikan: Mengeksplorasi bagaimana kebijakan
pemerintah di berbagai negara membentuk sistem pendidikan dan dampaknya
terhadap kualitas pendidikan.
3)
Eksplorasi
Inovasi Pendidikan: Mengulas bagaimana teknologi dan metode
pembelajaran baru diterapkan dalam sistem pendidikan modern.
4)
Identifikasi
Tantangan Global: Menyoroti masalah utama seperti ketimpangan
pendidikan, krisis tenaga pengajar, dan dampak globalisasi terhadap pendidikan.
Dengan pendekatan
ini, diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan yang luas mengenai dinamika sistem pendidikan di
dunia dan bagaimana tantangan serta peluang yang muncul dapat diatasi dengan
strategi yang inovatif dan berbasis bukti.
Catatan Kaki
[1]
UNESCO, Education for Sustainable Development: A
Roadmap (Paris: UNESCO Publishing, 2020), 12.
[2]
OECD, Education at a Glance 2022: OECD Indicators
(Paris: OECD Publishing, 2022), 45.
[3]
Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution
(New York: Crown Business, 2017), 98-101.
[4]
World Bank, The Impact of COVID-19 on Education: Insights
from Education at a Glance 2021 (Washington, DC: World Bank, 2021),
27.
2.
Landasan Teoretis Sistem Pendidikan
2.1.
Definisi dan Konsep Sistem Pendidikan
Pendidikan adalah
proses sistematis dalam mentransmisikan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara umum, sistem
pendidikan didefinisikan sebagai struktur formal yang mengatur penyelenggaraan
pembelajaran, termasuk kurikulum, metode pengajaran, sistem evaluasi, serta
peran pemerintah dan lembaga pendidikan¹.
Terdapat tiga bentuk
utama pendidikan yang diakui secara global:
1)
Pendidikan
Formal:
Pendidikan yang diselenggarakan secara
terstruktur dalam institusi resmi seperti sekolah dan universitas. Pendidikan
ini memiliki kurikulum yang terstandardisasi dan jenjang yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi².
2)
Pendidikan
Nonformal:
Pendidikan yang dilakukan di luar sistem
sekolah formal, seperti kursus keahlian, pelatihan kerja, atau program
pemberantasan buta huruf. Pendidikan ini bersifat fleksibel dan bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan tertentu³.
3)
Pendidikan
Informal:
Pendidikan yang terjadi secara alami
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, atau melalui pengalaman sehari-hari,
seperti pembelajaran dari orang tua atau interaksi sosial⁴.
Konsep sistem
pendidikan terus berkembang seiring dengan perubahan sosial dan kemajuan
teknologi. Sejak era Revolusi Industri 4.0, pendekatan pembelajaran berbasis
teknologi semakin banyak diterapkan, mengarah pada model pendidikan yang lebih
fleksibel dan adaptif terhadap kebutuhan zaman⁵.
2.2.
Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan
Setiap negara
memiliki sistem pendidikan yang unik, dipengaruhi oleh berbagai faktor utama
yang membentuk kebijakan dan implementasi pendidikan.
2.2.1.
Faktor Historis dan
Budaya
Sejarah dan budaya
suatu bangsa memainkan peran penting dalam membentuk sistem pendidikan.
Misalnya, sistem pendidikan di negara-negara Eropa cenderung berakar pada
tradisi humanisme dan pencerahan, yang menekankan pemikiran kritis dan kebebasan
akademik⁶. Sebaliknya, negara-negara Asia seperti Jepang dan Korea Selatan
mengembangkan sistem pendidikan berbasis disiplin tinggi dan nilai-nilai
kolektivisme, yang menekankan kerja keras dan kesuksesan akademik sebagai kunci
mobilitas sosial⁷.
2.2.2.
Faktor Ekonomi dan
Politik
Tingkat perkembangan
ekonomi suatu negara sangat menentukan akses dan kualitas pendidikan yang
tersedia. Negara-negara dengan ekonomi kuat cenderung memiliki sistem
pendidikan yang lebih maju, dengan infrastruktur yang memadai serta tenaga
pengajar yang berkualitas⁸. Sebaliknya, negara-negara berkembang sering
menghadapi tantangan seperti keterbatasan dana pendidikan, kurangnya fasilitas
sekolah, dan rendahnya tingkat kesejahteraan guru⁹.
Di sisi lain,
kebijakan politik juga berperan besar dalam membentuk sistem pendidikan.
Pemerintah yang memiliki komitmen tinggi terhadap pendidikan biasanya
mengalokasikan anggaran besar untuk meningkatkan kualitas sekolah dan
universitas. Sebagai contoh, Finlandia, yang memiliki salah satu sistem
pendidikan terbaik di dunia, mengadopsi kebijakan yang memberikan kebebasan
mengajar kepada guru serta meminimalkan ujian standar untuk menciptakan
lingkungan belajar yang lebih holistik¹⁰.
2.2.3.
Pengaruh Globalisasi
dan Teknologi
Globalisasi telah
membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Perguruan tinggi dan institusi
pendidikan kini semakin terhubung dalam jaringan internasional, memungkinkan
pertukaran pelajar, riset kolaboratif, serta standarisasi pendidikan di tingkat
global¹¹.
Teknologi juga memainkan
peran sentral dalam transformasi pendidikan. Perkembangan e-learning,
kecerdasan buatan, dan big data memungkinkan metode pembelajaran yang lebih
personal dan berbasis data¹². Namun, tantangan besar muncul dari kesenjangan
digital, di mana akses terhadap teknologi masih sangat terbatas di beberapa
negara berkembang¹³.
Catatan Kaki
[1]
John W. Meyer et al., World Society and the Nation-State
(Stanford, CA: Stanford University Press, 1997), 78.
[2]
UNESCO, Global Education Monitoring Report 2021: The
Role of Education in Social Progress (Paris: UNESCO Publishing,
2021), 32.
[3]
OECD, Education at a Glance 2022: OECD Indicators
(Paris: OECD Publishing, 2022), 55.
[4]
Philip H. Coombs, The World Crisis in Education: The View from
the Eighties (New York: Oxford University Press, 1985), 17.
[5]
Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution
(New York: Crown Business, 2017), 105.
[6]
Robert Cowen, Comparing Education Systems: A Global
Perspective (New York: Routledge, 2018), 63.
[7]
Jin Li, Cultural Foundations of Learning: East and West
(Cambridge: Cambridge University Press, 2012), 89.
[8]
World Bank, World Development Report 2018: Learning to
Realize Education’s Promise (Washington, DC: World Bank, 2018), 48.
[9]
UNESCO, Global Education Monitoring Report 2020:
Inclusion and Education (Paris: UNESCO Publishing, 2020), 59.
[10]
Pasi Sahlberg, Finnish Lessons 3.0: What Can the World Learn
from Educational Change in Finland? (New York: Teachers College
Press, 2021), 72.
[11]
OECD, International Student Mobility in Higher
Education (Paris: OECD Publishing, 2019), 24.
[12]
Neil Selwyn, Education and Technology: Key Issues and
Debates (London: Bloomsbury Academic, 2017), 134.
[13]
World Economic Forum, The Future of Jobs Report 2020
(Geneva: WEF, 2020), 41.
3.
Model dan Struktur Sistem Pendidikan di Dunia
Pendidikan di berbagai
negara memiliki karakteristik unik yang dipengaruhi oleh faktor sejarah,
sosial, ekonomi, dan kebijakan pemerintah. Setiap negara mengembangkan sistem
pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya, dengan perbedaan
mencolok dalam hal kurikulum, metode pengajaran, serta sistem evaluasi. Bab ini
akan mengulas model pendidikan di negara maju dan berkembang, serta
membandingkan keunggulan dan tantangan masing-masing sistem.
3.1.
Sistem Pendidikan di Negara-Negara Maju
Negara-negara maju
umumnya memiliki sistem pendidikan yang kuat dengan standar akademik tinggi,
fasilitas yang memadai, serta kebijakan pendidikan yang progresif. Beberapa
model pendidikan yang menjadi rujukan global antara lain:
3.1.1.
Finlandia: Model
Berbasis Kebebasan dan Kesejahteraan Guru
Sistem pendidikan
Finlandia dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Model pendidikannya
menekankan kesejahteraan siswa, kurikulum fleksibel, dan pelatihan intensif
bagi guru. Salah satu faktor utama keberhasilannya adalah penghormatan terhadap
profesi guru, yang dianggap setara dengan dokter atau insinyur. Selain itu,
Finlandia tidak menerapkan ujian standar nasional hingga tingkat menengah,
memungkinkan siswa belajar dengan tekanan yang lebih rendah dan motivasi
intrinsik yang lebih tinggi¹.
3.1.2.
Jepang: Disiplin dan
Etos Kerja Tinggi
Jepang memiliki
sistem pendidikan yang menekankan disiplin, kerja keras, dan penguasaan
akademik yang kuat. Kalender akademik yang panjang dan sistem evaluasi yang ketat
menjadikan siswa Jepang memiliki tingkat literasi dan numerasi yang tinggi.
Kurikulum nasional Jepang juga memasukkan pendidikan moral dan etika sebagai
bagian dari pembelajaran wajib². Namun, tekanan akademik yang tinggi sering
kali dikritik karena menyebabkan stres pada siswa³.
3.1.3.
Amerika Serikat:
Fleksibilitas dan Pendidikan Berbasis Inovasi
Sistem pendidikan di
Amerika Serikat terkenal dengan fleksibilitasnya, di mana sekolah dan
universitas diberikan kebebasan dalam menyusun kurikulum. Pendidikan tinggi di
Amerika Serikat juga menjadi acuan global, dengan banyak universitas seperti
Harvard, MIT, dan Stanford yang menduduki peringkat tertinggi di dunia. Namun,
perbedaan kualitas pendidikan antar negara bagian serta biaya pendidikan tinggi
yang mahal menjadi tantangan utama⁴.
3.1.4.
Jerman: Model
Pendidikan Vokasi dan Akademik yang Terintegrasi
Jerman mengadopsi
sistem pendidikan dual track, yang membedakan jalur akademik dan vokasional
sejak usia dini. Pendidikan vokasional di Jerman sangat kuat, dengan program
magang industri yang menghubungkan pelajar dengan dunia kerja. Model ini telah
terbukti efektif dalam menekan tingkat pengangguran dan meningkatkan daya saing
tenaga kerja⁵.
3.2.
Sistem Pendidikan di Negara Berkembang
Sistem pendidikan di
negara berkembang menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan dana,
kurangnya tenaga pengajar berkualitas, serta kesenjangan akses pendidikan.
Beberapa model yang menarik perhatian dalam sistem pendidikan negara berkembang
adalah:
3.2.1.
Indonesia: Kurikulum
Berbasis Kompetensi dan Tantangan Akses Pendidikan
Indonesia menerapkan
sistem pendidikan berbasis Kurikulum Merdeka, yang bertujuan meningkatkan
kreativitas dan pemecahan masalah. Namun, tantangan utama yang masih dihadapi
adalah ketimpangan akses pendidikan, terutama di daerah terpencil. Selain itu,
tingkat kesejahteraan guru dan kualitas infrastruktur sekolah masih menjadi isu
besar⁶.
3.2.2.
India: Pendidikan
Berbasis Teknologi dan Kompetisi Global
India memiliki
sistem pendidikan yang berorientasi pada sains dan teknologi, dengan banyak
lulusan yang berkontribusi dalam sektor teknologi global. Pemerintah India juga
berinvestasi besar dalam pendidikan digital untuk menjangkau populasi yang
luas. Namun, permasalahan utama dalam sistem pendidikan India adalah
ketimpangan antara pendidikan di perkotaan dan pedesaan serta tingginya angka
putus sekolah⁷.
3.2.3.
Nigeria: Pendidikan
di Tengah Tantangan Infrastruktur dan Ketimpangan Sosial
Nigeria, sebagai salah
satu negara berkembang di Afrika, menghadapi berbagai kendala dalam sistem
pendidikannya, termasuk kurangnya sekolah berkualitas dan minimnya tenaga
pengajar terlatih. Selain itu, konflik sosial dan kemiskinan memperburuk akses
pendidikan bagi anak-anak di daerah konflik. Meskipun demikian, pemerintah
Nigeria telah mengembangkan kebijakan pendidikan gratis di beberapa wilayah
untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah⁸.
3.3.
Perbandingan Sistem Pendidikan di Berbagai
Negara
Untuk memahami lebih
dalam perbedaan sistem pendidikan di berbagai negara, berikut adalah beberapa
aspek yang dibandingkan:
1)
Durasi Pendidikan Wajib
Finlandia: 9 tahun (usia 7–16
tahun)
Jepang: 9 tahun (usia 6–15 tahun)
Amerika Serikat: 12 tahun
(usia 6–18 tahun)
Jerman: 9 tahun (usia 6–15 tahun)
Indonesia: 12 tahun (usia 7–18
tahun)
India: 12 tahun (usia 6–18 tahun)
Nigeria: 9 tahun (usia 6–15
tahun)
2)
Model Evaluasi dan Asesmen
Finlandia: Minim ujian standar,
evaluasi berbasis proyek
Jepang: Ujian ketat dengan
persaingan tinggi
Amerika Serikat: Tes
standar nasional dan ujian masuk universitas (SAT, ACT)
Jerman: Ujian berbasis jalur
akademik atau vokasional
Indonesia: Ujian berbasis
kompetensi dan asesmen nasional
India: Sistem ujian bertingkat
dan seleksi ketat untuk masuk perguruan tinggi
3)
Peran Pemerintah dalam
Penyediaan Pendidikan
Negara maju umumnya memberikan
subsidi penuh untuk pendidikan dasar dan menengah
Negara berkembang menghadapi
tantangan dalam pembiayaan pendidikan dan sering kali masih bergantung pada
bantuan internasional
Catatan Kaki
[1]
Pasi Sahlberg, Finnish Lessons 3.0: What Can the World Learn
from Educational Change in Finland? (New York: Teachers College
Press, 2021), 48.
[2]
Masaki Iwasaki, Education and Discipline in Japan
(Tokyo: University of Tokyo Press, 2019), 62.
[3]
OECD, Education at a Glance 2022: OECD Indicators
(Paris: OECD Publishing, 2022), 78.
[4]
David Berliner, The Manufactured Crisis: Myths, Fraud, and the
Attack on America's Public Schools (New York: Basic Books, 2020),
33.
[5]
Martin Baethge, The German Dual Education System: An Analysis
of Its Efficiency and Challenges (Berlin: Springer, 2018), 90.
[6]
Kemendikbud RI, Kurikulum Merdeka: Membangun Kreativitas dan
Kompetensi (Jakarta: Kemendikbud, 2023), 21.
[7]
Amartya Sen, Education and Economic Development in India
(New Delhi: Oxford University Press, 2020), 45.
[8]
World Bank, Education in Sub-Saharan Africa: Challenges and
Policy Directions (Washington, DC: World Bank, 2022), 57.
4.
Inovasi dan Transformasi Pendidikan di Era
Digital
Kemajuan teknologi
telah membawa perubahan besar dalam sistem pendidikan global. Transformasi
digital dalam dunia pendidikan semakin mempercepat adopsi metode pembelajaran
berbasis teknologi, yang memungkinkan akses pendidikan yang lebih luas dan
fleksibel. Bab ini akan membahas berbagai inovasi dalam pendidikan berbasis
teknologi, pergeseran dari sistem tradisional ke sistem berbasis kompetensi,
serta tantangan yang dihadapi dalam implementasi inovasi ini.
4.1.
Pendidikan Berbasis Teknologi
4.1.1.
Peran Artificial
Intelligence (AI) dalam Pembelajaran
Artificial
Intelligence (AI) telah merevolusi dunia pendidikan dengan menghadirkan
pengalaman belajar yang lebih personal dan adaptif. AI digunakan dalam berbagai
bentuk, seperti tutor virtual, sistem penilaian otomatis, serta analisis data
untuk mengidentifikasi kelemahan siswa dalam memahami materi¹. Teknologi ini
memungkinkan sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar setiap
individu, meningkatkan efektivitas pembelajaran di berbagai jenjang
pendidikan².
Selain itu, platform
pembelajaran berbasis AI, seperti Khan Academy dan Coursera, telah membantu
jutaan siswa di seluruh dunia mendapatkan akses ke pendidikan berkualitas tanpa
terbatas oleh lokasi geografis³. Namun, implementasi AI dalam pendidikan juga
menimbulkan kekhawatiran etis, seperti privasi data siswa dan kemungkinan
penggantian peran guru oleh teknologi⁴.
4.1.2.
Implementasi
Pembelajaran Daring dan Hybrid Learning
Sejak pandemi
COVID-19, model pembelajaran daring dan hybrid learning semakin berkembang
pesat. Platform seperti Zoom, Google Classroom, dan Microsoft Teams telah
menjadi alat utama dalam sistem pendidikan modern⁵. Model pembelajaran ini
memungkinkan fleksibilitas bagi siswa dan tenaga pengajar untuk mengakses
materi di mana saja dan kapan saja.
Menurut laporan
UNESCO, sekitar 1,6 miliar siswa di seluruh dunia terdampak oleh penutupan
sekolah selama pandemi, yang mempercepat adopsi teknologi dalam pendidikan⁶.
Namun, pembelajaran daring juga menghadapi tantangan, seperti keterbatasan akses
internet di daerah terpencil dan kurangnya interaksi sosial yang dapat
memengaruhi perkembangan keterampilan sosial siswa⁷.
Hybrid learning,
yang menggabungkan pembelajaran daring dengan tatap muka, menjadi solusi yang
banyak diterapkan di berbagai institusi pendidikan. Model ini menawarkan
fleksibilitas sekaligus menjaga interaksi langsung antara siswa dan pengajar⁸.
4.2.
Pendidikan Berbasis Kompetensi dan Soft Skills
4.2.1.
Pergeseran dari
Sistem Hafalan ke Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Tradisionalnya,
banyak sistem pendidikan yang lebih menekankan hafalan daripada pemecahan
masalah dan berpikir kritis. Namun, di era digital, terjadi pergeseran
paradigma dari sistem berbasis ujian ke pendekatan berbasis kompetensi, di mana
siswa dinilai berdasarkan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan
nyata⁹.
Model pendidikan
berbasis kompetensi ini banyak diterapkan dalam sistem pendidikan di Finlandia,
Jerman, dan Amerika Serikat. Di Finlandia, misalnya, kurikulum nasional
dirancang untuk mengembangkan keterampilan problem-solving, kreativitas, dan
komunikasi yang lebih luas¹⁰.
4.2.2.
Pendidikan STEM dan
Keterampilan Digital
Pendidikan STEM
(Science, Technology, Engineering, and Mathematics) semakin mendapat perhatian
di berbagai negara sebagai respons terhadap perkembangan teknologi global. STEM
bertujuan membekali siswa dengan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja
modern, seperti coding, analisis data, dan pemecahan masalah berbasis
teknologi¹¹.
Beberapa negara,
seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, telah memasukkan STEM sebagai bagian inti
dari kurikulum nasional mereka. Program seperti "STEM for All"
di AS dan kebijakan "Made in China 2025" menekankan pentingnya
penguasaan teknologi dalam meningkatkan daya saing tenaga kerja¹².
Selain STEM,
penguasaan keterampilan digital menjadi semakin penting. Laporan dari World
Economic Forum menunjukkan bahwa 50% pekerja di dunia perlu mendapatkan
pelatihan ulang dalam keterampilan digital untuk tetap relevan dalam pasar
tenaga kerja pada tahun 2025¹³.
4.3.
Tantangan dalam Implementasi Inovasi Pendidikan
4.3.1.
Kesenjangan Digital
dan Akses Teknologi
Salah satu tantangan
terbesar dalam transformasi pendidikan berbasis teknologi adalah kesenjangan
digital. Di banyak negara berkembang, akses terhadap perangkat digital dan
koneksi internet masih terbatas, menyebabkan ketimpangan dalam peluang
belajar¹⁴.
Bank Dunia mencatat
bahwa lebih dari 40% rumah tangga di negara berpenghasilan rendah tidak
memiliki akses internet yang memadai untuk pembelajaran daring¹⁵. Oleh karena
itu, diperlukan kebijakan inklusif yang memastikan bahwa semua siswa, termasuk
yang berada di daerah terpencil, dapat memperoleh manfaat dari inovasi
pendidikan ini.
4.3.2.
Regulasi dan
Kebijakan Pendidikan yang Adaptif
Perubahan cepat
dalam dunia teknologi menuntut sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan
adaptif. Banyak negara masih menerapkan kebijakan pendidikan yang kaku dan
kurang responsif terhadap perkembangan digital. Regulasi mengenai kurikulum,
metode pengajaran, dan sertifikasi guru harus diperbarui agar lebih sesuai
dengan tuntutan zaman¹⁶.
Selain itu,
pemerintah harus memastikan bahwa tenaga pengajar memiliki kompetensi dalam
memanfaatkan teknologi pendidikan. Pelatihan dan sertifikasi bagi guru dalam
penggunaan teknologi harus menjadi prioritas dalam kebijakan pendidikan masa
depan¹⁷.
Kesimpulan
Transformasi
pendidikan di era digital membawa banyak peluang sekaligus tantangan. Teknologi
seperti AI, pembelajaran daring, dan STEM telah mengubah cara siswa belajar dan
tenaga pengajar mengajar. Namun, kesenjangan digital dan kebijakan yang belum
adaptif masih menjadi hambatan dalam implementasi inovasi pendidikan.
Untuk memastikan
bahwa transformasi ini berjalan secara inklusif, pemerintah dan institusi
pendidikan harus bekerja sama dalam mengembangkan kebijakan yang mendukung
akses pendidikan yang merata dan berkualitas. Dengan demikian, inovasi dalam
pendidikan dapat benar-benar menjadi alat untuk menciptakan masyarakat yang
lebih cerdas, kreatif, dan siap menghadapi tantangan global.
Catatan Kaki
[1]
Neil Selwyn, Education and Technology: Key Issues and
Debates (London: Bloomsbury Academic, 2017), 75.
[2]
World Economic Forum, The Future of Jobs Report 2020
(Geneva: WEF, 2020), 44.
[3]
Salman Khan, The One World Schoolhouse: Education Reimagined
(New York: Twelve, 2012), 102.
[4]
OECD, Artificial Intelligence in Education:
Opportunities and Challenges (Paris: OECD Publishing, 2021), 35.
[5]
UNESCO, Education in a Post-COVID World: Nine Ideas for
Public Action (Paris: UNESCO Publishing, 2021), 18.
[6]
World Bank, COVID-19 and Education: The Lingering Effects
of School Closures (Washington, DC: World Bank, 2022), 27.
[7]
OECD, Education at a Glance 2022: OECD Indicators
(Paris: OECD Publishing, 2022), 94.
[8]
Pasi Sahlberg, Finnish Lessons 3.0 (New York:
Teachers College Press, 2021), 60.
[9]
John Hattie, Visible Learning for Teachers: Maximizing
Impact on Learning (New York: Routledge, 2012), 112.
[10]
Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution
(New York: Crown Business, 2017), 98.
[11]
OECD, Skills for a Digital World (Paris:
OECD Publishing, 2019), 42.
[12]
World Economic Forum, Schools of the Future: Defining New Models of
Education for the Fourth Industrial Revolution (Geneva: WEF, 2020),
31.
[13]
Bank Dunia, Digital Technologies in Education
(Washington, DC: World Bank, 2021), 55.
[14]
UNESCO, Global Education Monitoring Report 2021: The
Role of Technology in Education (Paris: UNESCO Publishing, 2021), 88.
[15]
World Bank, World Development Report 2021: Data for Better
Lives (Washington, DC: World Bank, 2021), 73.
[16]
Andreas Schleicher, Future of Education and
Skills 2030: The OECD Learning Framework (Paris: OECD Publishing, 2019),
29.
[17]
International Society for Technology in Education
(ISTE), Digital
Transformation in Education: Teacher Training for the Future (Washington,
DC: ISTE, 2022), 50.
5.
Tantangan Global dalam Dunia Pendidikan
Pendidikan adalah
hak fundamental yang harus dapat diakses oleh semua individu tanpa
diskriminasi. Namun, berbagai tantangan masih menghambat upaya pemerataan dan
peningkatan kualitas pendidikan di seluruh dunia. Faktor seperti ketimpangan
akses, kesenjangan kualitas pendidikan, dan dampak krisis global semakin
memperumit upaya untuk mencapai sistem pendidikan yang inklusif dan merata. Bab
ini akan menguraikan tantangan-tantangan utama dalam dunia pendidikan serta
implikasinya bagi masa depan.
5.1.
Ketimpangan Akses Pendidikan
5.1.1.
Faktor Ekonomi dan
Geografis
Salah satu tantangan
terbesar dalam pendidikan global adalah ketimpangan akses akibat perbedaan
ekonomi dan geografis. Laporan dari UNESCO menunjukkan bahwa lebih dari 258 juta
anak di dunia tidak bersekolah, terutama di negara-negara
berkembang¹. Faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah kemiskinan dan
keterbatasan infrastruktur pendidikan.
Di Afrika
Sub-Sahara, misalnya, banyak anak terpaksa putus sekolah karena harus bekerja
untuk membantu perekonomian keluarga². Sementara itu, di daerah pedesaan atau
terpencil, keterbatasan jumlah sekolah dan tenaga pengajar menjadi kendala
serius dalam menyediakan pendidikan yang layak³.
5.1.2.
Pendidikan Inklusif
untuk Penyandang Disabilitas
Pendidikan inklusif
bagi penyandang disabilitas masih menghadapi hambatan besar di banyak negara.
Menurut laporan dari Bank Dunia, hanya 10% anak dengan
disabilitas di negara berkembang yang memiliki akses ke pendidikan formal⁴.
Beberapa tantangan yang mereka hadapi antara lain:
·
Kurangnya sekolah yang
memiliki fasilitas ramah disabilitas
·
Minimnya tenaga pengajar
yang memiliki keterampilan mengajar anak dengan kebutuhan khusus
·
Stigma sosial yang masih
tinggi di masyarakat⁵
Meskipun ada berbagai
inisiatif internasional untuk meningkatkan akses pendidikan bagi penyandang
disabilitas, implementasi di lapangan masih jauh dari ideal.
5.2.
Kesenjangan Kualitas Pendidikan
5.2.1.
Perbedaan Standar
Pendidikan di Negara Maju dan Berkembang
Negara-negara maju
seperti Finlandia, Kanada, dan Singapura memiliki sistem pendidikan dengan
standar tinggi, kurikulum yang kuat, serta tenaga pengajar yang berkualitas⁶.
Di sisi lain, banyak negara berkembang masih menghadapi permasalahan seperti
kurangnya buku pelajaran, infrastruktur yang buruk, dan sistem pendidikan yang
tidak konsisten⁷.
Sebagai contoh,
dalam survei Programme for International Student Assessment
(PISA) yang dilakukan oleh OECD, negara-negara seperti Singapura
dan Finlandia selalu mendapatkan skor tinggi dalam literasi dan sains,
sementara negara-negara berkembang seperti Indonesia, Brasil, dan Nigeria
berada di peringkat bawah⁸.
Tingkat
kesejahteraan guru juga menjadi faktor penting dalam kualitas pendidikan. Di negara-negara
dengan sistem pendidikan yang kuat, guru mendapatkan pelatihan yang
komprehensif dan gaji yang layak, sementara di negara berkembang banyak guru
yang belum mendapatkan pelatihan yang memadai dan memiliki pendapatan yang
rendah⁹.
5.3.
Dampak Pandemi dan Krisis Global terhadap
Pendidikan
5.3.1.
Transformasi
Pendidikan Pasca-COVID-19
Pandemi COVID-19
menyebabkan krisis pendidikan global yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sekitar 1,6 miliar siswa terdampak oleh
penutupan sekolah, dan banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran daring karena kurangnya akses internet dan perangkat digital¹⁰.
Pandemi ini juga
mempercepat digitalisasi pendidikan, meskipun tidak semua negara siap
menghadapinya. Menurut laporan World Bank, hanya 30% sekolah di negara berkembang yang
memiliki infrastruktur memadai untuk pembelajaran daring¹¹.
Pasca-pandemi,
sistem pendidikan global mulai beradaptasi dengan model hybrid learning, yang
menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan metode daring. Namun, tantangan
utama dalam implementasi sistem ini adalah memastikan bahwa semua siswa
memiliki akses yang setara terhadap teknologi pendidikan¹².
5.3.2.
Kebijakan
Pendidikan di Masa Krisis
Selain pandemi,
krisis global seperti konflik bersenjata dan perubahan iklim juga berdampak
pada sistem pendidikan. Di zona konflik seperti Suriah, Yaman, dan Ukraina,
jutaan anak kehilangan akses ke pendidikan akibat perang dan instabilitas
politik¹³.
Pendidikan dalam
situasi darurat sering kali menjadi prioritas rendah dalam kebijakan nasional,
sehingga banyak anak yang kehilangan hak belajarnya untuk waktu yang lama.
Organisasi internasional seperti UNICEF dan Save the Children telah mendorong
kebijakan pendidikan darurat untuk memastikan bahwa anak-anak di daerah konflik
tetap dapat belajar meskipun dalam kondisi yang sulit¹⁴.
Kesimpulan
Tantangan global
dalam dunia pendidikan mencakup berbagai aspek yang saling terkait, mulai dari
ketimpangan akses, kesenjangan kualitas, hingga dampak krisis global.
Negara-negara berkembang masih berjuang untuk menyediakan pendidikan yang layak
bagi seluruh warganya, sementara negara maju terus mengembangkan inovasi
pendidikan untuk meningkatkan daya saing di era digital.
Untuk mengatasi
tantangan ini, diperlukan kerja sama internasional yang lebih kuat, peningkatan
investasi dalam pendidikan, serta kebijakan yang lebih inklusif dan adaptif
terhadap perubahan zaman. Hanya dengan demikian, sistem pendidikan global dapat
benar-benar menjadi alat untuk menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, adil,
dan berkelanjutan.
Catatan Kaki
[1]
UNESCO, Global Education Monitoring Report 2021: The
Role of Education in Reducing Inequality (Paris: UNESCO Publishing,
2021), 22.
[2]
World Bank, Learning Poverty and Education Inequality
(Washington, DC: World Bank, 2020), 34.
[3]
UNICEF, Education in Rural and Remote Areas: Challenges
and Opportunities (New York: UNICEF, 2022), 18.
[4]
World Bank, Inclusive Education: Ensuring Education for All
(Washington, DC: World Bank, 2021), 41.
[5]
OECD, Education for Inclusive Societies
(Paris: OECD Publishing, 2020), 57.
[6]
Andreas Schleicher, The OECD Learning Framework: Future of
Education and Skills 2030 (Paris: OECD Publishing, 2019), 38.
[7]
UNESCO, Education Development in Low-Income Countries
(Paris: UNESCO Publishing, 2020), 66.
[8]
OECD, PISA 2018 Results: What Students Know and Can
Do (Paris: OECD Publishing, 2019), 45.
[9]
Pasi Sahlberg, Finnish Lessons 3.0: What Can the World Learn
from Educational Change in Finland? (New York: Teachers College
Press, 2021), 75.
[10]
World Economic Forum, COVID-19 and the Future of Education
(Geneva: WEF, 2021), 29.
[11]
World Bank, The State of the Global Education Crisis: A
Path to Recovery (Washington, DC: World Bank, 2021), 63.
[12]
OECD, Education in the Post-Pandemic Era
(Paris: OECD Publishing, 2022), 48.
[13]
Save the Children, Education in Emergencies: Learning in Conflict
Zones (London: Save the Children, 2021), 35.
[14]
UNICEF, Education Under Attack 2022: The Impact of
Armed Conflict on Education (New York: UNICEF, 2022), 44.
6.
Kesimpulan dan Rekomendasi
6.1.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan
pilar fundamental dalam pembangunan sosial dan ekonomi suatu negara. Melalui
pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa sistem pendidikan di dunia memiliki
perbedaan signifikan dalam hal model, kebijakan, serta implementasi yang
dipengaruhi oleh faktor sejarah, ekonomi, budaya, dan teknologi. Negara-negara
maju seperti Finlandia, Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman telah mengembangkan
sistem pendidikan yang inovatif dan efektif, sementara negara-negara berkembang
seperti Indonesia, India, dan Nigeria masih menghadapi tantangan besar dalam
meningkatkan akses serta kualitas pendidikan¹.
Era globalisasi dan
digitalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan.
Teknologi telah menjadi katalis utama dalam inovasi pendidikan, baik melalui
penggunaan kecerdasan buatan (AI), pembelajaran daring, maupun sistem hybrid
learning². Namun, di sisi lain, tantangan besar seperti kesenjangan akses
teknologi, ketimpangan kualitas pendidikan, serta dampak krisis global seperti
pandemi COVID-19 masih menjadi hambatan yang harus diatasi³.
Dari berbagai
pembahasan, terdapat beberapa poin utama yang dapat disimpulkan:
1)
Variasi Model Pendidikan
di Dunia
Negara maju umumnya memiliki sistem pendidikan
berbasis fleksibilitas, kesejahteraan tenaga pengajar, serta inovasi
pembelajaran.
Negara berkembang masih berjuang dengan
keterbatasan infrastruktur, kurangnya tenaga pengajar berkualitas, dan
ketimpangan akses pendidikan.
2)
Transformasi Pendidikan di
Era Digital
Adopsi teknologi dalam pendidikan mempercepat
inovasi dalam metode pembelajaran.
AI, pembelajaran daring, dan model hybrid
learning semakin memperluas akses pendidikan, tetapi juga meningkatkan
kesenjangan digital di negara-negara miskin.
3)
Tantangan Global dalam
Dunia Pendidikan
Ketimpangan akses pendidikan masih menjadi
permasalahan utama di banyak negara berkembang.
Pandemi COVID-19 memperjelas kesenjangan
pendidikan antara negara maju dan berkembang.
Krisis global seperti konflik bersenjata dan
perubahan iklim turut memengaruhi akses serta kualitas pendidikan di berbagai
wilayah⁴.
Untuk mengatasi
berbagai tantangan tersebut dan memastikan bahwa sistem pendidikan dapat
beradaptasi dengan kebutuhan global, diperlukan rekomendasi kebijakan yang
tepat dan berbasis bukti.
6.2.
Rekomendasi untuk Pengembangan Pendidikan
Global
Berdasarkan temuan
dalam pembahasan sebelumnya, beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan sistem pendidikan global adalah sebagai berikut:
6.2.1.
Strategi Peningkatan
Akses dan Kualitas Pendidikan
1)
Investasi dalam
Infrastruktur Pendidikan
Pemerintah dan organisasi internasional perlu
meningkatkan alokasi anggaran untuk membangun sekolah, laboratorium, dan
perpustakaan yang memadai di daerah tertinggal⁵.
Penyediaan sumber daya pembelajaran yang lebih
luas, termasuk buku teks digital dan akses internet, untuk mendukung
pembelajaran daring⁶.
2)
Program Beasiswa dan
Bantuan Pendidikan
Pemerintah harus memperluas program beasiswa bagi
siswa dari keluarga berpenghasilan rendah agar mereka dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi⁷.
Program pendidikan inklusif harus lebih
diperhatikan untuk memastikan bahwa kelompok rentan, termasuk penyandang
disabilitas, memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan
berkualitas⁸.
6.2.2.
Integrasi Teknologi
dalam Pendidikan yang Inklusif
1)
Penggunaan Teknologi untuk
Mengurangi Kesenjangan Digital
Pengembangan platform pendidikan daring dengan
sistem yang lebih inklusif dan berbasis multibahasa agar lebih mudah diakses
oleh masyarakat luas⁹.
Distribusi perangkat digital (seperti laptop dan
tablet) kepada siswa dari keluarga kurang mampu guna memastikan bahwa mereka
memiliki alat yang diperlukan untuk mengikuti pembelajaran daring¹⁰.
2)
Pelatihan Guru dalam
Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
Guru harus diberikan pelatihan secara berkala
tentang bagaimana mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran¹¹.
Pengembangan kurikulum berbasis digital yang
mendukung kreativitas dan berpikir kritis di kalangan siswa.
6.2.3.
Peran Kerja Sama
Internasional dalam Pengembangan Pendidikan
1)
Kemitraan Global untuk
Pendidikan
Negara-negara maju harus lebih banyak
berinvestasi dalam pendidikan global melalui bantuan teknis dan dana bagi
negara berkembang¹².
Program pertukaran pelajar dan tenaga pengajar
antarnegara perlu diperluas untuk meningkatkan transfer ilmu dan pengalaman¹³.
2)
Kebijakan Pendidikan yang
Adaptif dan Berorientasi Masa Depan
Sistem pendidikan harus lebih fleksibel dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, termasuk memasukkan keterampilan
digital dan STEM ke dalam kurikulum inti¹⁴.
Pemerintah harus mengadopsi kebijakan pendidikan
yang berbasis data dan riset untuk memastikan efektivitas program-program
pendidikan.
Kesimpulan Akhir
Masa depan
pendidikan global sangat bergantung pada bagaimana sistem pendidikan dapat
beradaptasi terhadap perubahan zaman, terutama dalam menghadapi tantangan
global seperti ketimpangan akses, digitalisasi, dan dampak krisis dunia.
Inovasi pendidikan berbasis teknologi dan kerja sama global menjadi dua faktor
kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih merata dan inklusif.
Pendidikan bukan
hanya tentang menyediakan sekolah dan guru, tetapi juga tentang menciptakan
sistem yang memungkinkan setiap individu memperoleh kesempatan belajar yang
adil dan berkualitas. Oleh karena itu, upaya peningkatan pendidikan harus
melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, sektor swasta,
akademisi, hingga masyarakat secara keseluruhan.
Dengan pendekatan
yang strategis, inovatif, dan inklusif, dunia dapat menciptakan sistem
pendidikan yang lebih baik bagi generasi mendatang, yang tidak hanya
berorientasi pada kesuksesan akademik tetapi juga membangun manusia yang
cerdas, kreatif, dan siap menghadapi tantangan global.
Catatan Kaki
[1]
UNESCO, Global Education Monitoring Report 2021: The
Role of Education in Social Progress (Paris: UNESCO Publishing,
2021), 35.
[2]
World Economic Forum, The Future of Education: Innovation and
Digitalization (Geneva: WEF, 2021), 22.
[3]
OECD, Education at a Glance 2022: OECD Indicators
(Paris: OECD Publishing, 2022), 56.
[4]
World Bank, The State of the Global Education Crisis: A
Path to Recovery (Washington, DC: World Bank, 2021), 45.
[5]
UNICEF, Education in Developing Countries: Strategies
for 2030 (New York: UNICEF, 2021), 28.
[6]
UNESCO, Education for Sustainable Development
(Paris: UNESCO Publishing, 2020), 63.
[7]
World Bank, Investing in Education: The Role of Governments
and International Partners (Washington, DC: World Bank, 2022), 40.
[8]
OECD, Inclusive Education and Social Equity
(Paris: OECD Publishing, 2021), 48.
[9]
UNESCO, Technology and Education: Bridging the Digital
Divide (Paris: UNESCO Publishing, 2021), 59.
[10]
World Economic Forum, Education and the Digital Economy
(Geneva: WEF, 2021), 33.
[11]
ISTE, Digital Skills for Teachers: Preparing
Educators for the Future (Washington, DC: ISTE, 2022), 42.
[12]
OECD, Global Collaboration in Education: Building a
Sustainable Future (Paris: OECD Publishing, 2021), 52.
[13]
UNESCO, The Future of Education: International
Cooperation and Exchange (Paris: UNESCO Publishing, 2020), 74.
[14]
World Bank, Education Reform for the Future Workforce
(Washington, DC: World Bank, 2022), 61.
Daftar Pustaka
Books:
Berliner, D. C. (2020). The manufactured crisis:
Myths, fraud, and the attack on America's public schools. Basic Books.
Cowen, R. (2018). Comparing education systems: A
global perspective. Routledge.
Coombs, P. H. (1985). The world crisis in
education: The view from the eighties. Oxford University Press.
Hattie, J. (2012). Visible learning for
teachers: Maximizing impact on learning. Routledge.
Iwasaki, M. (2019). Education and discipline in
Japan. University of Tokyo Press.
Khan, S. (2012). The one world schoolhouse:
Education reimagined. Twelve.
Li, J. (2012). Cultural foundations of learning:
East and West. Cambridge University Press.
Meyer, J. W., et al. (1997). World society and
the nation-state. Stanford University Press.
Sahlberg, P. (2021). Finnish lessons 3.0: What
can the world learn from educational change in Finland?. Teachers College
Press.
Schwab, K. (2017). The fourth industrial
revolution. Crown Business.
Schleicher, A. (2019). Future of education and
skills 2030: The OECD learning framework. OECD Publishing.
Selwyn, N. (2017). Education and technology: Key
issues and debates. Bloomsbury Academic.
Reports and Publications:
International Society for Technology in Education
(ISTE). (2022). Digital transformation in education: Teacher training for
the future. ISTE.
OECD. (2018). PISA 2018 results: What students
know and can do. OECD Publishing.
OECD. (2019). International student mobility in
higher education. OECD Publishing.
OECD. (2020). Education for inclusive societies.
OECD Publishing.
OECD. (2021). Artificial intelligence in
education: Opportunities and challenges. OECD Publishing.
OECD. (2022). Education at a glance 2022: OECD
indicators. OECD Publishing.
Save the Children. (2021). Education in
emergencies: Learning in conflict zones. Save the Children.
UNESCO. (2020). Education for sustainable
development. UNESCO Publishing.
UNESCO. (2021). Education in a post-COVID world:
Nine ideas for public action. UNESCO Publishing.
UNESCO. (2021). Global education monitoring
report 2021: The role of technology in education. UNESCO Publishing.
UNESCO. (2021). Global education monitoring
report 2021: The role of education in reducing inequality. UNESCO
Publishing.
UNESCO. (2022). The future of education:
International cooperation and exchange. UNESCO Publishing.
UNICEF. (2021). Education in developing
countries: Strategies for 2030. UNICEF.
UNICEF. (2022). Education under attack 2022: The
impact of armed conflict on education. UNICEF.
World Bank. (2018). World development report
2018: Learning to realize education’s promise. World Bank.
World Bank. (2020). Learning poverty and
education inequality. World Bank.
World Bank. (2021). COVID-19 and education: The
lingering effects of school closures. World Bank.
World Bank. (2021). Inclusive education:
Ensuring education for all. World Bank.
World Bank. (2021). The state of the global
education crisis: A path to recovery. World Bank.
World Bank. (2022). Digital technologies in
education. World Bank.
World Economic Forum (WEF). (2020). The future
of jobs report 2020. World Economic Forum.
World Economic Forum (WEF). (2021). The future
of education: Innovation and digitalization. World Economic Forum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar