Etika Pendidikan
Landasan Moral dalam Proses Pembelajaran dan Pengajaran
Alihkan ke: Etika Terapan
Abstrak
Etika pendidikan merupakan elemen fundamental dalam
proses pembelajaran dan pengajaran yang bertujuan untuk membentuk individu yang
tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga moral dan integritas
akademik. Artikel ini membahas prinsip-prinsip utama dalam etika pendidikan,
termasuk keadilan, tanggung jawab, kebebasan akademik, kejujuran, serta
kepedulian dan kemanusiaan. Selain itu, artikel ini juga menguraikan
implementasi etika dalam berbagai aspek pendidikan, mulai dari hubungan guru
dan siswa, kurikulum, penelitian akademik, hingga pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran.
Meskipun etika pendidikan memiliki peran yang
sangat penting, berbagai tantangan masih dihadapi, seperti maraknya
plagiarisme, kecurangan akademik, penyalahgunaan wewenang oleh tenaga pendidik,
dan diskriminasi dalam sistem pendidikan. Pelanggaran etika ini dapat berdampak
negatif terhadap kredibilitas institusi akademik dan kualitas lulusan yang
dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya konkret untuk memperkuat
penerapan etika dalam pendidikan melalui regulasi yang lebih ketat, penguatan
pendidikan karakter, serta pemanfaatan teknologi secara bertanggung jawab.
Artikel ini menawarkan beberapa rekomendasi praktis
untuk meningkatkan integritas akademik, termasuk penguatan pendidikan karakter
berbasis etika, peningkatan regulasi akademik, pengembangan teknologi
pendidikan yang etis, serta peningkatan kesadaran sosial dalam dunia
pendidikan. Dengan penerapan etika yang lebih baik, dunia pendidikan dapat
berfungsi sebagai sarana yang efektif dalam membangun individu yang tidak hanya
cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan berkontribusi positif
bagi masyarakat.
Kata Kunci: Etika pendidikan, integritas akademik, kejujuran,
tanggung jawab, kebebasan akademik, teknologi pendidikan, pendidikan karakter.
PEMBAHASAN
Pembahasan Komprehensif tentang Etika Pendidikan
1.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Etika pendidikan
merupakan aspek fundamental dalam dunia pendidikan yang menentukan kualitas
pembelajaran dan pengajaran. Etika dalam pendidikan tidak hanya berkaitan
dengan aturan dan norma yang mengatur perilaku guru dan peserta didik, tetapi
juga mencerminkan nilai-nilai moral yang harus diterapkan dalam lingkungan
akademik. Konsep etika dalam pendidikan mencakup aspek kejujuran, keadilan,
tanggung jawab, dan rasa hormat, yang semuanya berkontribusi terhadap
pembentukan karakter peserta didik dan peningkatan profesionalisme tenaga
pengajar. Menurut John Dewey, pendidikan harus diarahkan pada pembentukan
karakter dan intelektualitas secara seimbang, sehingga tidak hanya menekankan
pada pencapaian akademik, tetapi juga pada perkembangan moral individu dalam
masyarakat.1
Pendidikan bukan
sekadar proses transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter peserta
didik agar mampu bertindak sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Hal ini
sejalan dengan pandangan Immanuel Kant dalam filsafat moralnya, yang menyatakan
bahwa manusia harus bertindak berdasarkan prinsip moral universal yang dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan.2 Dengan
demikian, penerapan etika dalam pendidikan menjadi hal yang tidak dapat
diabaikan, terutama dalam membangun sistem pendidikan yang berorientasi pada pembentukan
karakter dan integritas akademik.
Dalam konteks
globalisasi dan perkembangan teknologi, tantangan dalam menerapkan etika
pendidikan semakin kompleks. Teknologi telah membawa kemudahan dalam proses
belajar-mengajar, tetapi di sisi lain juga membuka celah bagi pelanggaran etika akademik seperti
plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan penyalahgunaan informasi digital.3
Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang etika pendidikan diperlukan
untuk memastikan bahwa nilai-nilai moral tetap menjadi bagian utama dalam dunia
pendidikan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, terdapat beberapa
pertanyaan yang menjadi fokus utama dalam pembahasan ini:
1)
Bagaimana konsep etika
dalam pendidikan dapat dijelaskan secara filosofis dan praktis?
2)
Apa saja prinsip-prinsip
utama dalam etika pendidikan yang harus diterapkan oleh guru dan peserta didik?
3)
Bagaimana implementasi
etika dalam proses pembelajaran dan pengajaran untuk membangun karakter peserta
didik dan profesionalisme tenaga pengajar?
4)
Apa saja tantangan dan
permasalahan yang sering terjadi dalam penerapan etika di lingkungan
pendidikan?
1.3.
Tujuan Penulisan
Artikel ini
bertujuan untuk:
1)
Menganalisis konsep dasar
etika pendidikan berdasarkan perspektif filsafat dan teori pendidikan.
2)
Mengidentifikasi
prinsip-prinsip utama dalam etika pendidikan yang harus diterapkan oleh guru,
siswa, dan tenaga kependidikan lainnya.
3)
Mengeksplorasi bagaimana
etika diterapkan dalam berbagai aspek pendidikan, mulai dari interaksi antara
guru dan siswa hingga kebijakan akademik di institusi pendidikan.
4)
Mengkaji berbagai tantangan
dan permasalahan yang muncul dalam penerapan etika dalam dunia pendidikan serta
strategi untuk mengatasinya.
Dengan adanya
pembahasan ini, diharapkan para pendidik, siswa, dan pemangku kepentingan dalam
dunia pendidikan dapat memahami betapa pentingnya etika sebagai landasan moral dalam proses pembelajaran dan
pengajaran. Pendidikan yang berbasis pada etika tidak hanya menghasilkan
individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia dan
memiliki integritas dalam menjalani kehidupan di masyarakat.
Footnotes
[1]
John Dewey, Democracy and Education: An Introduction to the
Philosophy of Education (New York: Macmillan, 1916), 20.
[2]
Immanuel Kant, Groundwork for the Metaphysics of Morals,
trans. Mary Gregor (Cambridge: Cambridge University Press, 1997), 30.
[3]
Christine McGinn, "The Ethical Challenges of Digital Learning: A
Review of Online Education and Academic Integrity," Journal of
Educational Ethics 15, no. 2 (2021): 45-62.
2.
Pengertian dan Ruang Lingkup Etika Pendidikan
2.1.
Definisi Etika Pendidikan
Etika pendidikan merupakan cabang dari filsafat moral yang
membahas nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan dalam
proses pembelajaran dan pengajaran. Secara etimologis, kata etika
berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti kebiasaan,
adat, atau karakter.1 Dalam konteks pendidikan, etika mengacu pada
norma-norma yang mengatur perilaku tenaga pendidik, peserta didik, serta
seluruh elemen dalam dunia akademik agar dapat mewujudkan lingkungan belajar
yang kondusif dan berintegritas.
Menurut Richard T.
Vann, etika dalam pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai pedoman normatif
dalam interaksi akademik, tetapi juga sebagai landasan dalam membentuk sikap
profesionalisme di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi.2 Dalam
perspektif Islam, konsep etika pendidikan juga sangat ditekankan dalam
Al-Qur'an dan Hadis. Salah satu ayat yang relevan adalah firman Allah dalam
Surah Al-Mujadilah [58] ayat 11:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ
Ayat ini menunjukkan
bahwa ilmu pengetahuan memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam, tetapi harus dibarengi dengan keimanan dan
akhlak yang baik agar bermanfaat bagi kehidupan sosial.3
Dalam dunia
pendidikan modern, etika juga berkaitan erat dengan profesionalisme pendidik
dan integritas akademik. Misalnya, kejujuran akademik dalam penelitian dan
ujian merupakan aspek penting dalam menegakkan standar etika di lingkungan
pendidikan tinggi.4 Oleh karena itu, penerapan etika dalam
pendidikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi
juga untuk menciptakan individu yang memiliki karakter moral yang kuat.
2.2.
Perbedaan Etika, Moral, dan Hukum dalam
Pendidikan
Dalam pembahasan
tentang etika pendidikan, penting untuk membedakan antara etika, moral, dan
hukum. Ketiga konsep ini sering kali digunakan secara bergantian, padahal memiliki perbedaan mendasar dalam aplikasinya.
1)
Etika
merupakan prinsip atau norma yang menjadi standar perilaku seseorang dalam
konteks sosial dan profesional. Etika bersifat reflektif dan lebih bersandar
pada nilai-nilai filosofis yang mengatur tindakan manusia.5
2)
Moral
lebih bersifat subjektif dan berakar pada nilai-nilai budaya serta kepercayaan
individu. Moralitas seseorang dapat berbeda berdasarkan latar belakang budaya
dan agama.6
3)
Hukum
bersifat mengikat secara formal dan memiliki konsekuensi hukum apabila
dilanggar. Dalam dunia pendidikan, hukum mengatur hak dan kewajiban peserta
didik, tenaga pengajar, serta lembaga pendidikan dalam konteks administratif
dan akademik.7
Sebagai contoh,
seorang guru yang memberikan nilai tambahan kepada siswa yang membayar biaya tertentu mungkin tidak melanggar hukum
secara eksplisit, tetapi jelas melanggar norma etika dan moral dalam dunia
pendidikan. Oleh karena itu, meskipun hukum mengatur banyak aspek pendidikan,
keberadaan etika tetap menjadi elemen yang krusial dalam menjaga
profesionalisme dan kredibilitas sistem pendidikan.
2.3.
Ruang Lingkup Etika Pendidikan
Etika pendidikan
memiliki cakupan yang luas, mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan
interaksi akademik dan profesionalisme dalam dunia pendidikan. Secara umum, ruang lingkup etika pendidikan dapat
dibagi menjadi tiga aspek utama:
2.3.1.
Etika
dalam Pengajaran
Etika dalam
pengajaran mencakup bagaimana seorang guru atau dosen menyampaikan materi
dengan penuh tanggung jawab dan profesionalisme. Prinsip utama dalam etika pengajaran meliputi kejujuran
akademik, keadilan dalam memberikan penilaian, serta sikap empati terhadap
kebutuhan siswa.8 Guru yang memiliki integritas tidak akan melakukan
diskriminasi terhadap siswa
berdasarkan latar belakang sosial, agama, atau etnisnya.
Menurut Nel
Noddings, seorang filsuf pendidikan, pengajaran harus dilandasi oleh rasa
kepedulian dan tanggung jawab moral terhadap siswa. Noddings mengemukakan bahwa
"pendidikan bukan hanya soal penyampaian materi, tetapi juga tentang
membangun hubungan yang didasarkan pada rasa hormat dan kepedulian."9
Oleh karena itu, seorang pendidik tidak boleh hanya berfokus pada pencapaian
akademik peserta didik, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan karakter
mereka.
2.3.2.
Etika
dalam Penelitian Pendidikan
Penelitian dalam
bidang pendidikan harus dilakukan dengan penuh integritas akademik. Hal ini
mencakup kejujuran dalam
pengumpulan dan pelaporan data, penghormatan terhadap hak partisipan
penelitian, serta larangan terhadap praktik plagiarisme.10
Dalam konteks
penelitian, American Psychological Association (APA) menetapkan pedoman etika
dalam penelitian yang mengharuskan peneliti untuk mendapatkan persetujuan dari
peserta penelitian, melindungi privasi mereka, serta melaporkan hasil
penelitian secara jujur tanpa manipulasi data.11 Etika ini sangat penting untuk menjaga kredibilitas
penelitian serta mencegah penyalahgunaan hasil riset yang dapat berdampak
negatif terhadap dunia pendidikan.
2.3.3.
Etika
dalam Interaksi Sosial di Lingkungan Pendidikan
Interaksi antara
guru, siswa, staf administrasi, dan masyarakat luas juga harus berlandaskan
etika pendidikan. Guru memiliki tanggung jawab untuk memberikan keteladanan
yang baik kepada siswa, sementara
siswa diharapkan untuk berperilaku sopan dan menghormati tenaga pengajar.12
Di era digital,
etika dalam interaksi sosial juga mencakup penggunaan teknologi secara bijak
dalam lingkungan akademik.
Penggunaan media sosial oleh guru dan siswa harus dilakukan dengan
memperhatikan batasan-batasan etika agar tidak menimbulkan konflik atau
penyalahgunaan informasi.13
Footnotes
[1]
Aristotle, Nicomachean Ethics, trans. Terence Irwin
(Indianapolis: Hackett Publishing, 1999), 3.
[2]
Richard T. Vann, "Ethics and the Teaching Profession," Journal
of Educational Ethics 12, no. 4 (2018): 67-82.
[3]
Al-Qur'an, Surah Al-Mujadilah, 58:11.
[4]
Donald L. McCabe, "Cheating Among College and University Students:
A North American Perspective," International Journal for Educational
Integrity 1, no. 1 (2005): 1-11.
[5]
James Rachels and Stuart Rachels, The Elements of Moral Philosophy
(New York: McGraw-Hill, 2018), 15.
[6]
Jonathan Haidt, The Righteous Mind: Why Good People Are Divided by
Politics and Religion (New York: Vintage, 2012), 23.
[7]
Martha C. Nussbaum, Creating Capabilities: The Human Development
Approach (Cambridge: Harvard University Press, 2011), 56.
[8]
Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed, trans. Myra Bergman
Ramos (New York: Continuum, 2000), 89.
[9]
Nel Noddings, Caring: A Feminine Approach to Ethics and Moral
Education (Berkeley: University of California Press, 1984), 99.
[10]
Nicholas H. Steneck, Introduction to the Responsible Conduct of
Research (Washington, DC: U.S. Government Printing Office, 2007), 34.
[11]
American Psychological Association, Publication Manual of the
American Psychological Association, 7th ed. (Washington, DC: APA, 2020),
12.
[12]
Maxine Greene, The Dialectic of Freedom (New York: Teachers
College Press, 1988), 45.
[13]
Larry D. Rosen, Rewired: Understanding the iGeneration and the Way
They Learn (New York: Palgrave Macmillan, 2010), 72.
3.
Prinsip-Prinsip Etika dalam Pendidikan
Pendidikan tidak
hanya berfungsi sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai
wahana pembentukan karakter dan moralitas. Oleh karena itu, prinsip-prinsip etika dalam pendidikan menjadi fondasi utama
dalam membangun sistem pendidikan yang berintegritas dan profesional.
Prinsip-prinsip ini tidak hanya berlaku bagi tenaga pengajar, tetapi juga bagi
peserta didik, pengelola lembaga pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya.
Beberapa prinsip
utama yang harus dijunjung dalam etika pendidikan meliputi keadilan,
tanggung jawab, kebebasan akademik, kejujuran dan integritas, serta kepedulian
dan kemanusiaan.
3.1.
Prinsip Keadilan dalam Pendidikan
Prinsip keadilan
dalam pendidikan menekankan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang berkualitas tanpa adanya diskriminasi. Keadilan
dalam pendidikan juga mencakup pemberian kesempatan yang setara bagi semua
peserta didik untuk mengembangkan potensinya.
John Rawls dalam
teori keadilannya menyatakan bahwa keadilan dalam pendidikan harus memastikan
distribusi sumber daya pendidikan yang merata dan memberikan perhatian lebih kepada mereka yang kurang beruntung agar
dapat mencapai potensi mereka secara maksimal.1 Dalam konteks ini,
kebijakan afirmatif seperti pemberian beasiswa bagi siswa kurang mampu
merupakan implementasi dari prinsip keadilan dalam pendidikan.
Selain itu, seorang
guru juga harus bersikap adil dalam memberikan penilaian akademik. Tidak boleh
ada bias berdasarkan latar belakang sosial, ekonomi, gender, atau etnis dalam
menilai prestasi peserta didik.2 Oleh karena itu, lembaga pendidikan
harus memiliki sistem evaluasi yang transparan dan objektif.
3.2.
Prinsip Tanggung Jawab dalam Pendidikan
Prinsip tanggung
jawab menuntut bahwa setiap individu dalam dunia pendidikan harus menjalankan
tugas dan perannya dengan penuh
kesadaran serta rasa tanggung jawab moral.
1)
Tanggung Jawab Guru
Seorang pendidik memiliki tanggung jawab
moral untuk memberikan pembelajaran yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan
peserta didik.
Guru harus menjadi teladan dalam hal
disiplin, komitmen, dan dedikasi terhadap profesinya.3
Pendidik juga bertanggung jawab untuk
menjaga kode etik profesi guru dan menghindari praktik-praktik yang tidak etis
seperti penyalahgunaan wewenang atau pelecehan akademik.
2)
Tanggung Jawab Peserta
Didik
Peserta didik bertanggung jawab untuk
belajar dengan tekun, menghormati tenaga pengajar, dan menjunjung tinggi nilai
kejujuran akademik.4
Praktik mencontek dalam ujian atau
melakukan plagiarisme dalam tugas akademik merupakan bentuk pengingkaran
terhadap prinsip tanggung jawab dalam pendidikan.
3.3.
Prinsip Kebebasan Akademik dan Otonomi
Kebebasan akademik
merupakan hak fundamental yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik dan peserta
didik dalam proses pembelajaran. Prinsip ini menegaskan bahwa setiap individu dalam dunia akademik memiliki
kebebasan untuk berpikir, bertanya, dan mengembangkan ide-ide tanpa adanya
tekanan politik atau ideologis yang membatasi.5
Namun, kebebasan akademik
juga harus diimbangi dengan rasa tanggung jawab. Sebagaimana dinyatakan oleh Karl Jaspers, kebebasan
dalam pendidikan harus digunakan untuk mencari kebenaran secara objektif dan
tidak boleh disalahgunakan untuk kepentingan yang merugikan orang lain.6
Oleh karena itu, dalam dunia akademik, kebebasan berpikir harus tetap berpijak
pada landasan moral dan kode etik ilmiah.
Dalam konteks
peserta didik, kebebasan akademik juga berarti bahwa mereka memiliki hak untuk
menyampaikan pendapat dalam diskusi kelas, memilih jalur studi yang sesuai
dengan minatnya, serta memperoleh informasi dari berbagai sumber yang kredibel.7
3.4.
Prinsip Kejujuran dan Integritas dalam
Pendidikan
Kejujuran akademik
merupakan elemen penting dalam menjaga
kredibilitas dan kualitas dunia pendidikan. Prinsip ini mencakup berbagai
aspek, seperti:
1)
Kejujuran dalam
Evaluasi dan Penilaian
Guru harus memberikan penilaian yang
objektif dan tidak memihak dalam mengevaluasi hasil belajar siswa.8
Penilaian yang tidak transparan dapat
menimbulkan ketidakadilan dan merusak integritas pendidikan.
2)
Kejujuran dalam
Penelitian Akademik
Setiap akademisi dan peneliti harus
menghindari plagiarisme serta mematuhi standar etika penelitian.9
Penyajian data yang manipulatif dapat
merusak reputasi ilmiah dan memberikan dampak negatif bagi masyarakat.
Integritas dalam
pendidikan juga mencakup komitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran
dan menghindari segala bentuk kecurangan akademik. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan harus memiliki kebijakan yang ketat dalam mencegah dan menangani
pelanggaran akademik.10
3.5.
Prinsip Kepedulian dan Kemanusiaan dalam
Pendidikan
Pendidikan bukan
hanya tentang penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk
individu yang memiliki rasa empati dan kepedulian sosial. Prinsip kepedulian menekankan pentingnya membangun
hubungan yang harmonis antara guru dan siswa serta menciptakan lingkungan
pendidikan yang inklusif dan suportif.
Nel Noddings
mengemukakan bahwa pendidikan yang efektif harus didasarkan pada hubungan yang penuh kepedulian antara pendidik dan peserta
didik.11 Seorang guru yang peduli akan memahami kebutuhan siswanya
dan berupaya memberikan dukungan yang optimal.
Di era modern,
kepedulian dalam pendidikan juga mencakup kesadaran akan isu-isu sosial seperti
inklusivitas bagi siswa berkebutuhan khusus, pendidikan berbasis gender yang adil, serta kepedulian terhadap lingkungan.12
Oleh karena itu, etika pendidikan tidak hanya mengatur hubungan antara
individu, tetapi juga mengarahkan dunia akademik untuk berkontribusi dalam
menyelesaikan masalah-masalah sosial secara lebih luas.
Footnotes
[1]
John Rawls, A Theory of Justice (Cambridge: Harvard University
Press, 1971), 54.
[2]
Carol S. Dweck, Mindset: The New Psychology of Success (New York:
Random House, 2006), 87.
[3]
Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed, trans. Myra Bergman
Ramos (New York: Continuum, 2000), 120.
[4]
Donald L. McCabe, Linda Klebe Treviño, and Kenneth D. Butterfield,
"Academic Integrity in Honor Code and Non-Honor Code Environments," Journal
of Higher Education 70, no. 2 (1999): 211-234.
[5]
Noam Chomsky, Necessary Illusions: Thought Control in Democratic
Societies (Boston: South End Press, 1989), 152.
[6]
Karl Jaspers, The Idea of the University (London: Peter Owen,
1965), 34.
[7]
Martha C. Nussbaum, Creating Capabilities: The Human Development
Approach (Cambridge: Harvard University Press, 2011), 112.
[8]
David Boud and Nancy Falchikov, Rethinking Assessment in Higher
Education (London: Routledge, 2007), 67.
[9]
Nicholas H. Steneck, Introduction to the Responsible Conduct of
Research (Washington, DC: U.S. Government Printing Office, 2007), 89.
[10]
American Psychological Association, Publication Manual of the
American Psychological Association, 7th ed. (Washington, DC: APA, 2020),
43.
[11]
Nel Noddings, Caring: A Feminine Approach to Ethics and Moral
Education (Berkeley: University of California Press, 1984), 102.
[12]
Larry D. Rosen, Rewired: Understanding the iGeneration and the Way
They Learn (New York: Palgrave Macmillan, 2010), 91.
4.
Implementasi Etika dalam Pendidikan
Etika dalam pendidikan
bukan sekadar konsep teoritis, tetapi harus diterapkan secara nyata dalam
berbagai aspek proses belajar-mengajar. Implementasi etika pendidikan melibatkan interaksi antara guru dan siswa,
pengelolaan kurikulum, penelitian akademik,
serta penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Setiap elemen dalam ekosistem
pendidikan harus menjunjung tinggi nilai-nilai etika untuk menciptakan
lingkungan akademik yang bermutu dan berintegritas.
4.1.
Etika dalam Hubungan Guru dan Murid
Salah satu aspek
utama dalam implementasi etika pendidikan adalah interaksi antara guru dan
murid. Hubungan ini harus
didasarkan pada rasa hormat, keadilan, dan profesionalisme.
1)
Sikap Profesionalisme
Guru
Guru harus menghindari diskriminasi
dalam perlakuan terhadap siswa berdasarkan latar belakang sosial, etnis, atau
gender.1
Guru juga memiliki tanggung jawab untuk
menjaga netralitas dalam pengajaran, tidak memaksakan pandangan pribadi atau
ideologi tertentu kepada siswa.2
Dalam memberikan bimbingan akademik,
guru harus berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa berpikir kritis
tanpa menghakimi atau mengarahkan opini mereka secara paksa.
2)
Batasan dalam Interaksi
Guru dan Siswa
Guru harus menghindari konflik
kepentingan, misalnya dalam memberikan nilai atau perlakuan istimewa kepada
siswa tertentu atas dasar hubungan pribadi atau keuntungan materi.3
Etika profesional mengharuskan guru
untuk tidak melakukan pelecehan akademik, baik dalam bentuk verbal maupun
non-verbal, serta menjaga hubungan profesional yang sehat dengan siswa.4
3)
Pengembangan Karakter
dan Keteladanan
Guru memiliki peran sebagai teladan
dalam nilai-nilai moral dan etika bagi siswa. Menurut Paulo Freire, pendidikan
tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga
sebagai sarana pembentukan kesadaran moral dalam masyarakat.5
4.2.
Etika dalam Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum yang
berbasis etika bertujuan untuk tidak hanya mentransmisikan pengetahuan akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai
moral kepada peserta didik. Beberapa aspek penting dalam implementasi etika
dalam kurikulum meliputi:
1)
Kurikulum Berbasis
Nilai-Nilai Etika
Kurikulum harus dirancang dengan
mempertimbangkan aspek moral dan sosial yang dapat membantu siswa memahami
konsep keadilan, tanggung jawab, dan integritas.6
Pendidikan karakter harus diintegrasikan
ke dalam berbagai mata pelajaran, bukan hanya terbatas pada mata pelajaran
agama atau kewarganegaraan.7
2)
Penyampaian Materi yang
Etis
Guru harus menyampaikan materi dengan
cara yang objektif dan tidak memanipulasi informasi untuk kepentingan tertentu.8
Setiap materi yang diajarkan harus
didasarkan pada sumber yang kredibel dan melalui verifikasi akademik agar tidak
menyesatkan siswa.9
4.3.
Etika dalam Penelitian Akademik
Penelitian merupakan
salah satu pilar utama dalam dunia akademik, dan harus dilakukan dengan
menjunjung tinggi standar etika agar
hasilnya dapat memberikan manfaat yang valid dan kredibel.
1)
Kejujuran dan
Transparansi dalam Penelitian
Peneliti harus melaporkan hasil
penelitian dengan jujur dan tidak melakukan manipulasi data demi kepentingan
pribadi atau akademik.10
Plagiarisme merupakan pelanggaran etika
akademik yang serius dan dapat berdampak buruk terhadap kredibilitas
pendidikan.11
2)
Penghormatan terhadap
Hak Partisipan Penelitian
Penelitian yang melibatkan manusia harus
mendapatkan izin dan persetujuan dari partisipan melalui prosedur yang etis.12
Informasi pribadi partisipan harus
dijaga kerahasiaannya untuk melindungi hak dan privasi mereka.13
4.4.
Etika dalam Penggunaan Teknologi Pendidikan
Dengan semakin
berkembangnya teknologi dalam dunia
pendidikan, muncul berbagai tantangan baru terkait implementasi etika dalam
penggunaan teknologi.
1)
Pemanfaatan Teknologi
Secara Etis dalam Pembelajaran
Guru dan siswa harus menggunakan
teknologi sebagai alat bantu pembelajaran yang mendukung pemahaman konsep,
bukan sekadar sebagai sarana untuk menyalin atau menyontek materi.14
Teknologi harus dimanfaatkan untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran, misalnya melalui pembelajaran berbasis
digital yang interaktif.15
2)
Privasi dan Keamanan
Data dalam Pendidikan Digital
Dengan maraknya penggunaan platform
daring untuk pembelajaran, penting untuk memastikan bahwa data pribadi siswa
dan guru tidak disalahgunakan.16
Institusi pendidikan harus memiliki
kebijakan privasi yang jelas terkait penggunaan data siswa dalam sistem
pembelajaran digital.17
4.5.
Penguatan Kebijakan dan Regulasi Etika dalam
Pendidikan
Agar implementasi
etika dalam pendidikan berjalan efektif, diperlukan kebijakan dan regulasi yang
mengatur standar etika akademik. Beberapa upaya yang dapat dilakukan meliputi:
1)
Pembuatan Kode Etik
bagi Tenaga Pendidik dan Siswa
Setiap institusi pendidikan perlu
memiliki kode etik yang mengatur standar perilaku dan tata tertib akademik.18
Pelanggaran terhadap kode etik harus
disertai dengan sanksi yang jelas untuk memastikan kepatuhan terhadap
nilai-nilai akademik.
2)
Pelatihan Etika bagi
Pendidik dan Akademisi
Guru dan dosen perlu diberikan pelatihan
berkala mengenai etika profesional agar dapat menjalankan perannya dengan lebih
baik.19
Etika penelitian juga harus menjadi
bagian dari kurikulum di perguruan tinggi untuk membangun kesadaran akan
pentingnya integritas akademik.20
Footnotes
[1]
John P. Miller, Education and the Soul: Toward a Spiritual
Curriculum (Albany: SUNY Press, 2000), 45.
[2]
Nel Noddings, Philosophy of Education (Boulder: Westview
Press, 2012), 67.
[3]
Maxine Greene, The Dialectic of Freedom (New York: Teachers
College Press, 1988), 34.
[4]
James A. Banks, Educating Citizens in a Multicultural Society
(New York: Teachers College Press, 2007), 22.
[5]
Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed, trans. Myra Bergman
Ramos (New York: Continuum, 2000), 120.
[6]
James Arthur, Education with Character: The Moral Economy of
Schooling (London: Routledge, 2003), 88.
[7]
Thomas Lickona, Educating for Character: How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility (New York: Bantam Books, 1991), 112.
[8]
Martha C. Nussbaum, Not for Profit: Why Democracy Needs the
Humanities (Princeton: Princeton University Press, 2010), 57.
[9]
Nicholas H. Steneck, Introduction to the Responsible Conduct of
Research (Washington, DC: U.S. Government Printing Office, 2007), 34.
[10]
David Boud and Nancy Falchikov, Rethinking Assessment in Higher
Education (London: Routledge, 2007), 45.
[11]
Donald L. McCabe, "Cheating Among College and University
Students: A North American Perspective," International Journal for
Educational Integrity 1, no. 1 (2005): 1-11.
[12]
American Educational Research Association (AERA), Code of Ethics
(Washington, DC: AERA, 2011), 7.
[13]
Mark Israel and Iain Hay, Research Ethics for Social Scientists:
Between Ethical Conduct and Regulatory Compliance (London: SAGE, 2006), 45.
[14]
Larry D. Rosen, Rewired: Understanding the iGeneration and the Way
They Learn (New York: Palgrave Macmillan, 2010), 72.
[15]
Salman Khan, The One World Schoolhouse: Education Reimagined
(New York: Twelve, 2012), 98.
[16]
Luciano Floridi, The Ethics of Information (Oxford: Oxford
University Press, 2013), 134.
[17]
European Union Agency for Cybersecurity (ENISA), Privacy and Data
Protection in Education and Children’s Rights (Brussels: ENISA, 2021), 9.
[18]
American Association of University Professors (AAUP), Statement on
Professional Ethics (Washington, DC: AAUP, 2018), 5.
[19]
Robert J. Sternberg, Academic Ethics: Problems and Materials on Professional
Conduct and Shared Governance (New Haven: Yale University Press, 2010), 68.
[20]
Susan D. Blum, My Word! Plagiarism and College Culture (Ithaca:
Cornell University Press, 2009), 83.
5.
Tantangan dan Permasalahan
dalam Etika Pendidikan
Penerapan etika
dalam dunia pendidikan menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan
sosial, dan globalisasi, pelanggaran etika dalam pendidikan semakin meningkat,
baik dalam bentuk kecurangan akademik, diskriminasi, penyalahgunaan teknologi,
hingga lemahnya regulasi dalam menegakkan standar etika akademik. Bab ini akan
membahas beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam menjaga etika pendidikan
serta dampak yang ditimbulkannya bagi sistem pendidikan secara keseluruhan.
5.1.
Pelanggaran Etika dalam Pendidikan
Pelanggaran etika
akademik merupakan masalah serius yang mengancam integritas pendidikan.
Beberapa bentuk pelanggaran yang sering terjadi meliputi plagiarisme,
kecurangan akademik, penyalahgunaan wewenang oleh tenaga pendidik, serta
diskriminasi dalam proses pembelajaran.
1)
Plagiarisme dan
Kecurangan Akademik
Plagiarisme adalah tindakan menyalin
atau menggunakan karya orang lain tanpa memberikan atribusi yang sesuai. Ini
merupakan salah satu bentuk pelanggaran etika akademik yang paling umum terjadi
di perguruan tinggi dan sekolah menengah.1
Studi yang dilakukan oleh Donald McCabe
menemukan bahwa sekitar 70% mahasiswa mengakui pernah melakukan tindakan
plagiarisme atau bentuk lain dari kecurangan akademik selama masa studi mereka.2
Untuk mengatasi masalah ini, banyak
universitas telah menerapkan kebijakan penggunaan perangkat lunak
anti-plagiarisme seperti Turnitin dan Grammarly untuk mendeteksi tindakan
plagiarisme secara otomatis.3
2)
Penyalahgunaan Wewenang
oleh Tenaga Pendidik
Beberapa guru atau dosen menyalahgunakan
posisi mereka dengan melakukan tindakan yang tidak etis, seperti memberikan
perlakuan istimewa kepada siswa tertentu atau memanfaatkan jabatan mereka untuk
kepentingan pribadi.4
Kasus pelecehan akademik, baik secara
verbal maupun fisik, juga menjadi permasalahan serius dalam lingkungan pendidikan
yang mencerminkan kegagalan dalam menerapkan prinsip etika profesionalisme.5
3)
Diskriminasi dalam
Pendidikan
Diskriminasi berbasis gender, ras, atau status
sosial ekonomi masih menjadi masalah dalam sistem pendidikan di berbagai
negara.6
Menurut laporan UNESCO, anak-anak dari
keluarga kurang mampu memiliki kemungkinan lebih rendah untuk mendapatkan akses
pendidikan berkualitas dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga
kaya.7
Kebijakan afirmatif dan kurikulum
inklusif diperlukan untuk mengatasi ketimpangan ini dan memastikan pendidikan
yang adil bagi semua lapisan masyarakat.8
5.2. Dampak Negatif dari Kurangnya
Etika dalam Pendidikan
Kurangnya penerapan
etika dalam pendidikan dapat menimbulkan berbagai dampak buruk, baik bagi
individu maupun bagi masyarakat
secara keseluruhan. Beberapa dampak negatif yang signifikan meliputi:
1)
Kemerosotan Moral dan
Integritas Akademik
Ketika kecurangan akademik menjadi hal
yang lumrah, sistem pendidikan kehilangan kredibilitasnya sebagai lembaga yang
mencetak individu berintegritas.9
Dalam jangka panjang, hal ini dapat
menyebabkan penurunan kualitas lulusan yang tidak memiliki kompetensi nyata
akibat kebiasaan tidak jujur selama masa studi.10
2)
Hilangnya Kepercayaan
terhadap Institusi Pendidikan
Jika lembaga pendidikan gagal menegakkan
standar etika, masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap institusi
akademik.11
Fenomena ini telah terjadi di beberapa
negara dengan sistem pendidikan yang korup, di mana gelar akademik dapat
diperoleh dengan cara yang tidak etis.12
3)
Dampak terhadap Dunia
Kerja dan Masyarakat
Lulusan yang terbiasa melakukan
kecurangan dalam pendidikan cenderung membawa perilaku tidak etis tersebut ke
dunia kerja, yang berkontribusi pada meningkatnya praktik korupsi dan
ketidakjujuran profesional.13
Organisasi yang merekrut individu dengan
latar belakang akademik yang tidak bermoral akan menghadapi risiko besar dalam
jangka panjang.14
5.3.
Upaya Mengatasi Pelanggaran Etika dalam
Pendidikan
Untuk mengatasi
berbagai permasalahan etika dalam pendidikan, diperlukan strategi yang
komprehensif yang melibatkan kebijakan akademik, teknologi, serta peran aktif
tenaga pendidik dan peserta didik.
1)
Peningkatan Regulasi
dan Kode Etik Akademik
Setiap lembaga pendidikan harus memiliki
kode etik akademik yang jelas dan mengikat, dengan konsekuensi yang tegas bagi
pelanggarannya.15
Kebijakan ini harus disosialisasikan
kepada seluruh tenaga pendidik dan peserta didik agar mereka memahami
pentingnya menjaga integritas akademik.16
2)
Penguatan Pendidikan
Karakter dan Kesadaran Etika
Pendidikan karakter harus diperkuat
dalam kurikulum sejak dini agar siswa memahami pentingnya nilai-nilai moral dan
integritas.17
Program bimbingan dan konseling etika di
sekolah dan universitas dapat membantu membangun kesadaran moral di kalangan
peserta didik.18
3)
Pemanfaatan Teknologi
untuk Mencegah Kecurangan Akademik
Penggunaan perangkat lunak
anti-plagiarisme dan sistem ujian berbasis teknologi dapat membantu mencegah
kecurangan akademik.19
Platform e-learning juga harus memiliki
sistem pengawasan yang efektif untuk memastikan bahwa proses pembelajaran
daring berjalan sesuai dengan standar etika pendidikan.20
Footnotes
[1]
Susan D. Blum, My Word! Plagiarism and College Culture
(Ithaca: Cornell University Press, 2009), 45.
[2]
Donald L. McCabe, "Cheating and Plagiarism: Perceptions and
Practices," Journal of Higher Education 71, no. 2 (2000):
122-146.
[3]
Nicholas H. Steneck, Introduction to the Responsible Conduct of
Research (Washington, DC: U.S. Government Printing Office, 2007), 58.
[4]
Maxine Greene, The Dialectic of Freedom (New York: Teachers
College Press, 1988), 92.
[5]
Martha C. Nussbaum, Creating Capabilities: The Human Development
Approach (Cambridge: Harvard University Press, 2011), 134.
[6]
James A. Banks, Educating Citizens in a Multicultural Society
(New York: Teachers College Press, 2007), 33.
[7]
UNESCO, Global Education Monitoring Report 2021: Inclusion and
Education (Paris: UNESCO, 2021), 21.
[8]
Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed, trans. Myra Bergman
Ramos (New York: Continuum, 2000), 140.
[9]
David Boud and Nancy Falchikov, Rethinking Assessment in Higher
Education (London: Routledge, 2007), 88.
[10]
Carol S. Dweck, Mindset: The New Psychology of Success (New
York: Random House, 2006), 142.
[11]
Noam Chomsky, Necessary Illusions: Thought Control in Democratic
Societies (Boston: South End Press, 1989), 172.
[12]
Larry D. Rosen, Rewired: Understanding the iGeneration and the Way
They Learn (New York: Palgrave Macmillan, 2010), 97.
[13]
John P. Miller, Education and the Soul: Toward a Spiritual
Curriculum (Albany: SUNY Press, 2000), 67.
[14]
American Association of University Professors (AAUP), Statement on
Professional Ethics (Washington, DC: AAUP, 2018), 6.
[15]
Robert J. Sternberg, Academic Ethics: Problems and Materials on
Professional Conduct (New Haven: Yale University Press, 2010), 80.
[16]
Larry Nucci, Education in the Moral Domain (Cambridge: Cambridge
University Press, 2001), 56.
[17]
Thomas Lickona, Educating for Character: How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility (New York: Bantam Books, 1991), 95.
[18]
Nel Noddings, Caring: A Relational Approach to Ethics and Moral Education
(Berkeley: University of California Press, 2013), 113.
[19]
Paul Kirschner and Carl Hendrick, How Learning Happens: Seminal
Works in Educational Psychology and What They Mean in Practice (London:
Routledge, 2020), 148.
[20]
American Psychological Association, Ethical Principles of
Psychologists and Code of Conduct (Washington, DC: APA, 2017), 12.
6.
Kesimpulan dan Rekomendasi
6.1.
Kesimpulan
Etika pendidikan
merupakan landasan fundamental dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Tanpa
adanya penerapan nilai-nilai etika yang kuat, dunia pendidikan akan kehilangan
arah dan tujuan utamanya, yaitu menciptakan individu yang tidak hanya cerdas
secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan sosial.
Secara keseluruhan,
pembahasan dalam artikel ini menunjukkan bahwa etika dalam pendidikan mencakup berbagai aspek, mulai dari hubungan antara
guru dan siswa, kurikulum, penelitian akademik, hingga pemanfaatan teknologi
dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip utama seperti keadilan,
tanggung jawab, kebebasan akademik, kejujuran, serta kepedulian dan kemanusiaan
menjadi fondasi dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang berkualitas.1
Namun, berbagai
tantangan masih dihadapi dalam implementasi etika pendidikan, termasuk maraknya
plagiarisme,
kecurangan akademik, penyalahgunaan wewenang oleh tenaga pendidik, serta
diskriminasi dalam sistem pendidikan.2 Pelanggaran
etika ini dapat merusak kredibilitas institusi akademik, melemahkan integritas
sistem pendidikan, serta menghasilkan lulusan yang tidak memiliki moralitas
yang kuat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya konkret dalam memperbaiki
kondisi ini melalui regulasi yang lebih ketat, penguatan pendidikan karakter, serta
pemanfaatan teknologi secara bertanggung jawab.
Sebagaimana
diungkapkan oleh Paulo Freire, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk
mentransmisikan pengetahuan, tetapi juga untuk membebaskan manusia dan
membangun kesadaran moral dalam
masyarakat.3 Oleh karena itu, pendidikan yang berbasis etika harus
menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan dan praktik akademik.
6.2. Rekomendasi
Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan untuk
memperkuat implementasi
etika dalam pendidikan:
6.2.1.
Penguatan
Pendidikan Karakter Berbasis Etika
·
Pendidikan karakter harus
menjadi bagian integral dari kurikulum di semua jenjang pendidikan.4
·
Program pelatihan etika
bagi guru dan dosen harus diadakan secara berkala untuk memastikan bahwa tenaga
pendidik memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika akademik.5
·
Institusi pendidikan harus
memberikan penekanan lebih besar pada pembentukan moral dan akhlak peserta
didik, bukan hanya pada pencapaian akademik semata.6
6.2.2.
Peningkatan
Regulasi dan Kebijakan Etika Akademik
·
Pemerintah dan institusi
pendidikan perlu memperketat regulasi mengenai etika akademik, termasuk
kebijakan anti-plagiarisme dan kode etik bagi tenaga pendidik.7
·
Setiap perguruan tinggi dan
sekolah harus memiliki lembaga pengawas yang bertugas menangani kasus
pelanggaran etika dalam dunia akademik.8
·
Sanksi tegas harus
diberlakukan bagi pelanggaran etika, baik bagi tenaga pendidik maupun peserta
didik, untuk menumbuhkan budaya akademik yang jujur dan berintegritas.9
6.2.3.
Pengembangan
Teknologi Pendidikan yang Berbasis Etika
·
Pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip etika digital, termasuk
perlindungan privasi siswa dan guru.10
·
Penggunaan perangkat lunak
anti-plagiarisme harus diperluas untuk memastikan kejujuran akademik dalam
tugas dan penelitian.11
·
Platform pembelajaran
daring harus menerapkan sistem verifikasi identitas untuk mencegah praktik
kecurangan akademik dalam ujian dan tugas akademik.12
6.2.4.
Peningkatan
Kesadaran dan Kepedulian Sosial dalam Pendidikan
·
Kurikulum pendidikan harus
memasukkan materi tentang kepedulian sosial dan tanggung jawab moral terhadap
masyarakat.13
·
Program pengabdian masyarakat
bagi mahasiswa dan siswa dapat menjadi sarana yang efektif untuk membangun
karakter dan kesadaran etika dalam kehidupan sehari-hari.14
·
Institusi pendidikan harus
mendorong budaya diskusi yang sehat tentang isu-isu etika dan moral dalam
lingkungan akademik.15
Footnotes
[1]
Nel Noddings, Philosophy of Education (Boulder: Westview
Press, 2012), 78.
[2]
Susan D. Blum, My Word! Plagiarism and College Culture
(Ithaca: Cornell University Press, 2009), 55.
[3]
Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed, trans. Myra Bergman
Ramos (New York: Continuum, 2000), 98.
[4]
Thomas Lickona, Educating for Character: How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility (New York: Bantam Books, 1991), 101.
[5]
Robert J. Sternberg, Academic Ethics: Problems and Materials on
Professional Conduct (New Haven: Yale University Press, 2010), 72.
[6]
James Arthur, Education with Character: The Moral Economy of
Schooling (London: Routledge, 2003), 114.
[7]
American Association of University Professors (AAUP), Statement on
Professional Ethics (Washington, DC: AAUP, 2018), 8.
[8]
Nicholas H. Steneck, Introduction to the Responsible Conduct of
Research (Washington, DC: U.S. Government Printing Office, 2007), 63.
[9]
David Boud and Nancy Falchikov, Rethinking Assessment in Higher
Education (London: Routledge, 2007), 89.
[10]
Luciano Floridi, The Ethics of Information (Oxford: Oxford
University Press, 2013), 137.
[11]
Donald L. McCabe, "Cheating and Plagiarism: Perceptions and Practices,"
Journal of Higher Education 71, no. 2 (2000): 125.
[12]
European Union Agency for Cybersecurity (ENISA), Privacy and Data
Protection in Education and Children’s Rights (Brussels: ENISA, 2021), 11.
[13]
Maxine Greene, The Dialectic of Freedom (New York: Teachers
College Press, 1988), 75.
[14]
John P. Miller, Education and the Soul: Toward a Spiritual
Curriculum (Albany: SUNY Press, 2000), 94.
[15]
Martha C. Nussbaum, Not for Profit: Why Democracy Needs the
Humanities (Princeton: Princeton University Press, 2010), 58.
Daftar Pustaka
American Association of University Professors.
(2018). Statement on professional ethics. Washington, DC: AAUP.
American Educational Research Association. (2011). Code
of ethics. Washington, DC: AERA.
American Psychological Association. (2017). Ethical
principles of psychologists and code of conduct. Washington, DC: APA.
Arthur, J. (2003). Education with character: The
moral economy of schooling. London: Routledge.
Banks, J. A. (2007). Educating citizens in a
multicultural society. New York: Teachers College Press.
Blum, S. D. (2009). My word! Plagiarism and
college culture. Ithaca: Cornell University Press.
Boud, D., & Falchikov, N. (2007). Rethinking
assessment in higher education. London: Routledge.
Chomsky, N. (1989). Necessary illusions: Thought
control in democratic societies. Boston: South End Press.
Dewey, J. (1916). Democracy and education: An
introduction to the philosophy of education. New York: Macmillan.
Dweck, C. S. (2006). Mindset: The new psychology
of success. New York: Random House.
European Union Agency for Cybersecurity (ENISA).
(2021). Privacy and data protection in education and children’s rights.
Brussels: ENISA.
Floridi, L. (2013). The ethics of information.
Oxford: Oxford University Press.
Freire, P. (2000). Pedagogy of the oppressed
(M. B. Ramos, Trans.). New York: Continuum.
Greene, M. (1988). The dialectic of freedom.
New York: Teachers College Press.
Haidt, J. (2012). The righteous mind: Why good
people are divided by politics and religion. New York: Vintage.
Israel, M., & Hay, I. (2006). Research
ethics for social scientists: Between ethical conduct and regulatory compliance.
London: SAGE.
Jaspers, K. (1965). The idea of the university.
London: Peter Owen.
Kant, I. (1997). Groundwork for the metaphysics
of morals (M. Gregor, Trans.). Cambridge: Cambridge University Press.
Khan, S. (2012). The one world schoolhouse:
Education reimagined. New York: Twelve.
Lickona, T. (1991). Educating for character: How
our schools can teach respect and responsibility. New York: Bantam Books.
Miller, J. P. (2000). Education and the soul:
Toward a spiritual curriculum. Albany: SUNY Press.
McCabe, D. L. (2000). Cheating and plagiarism:
Perceptions and practices. Journal of Higher Education, 71(2), 122–146.
McCabe, D. L., Treviño, L. K., & Butterfield,
K. D. (1999). Academic integrity in honor code and non-honor code environments.
Journal of Higher Education, 70(2), 211–234.
Noddings, N. (1984). Caring: A feminine approach
to ethics and moral education. Berkeley: University of California Press.
Noddings, N. (2012). Philosophy of education.
Boulder: Westview Press.
Nussbaum, M. C. (2010). Not for profit: Why
democracy needs the humanities. Princeton: Princeton University Press.
Nussbaum, M. C. (2011). Creating capabilities:
The human development approach. Cambridge: Harvard University Press.
Nucci, L. (2001). Education in the moral domain.
Cambridge: Cambridge University Press.
Rawls, J. (1971). A theory of justice.
Cambridge: Harvard University Press.
Rosen, L. D. (2010). Rewired: Understanding the
iGeneration and the way they learn. New York: Palgrave Macmillan.
Sternberg, R. J. (2010). Academic ethics:
Problems and materials on professional conduct and shared governance. New
Haven: Yale University Press.
Steneck, N. H. (2007). Introduction to the
responsible conduct of research. Washington, DC: U.S. Government Printing
Office.
UNESCO. (2021). Global education monitoring
report 2021: Inclusion and education. Paris: UNESCO.
Vann, R. T. (2018). Ethics and the teaching
profession. Journal of Educational Ethics, 12(4), 67–82.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar