Rabu, 29 Januari 2025

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Strategi Efektif dalam Mengelola dan Menggerakkan Lembaga Pendidikan Islam


Alihkan ke: Dinamika Kepemimpinan dalam Islam.

Kekuasaan (Power), Otoritas (Authority), Kekuatan (Force).


Abstrak

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam memiliki peran strategis dalam mengelola, menggerakkan, dan mengembangkan lembaga pendidikan berbasis nilai-nilai Islam. Artikel ini membahas konsep kepemimpinan pendidikan Islam, karakteristik pemimpin yang ideal, serta strategi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam agar mencapai efektivitas yang optimal. Berbagai model kepemimpinan Islam, seperti kepemimpinan transformasional, servant leadership, dan kepemimpinan berbasis musyawarah (syura), dianalisis berdasarkan referensi dari literatur Islam klasik dan kontemporer.

Artikel ini juga mengkaji tantangan yang dihadapi pemimpin dalam pendidikan Islam, baik dari aspek internal seperti kualitas sumber daya manusia dan sistem kurikulum, maupun aspek eksternal seperti pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi. Berbagai studi kasus dari lembaga pendidikan Islam ternama, seperti Pondok Modern Darussalam Gontor, Universitas Al-Azhar, dan International Islamic University Malaysia (IIUM), digunakan sebagai contoh penerapan kepemimpinan yang efektif dalam dunia pendidikan Islam.

Sebagai kesimpulan, kepemimpinan pendidikan Islam yang ideal harus didasarkan pada prinsip ketakwaan, keadilan, musyawarah, dan inovasi dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan strategi yang tepat, pendidikan Islam dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan umat.

Kata Kunci: Kepemimpinan Islam, pendidikan Islam, strategi manajemen pendidikan, syura, servant leadership, transformasional, globalisasi, kurikulum berbasis Islam, inovasi pendidikan.


PEMBAHASAN

Kepemimpinan Pendidikan Islam


1.           Pendahuluan

1.1.       Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Islam

Kepemimpinan pendidikan Islam merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola, mengarahkan, dan menggerakkan lembaga pendidikan Islam guna mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pemimpin dalam pendidikan Islam tidak hanya bertindak sebagai administrator dan manajer, tetapi juga sebagai teladan moral dan spiritual bagi seluruh elemen dalam institusi pendidikan. Menurut Abdul Rahman Al-Nahlawi, kepemimpinan dalam Islam adalah proses membimbing, mengarahkan, dan mengembangkan individu maupun institusi berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam sehingga menghasilkan perubahan yang positif dalam kehidupan manusia dan masyarakatnya.¹

Dalam perspektif Islam, kepemimpinan tidak hanya berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi secara material, tetapi juga mengutamakan pembentukan karakter dan nilai-nilai moral. Al-Qur’an menegaskan pentingnya pemimpin yang amanah, adil, dan memiliki kapasitas dalam menjalankan tanggung jawabnya, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah [02] ayat 247:

"Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Thalut) menjadi raja kalian dan memberikan kepadanya kelebihan dalam ilmu dan fisik."²

Ayat ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang efektif harus memiliki dua aspek utama: ilmu dan kemampuan fisik untuk menjalankan tugas kepemimpinan dengan optimal.

1.2.       Urgensi Kepemimpinan dalam Lembaga Pendidikan Islam

Lembaga pendidikan Islam memiliki peran strategis dalam membangun generasi Muslim yang berakhlak dan berkompeten. Oleh karena itu, kepemimpinan dalam lembaga pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada aspek manajerial, tetapi juga pada aspek tarbawi (pembinaan) yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Seorang pemimpin pendidikan Islam bertugas mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariat, mengembangkan kurikulum berbasis Islam, serta menciptakan budaya akademik yang Islami.³

Dalam sejarah Islam, kepemimpinan pendidikan telah menjadi faktor utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin menekankan bahwa seorang pemimpin pendidikan harus memiliki sifat hikmah (kebijaksanaan), shiddiq (kejujuran), dan fathonah (kecerdasan) agar dapat mengelola lembaga pendidikan secara efektif.⁴ Selain itu, kepemimpinan pendidikan yang baik juga berkontribusi dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan berorientasi pada keunggulan akademik serta spiritual.

Di era modern, tantangan dalam kepemimpinan pendidikan Islam semakin kompleks, terutama dalam menghadapi perkembangan teknologi dan globalisasi. Para pemimpin lembaga pendidikan Islam perlu memiliki pemahaman yang kuat mengenai konsep manajemen pendidikan Islam yang mencakup aspek perencanaan strategis, pengelolaan sumber daya manusia, serta inovasi dalam sistem pendidikan.⁵ Dengan kepemimpinan yang efektif, lembaga pendidikan Islam dapat berkembang secara berkelanjutan dan tetap relevan dalam menghadapi perubahan zaman.

1.3.       Tujuan Artikel dan Ruang Lingkup Pembahasan

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan konsep, karakteristik, strategi, serta tantangan kepemimpinan dalam pendidikan Islam berdasarkan referensi yang kredibel. Beberapa aspek utama yang akan dibahas dalam artikel ini meliputi:

1)                  Definisi dan Prinsip Kepemimpinan dalam Islam

Pembahasan mengenai dasar-dasar kepemimpinan dalam Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadis, dan pemikiran para ulama.

2)                  Karakteristik Pemimpin Pendidikan Islam

Sifat-sifat dan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan Islam.

3)                  Model Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam

Analisis terhadap berbagai model kepemimpinan yang diterapkan dalam lembaga pendidikan Islam, seperti kepemimpinan transformasional dan servant leadership.

4)                  Strategi Efektif dalam Mengelola Lembaga Pendidikan Islam

Kajian tentang metode dan teknik yang digunakan dalam mengelola sumber daya manusia, kurikulum, serta lingkungan pendidikan Islam.

5)                  Tantangan dan Solusi dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam

Identifikasi tantangan internal dan eksternal dalam kepemimpinan pendidikan Islam serta solusi yang ditawarkan oleh perspektif Islam.

Melalui pembahasan ini, diharapkan para pembaca, khususnya akademisi dan praktisi pendidikan Islam, dapat memahami urgensi kepemimpinan dalam pendidikan Islam serta mengaplikasikan prinsip-prinsip yang telah dibahas untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan lembaga pendidikan Islam.


Catatan Kaki

[1]                Abdul Rahman Al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Kepemimpinan dalam Islam (Jakarta: Gema Insani, 2005), 43.

[2]                Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah [2] ayat 247.

[3]                Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2010), 72.

[4]                Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, vol. 1 (Kairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), 56.

[5]                Mohd Kamal Hassan, Islamic Leadership in Education: A Contemporary Perspective (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2019), 88.


2.           Konsep Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam

2.1.       Definisi Kepemimpinan dalam Perspektif Islam

Kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab berdasarkan nilai-nilai syariat. Dalam konteks pendidikan Islam, kepemimpinan mengacu pada kemampuan seorang pemimpin dalam mengelola dan mengarahkan lembaga pendidikan Islam agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.¹

Menurut Muhammad Qutb, kepemimpinan dalam Islam bukan hanya berkaitan dengan aspek administratif, tetapi juga dengan aspek moral dan spiritual. Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab untuk membimbing masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik berdasarkan ajaran Islam.² Dalam hal ini, Rasulullah Saw menjadi teladan utama dalam kepemimpinan, baik dalam aspek sosial, politik, maupun pendidikan.

Konsep kepemimpinan dalam Islam juga ditekankan dalam Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Anbiya [21] ayat 73:

"Dan Kami jadikan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka untuk mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan hanya kepada Kami mereka menyembah."³

Ayat ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam Islam harus berlandaskan pada petunjuk Allah, serta berorientasi pada kemaslahatan umat melalui nilai-nilai kebajikan, ibadah, dan keadilan sosial.

2.2.       Dasar-Dasar Kepemimpinan dalam Al-Qur’an dan Hadis

Kepemimpinan dalam Islam memiliki landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Beberapa prinsip utama kepemimpinan yang disebutkan dalam sumber-sumber Islam antara lain:

2.2.1.    Prinsip Amanah dan Tanggung Jawab

Kepemimpinan adalah sebuah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Dalam Surah An-Nisa [04] ayat 58, Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil."⁴

Hadis Rasulullah Saw juga menegaskan pentingnya tanggung jawab seorang pemimpin:

"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya."⁵

2.2.2.    Prinsip Keadilan dalam Kepemimpinan

Seorang pemimpin dalam pendidikan Islam harus berlaku adil dalam setiap kebijakan yang diambil. Keadilan dalam Islam tidak hanya berarti kesetaraan dalam perlakuan, tetapi juga memastikan bahwa setiap individu mendapatkan haknya sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya.

Dalam Surah Al-Ma’idah [05] ayat 8, Allah berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau kedua orang tua dan kaum kerabatmu."⁶

Kepemimpinan yang adil dalam pendidikan Islam berarti memberikan hak yang sama kepada seluruh elemen dalam lembaga pendidikan, baik itu guru, siswa, maupun tenaga kependidikan lainnya.

2.2.3.    Prinsip Musyawarah dalam Pengambilan Keputusan

Islam menekankan pentingnya musyawarah dalam pengambilan keputusan kepemimpinan, sebagaimana ditegaskan dalam Surah Asy-Syura [42] ayat 38:

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka."⁷

Dalam konteks pendidikan Islam, musyawarah menjadi sarana bagi pemimpin untuk merangkul berbagai pihak dalam pengelolaan lembaga pendidikan sehingga keputusan yang diambil dapat lebih objektif dan sesuai dengan kebutuhan institusi.

2.3.       Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Islam yang Efektif

Berdasarkan sumber-sumber Islam dan pemikiran para ulama, kepemimpinan dalam pendidikan Islam harus mengedepankan beberapa prinsip berikut:

1)                  Kepemimpinan Berbasis Tauhid

Segala kebijakan dalam kepemimpinan pendidikan harus berorientasi pada ibadah dan mengutamakan ridha Allah.⁸

2)                  Keteladanan (Uswah Hasanah)

Pemimpin harus menjadi contoh dalam perilaku, etika, dan keilmuan.⁹

3)                  Kepemimpinan yang Berorientasi pada Kemajuan Ilmu

Seorang pemimpin harus mampu mendorong inovasi dan pengembangan keilmuan dalam lembaga pendidikan Islam.¹⁰

4)                  Kepemimpinan yang Berbasis Hikmah (Kebijaksanaan)

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berpikir strategis, mengambil keputusan dengan adil, serta mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang bijak.¹¹

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kepemimpinan dalam pendidikan Islam dapat berjalan dengan baik, menghasilkan lembaga pendidikan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berlandaskan pada nilai-nilai Islam yang kuat.


Catatan Kaki

[1]                Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 124.

[2]                Muhammad Qutb, Islam: The Misunderstood Religion (Kuala Lumpur: Islamic Book Trust, 1990), 198.

[3]                Al-Qur'an, Surah Al-Anbiya [21] ayat 73.

[4]                Al-Qur'an, Surah An-Nisa [4] ayat 58.

[5]                Muhammad bin Isma'il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2 (Beirut: Dar Ibn Kathir, 2002), 93.

[6]                Al-Qur'an, Surah Al-Ma’idah [5] ayat 8.

[7]                Al-Qur'an, Surah Asy-Syura [42] ayat 38.

[8]                Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Awlawiyyat (Cairo: Dar al-Shuruq, 1995), 56.

[9]                Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, vol. 1 (Damaskus: Dar Ibn Hazm, 1999), 27.

[10]             Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993), 112.

[11]             Abu Hamid al-Ghazali, Al-Mustasfa min 'Ilm al-Usul, vol. 1 (Cairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1997), 67.


3.           Karakteristik Pemimpin Pendidikan Islam

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam tidak hanya membutuhkan keahlian manajerial, tetapi juga kesalehan pribadi serta komitmen terhadap nilai-nilai Islam. Seorang pemimpin pendidikan Islam harus menjadi contoh teladan bagi para guru, siswa, dan tenaga kependidikan lainnya dalam menerapkan prinsip-prinsip Islam di lingkungan akademik.¹

Dalam kitab al-Ahkam as-Sultaniyyah, Imam al-Mawardi menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kapasitas ilmu, integritas moral, dan keterampilan manajerial agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.² Adapun karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam pendidikan Islam meliputi aspek spiritual, intelektual, sosial, dan manajerial sebagaimana dijelaskan berikut ini.

3.1.       Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki oleh Pemimpin Pendidikan Islam

3.1.1.    Taqwa dan Integritas Moral

Taqwa merupakan aspek utama dalam kepemimpinan Islam, termasuk dalam dunia pendidikan. Seorang pemimpin pendidikan Islam harus memiliki kesadaran bahwa kepemimpinannya adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dalam Surah Al-Anfal [08] ayat 27, Allah mengingatkan:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui."³

Taqwa dalam kepemimpinan pendidikan Islam tercermin dalam sikap kejujuran, tanggung jawab, serta komitmen terhadap ajaran Islam dalam menjalankan kebijakan pendidikan. Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menegaskan bahwa pemimpin yang tidak memiliki ketakwaan akan cenderung menyalahgunakan kekuasaan dan gagal dalam menjalankan tugasnya secara adil.⁴

3.1.2.    Ilmu Pengetahuan dan Wawasan Luas

Seorang pemimpin dalam pendidikan Islam harus memiliki pemahaman yang luas tentang ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Rasulullah Saw bersabda:

"Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, maka Dia akan memberikan pemahaman dalam agama."⁵

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menekankan bahwa pemimpin pendidikan harus memiliki wawasan mendalam tentang ilmu pendidikan dan mampu mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman.⁶ Selain itu, penguasaan ilmu manajemen dan kebijakan pendidikan juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas lembaga pendidikan Islam.

3.1.3.    Keadilan dalam Memimpin

Keadilan adalah prinsip utama dalam kepemimpinan Islam, termasuk dalam konteks pendidikan. Pemimpin yang adil akan memperlakukan seluruh elemen dalam institusi pendidikan dengan bijaksana dan tanpa diskriminasi. Dalam Surah An-Nahl [16] ayat 90, Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan serta memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan."⁷

Keadilan dalam kepemimpinan pendidikan Islam mencakup pemberian hak yang setara kepada guru, siswa, dan staf administrasi, serta pengambilan keputusan yang tidak berat sebelah dalam kebijakan pendidikan.

3.1.4.    Kemampuan Berkomunikasi dan Memotivasi

Seorang pemimpin pendidikan harus mampu berkomunikasi dengan baik agar visi dan misinya dapat dipahami dan dijalankan oleh semua pihak dalam institusi pendidikan. Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan penuh hikmah, sebagaimana disebutkan dalam Surah An-Nahl [16] ayat 125:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik."⁸

Kemampuan komunikasi yang baik akan memungkinkan seorang pemimpin untuk memotivasi guru dan siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta menciptakan lingkungan akademik yang kondusif.

3.2.       Kompetensi yang Dibutuhkan dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam

3.2.1.    Kompetensi Spiritual

Seorang pemimpin pendidikan Islam harus memiliki hubungan yang kuat dengan Allah dan menjadikan Al-Qur’an serta Hadis sebagai pedoman dalam kepemimpinannya. Ia harus senantiasa memohon petunjuk Allah dalam mengambil kebijakan pendidikan.⁹

3.2.2.    Kompetensi Intelektual

Pemimpin pendidikan Islam harus memiliki kemampuan analisis dan berpikir strategis agar dapat mengelola lembaga pendidikan secara efektif. Selain itu, ia harus memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menyesuaikan sistem pendidikan Islam dengan kebutuhan zaman.¹⁰

3.2.3.    Kompetensi Sosial

Pemimpin pendidikan harus memiliki kemampuan membangun hubungan harmonis dengan guru, siswa, orang tua, dan masyarakat. Ia harus menjadi pemimpin yang inspiratif dan mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang adil.¹¹

3.2.4.    Kompetensi Manajerial

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam juga memerlukan keterampilan dalam perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan evaluasi kebijakan pendidikan agar berjalan sesuai dengan visi dan misi lembaga.¹²

3.3.       Contoh Kepemimpinan dalam Sejarah Pendidikan Islam

Sejarah Islam mencatat banyak tokoh yang menjadi contoh kepemimpinan dalam dunia pendidikan, di antaranya:

1)                  Imam Abu Hanifah

Selain sebagai ulama fiqih, beliau juga seorang pendidik yang mendirikan sistem pendidikan berbasis diskusi dan penelitian ilmiah.¹³

2)                  Imam Syafi’i

Seorang pemimpin pendidikan yang menekankan pentingnya metodologi dalam memahami ilmu agama.

3)                  Ibnu Sina

Memimpin pendidikan dalam bidang kedokteran dan filsafat, menjadikan institusi pendidikan Islam sebagai pusat keilmuan dunia.

Ketiga tokoh ini menunjukkan bahwa pemimpin pendidikan Islam harus memiliki kombinasi antara ilmu, keteladanan, dan inovasi dalam dunia pendidikan.


Catatan Kaki

[1]                Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 132.

[2]                Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sultaniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1996), 65.

[3]                Al-Qur'an, Surah Al-Anfal [8] ayat 27.

[4]                Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), 141.

[5]                Muhammad bin Isma'il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 1 (Beirut: Dar Ibn Kathir, 2002), 26.

[6]                Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, vol. 1 (Kairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), 71.

[7]                Al-Qur'an, Surah An-Nahl [16] ayat 90.

[8]                Al-Qur'an, Surah An-Nahl [16] ayat 125.

[9]                Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Awlawiyyat (Cairo: Dar al-Shuruq, 1995), 48.

[10]             Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993), 119.

[11]             Al-Mawardi, Tashil an-Nazar wa Ta’jil azh-Zhafar (Cairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2004), 92.

[12]             Mohd Kamal Hassan, Islamic Leadership in Education: A Contemporary Perspective (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2019), 101.

[13]             Abu Zahrah, Tarikh al-Mazahib al-Islamiyyah (Cairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1957), 54.


4.           Peran dan Tanggung Jawab Pemimpin Pendidikan Islam

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam memiliki peran yang sangat strategis dalam membentuk sistem pendidikan yang berkualitas dan berorientasi pada nilai-nilai Islam. Pemimpin pendidikan Islam tidak hanya bertanggung jawab dalam aspek administratif dan manajerial, tetapi juga sebagai pemimpin moral, motivator, serta agen perubahan dalam institusi pendidikan.¹

Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah yang harus dijalankan dengan adil, penuh hikmah, serta berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Seorang pemimpin pendidikan Islam bertanggung jawab atas pengembangan kurikulum berbasis Islam, peningkatan kualitas pembelajaran, serta pembinaan karakter moral dan spiritual peserta didik.² Hal ini sesuai dengan prinsip kepemimpinan dalam Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah [02] ayat 30:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’

Ayat ini menegaskan bahwa setiap pemimpin, termasuk dalam dunia pendidikan, memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola dan mengembangkan umat berdasarkan prinsip-prinsip Islam.

4.1.       Pemimpin Sebagai Pemimpin Spiritual dan Moral

Salah satu tugas utama pemimpin pendidikan Islam adalah membangun moralitas dan etika Islam dalam lingkungan pendidikan. Pemimpin dalam Islam bukan hanya administrator, tetapi juga pembimbing spiritual bagi guru, siswa, dan tenaga kependidikan lainnya.

Rasulullah Saw bersabda:

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."⁴

Seorang pemimpin pendidikan Islam harus menjadi contoh dalam akhlak, disiplin, kejujuran, dan ketakwaan. Pemimpin yang memiliki karakter moral yang kuat akan mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi pembentukan kepribadian peserta didik yang berlandaskan nilai-nilai Islam.⁵

Sebagai pemimpin spiritual, seorang kepala sekolah atau rektor di lembaga pendidikan Islam juga harus mendorong budaya ibadah di kalangan guru dan siswa, seperti shalat berjamaah, kajian keislaman, serta nilai-nilai ihsan dalam pembelajaran.

4.2.       Pemimpin Sebagai Administrator dan Manajer

Dalam perspektif pendidikan Islam, pemimpin memiliki peran strategis sebagai administrator dan manajer yang mengelola sumber daya lembaga pendidikan agar mencapai efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan fungsinya.

Menurut Imam Al-Mawardi dalam Al-Ahkam as-Sultaniyyah, kepemimpinan dalam Islam harus mencakup kemampuan manajemen yang baik, kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan, serta ketegasan dalam menjalankan kebijakan pendidikan.⁶

Tugas utama pemimpin sebagai administrator dalam pendidikan Islam meliputi:

1)                  Perencanaan pendidikan

Menyusun visi dan misi lembaga pendidikan Islam berdasarkan tujuan-tujuan syariat Islam.

2)                  Pengelolaan sumber daya manusia

Mengatur dan membina tenaga pendidik agar mereka memiliki kompetensi yang baik dalam mengajar dan membimbing siswa.

3)                  Peningkatan mutu pendidikan

Mengembangkan sistem evaluasi dan peningkatan kualitas kurikulum berbasis Islam.

4)                  Pengelolaan sarana dan prasarana

Memastikan ketersediaan fasilitas yang mendukung proses pembelajaran.⁷

Seorang pemimpin pendidikan Islam juga bertanggung jawab dalam mengelola keuangan dan anggaran pendidikan secara transparan dan efisien, sehingga institusi pendidikan dapat berkembang secara berkelanjutan.

4.3.       Pemimpin Sebagai Motivator dan Inovator

Pemimpin pendidikan Islam harus mampu memberikan motivasi dan inspirasi kepada seluruh elemen dalam lembaga pendidikan agar mereka memiliki semangat tinggi dalam menjalankan tugasnya. Rasulullah Saw bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain."⁸

Sebagai seorang motivator, pemimpin harus:

1)                  Menciptakan lingkungan kerja yang positif dan harmonis agar tenaga pendidik merasa nyaman dalam mengajar dan mengembangkan kompetensinya.

2)                  Mendorong inovasi dalam metode pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas pendidikan Islam di era modern.

3)                  Memberikan apresiasi dan penghargaan kepada guru dan siswa yang berprestasi.

4)                  Menjadi pendengar yang baik bagi permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa.⁹

Di era digital, pemimpin pendidikan Islam juga harus bersikap inovatif dengan memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan dan pengembangan sistem pendidikan berbasis Islam.

4.4.       Pemimpin Sebagai Pendidik dan Pembimbing

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam menekankan bahwa seorang pemimpin bukan hanya seorang administrator, tetapi juga seorang pendidik dan pembimbing yang aktif dalam memberikan ilmu dan arahan kepada peserta didik.

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menyatakan bahwa pendidikan yang baik harus dipimpin oleh orang yang memiliki ilmu dan kebijaksanaan yang tinggi.¹⁰ Dalam hal ini, seorang pemimpin pendidikan harus:

1)                  Menjadi teladan dalam intelektualitas dan keilmuan bagi para guru dan siswa.

2)                  Mengarahkan kurikulum pendidikan agar sesuai dengan nilai-nilai Islam dan kebutuhan zaman.

3)                  Melakukan pembinaan karakter dan akhlak kepada peserta didik, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang saleh dan cerdas.

Pemimpin pendidikan Islam yang berperan sebagai pendidik akan mampu menciptakan budaya akademik yang Islami, di mana proses belajar tidak hanya berorientasi pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter.


Kesimpulan

Peran dan tanggung jawab pemimpin pendidikan Islam sangat luas, mencakup aspek spiritual, manajerial, motivasional, dan edukatif. Seorang pemimpin dalam lembaga pendidikan Islam harus memiliki ketakwaan, ilmu yang luas, keterampilan manajerial yang baik, serta kemampuan untuk menginspirasi dan membimbing seluruh elemen dalam institusi pendidikan.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan Islam, seorang pemimpin pendidikan dapat menciptakan lingkungan akademik yang berkualitas, bermoral, dan berdaya saing tinggi, sekaligus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.


Catatan Kaki

[1]                Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 145.

[2]                Mohd Kamal Hassan, Islamic Leadership in Education: A Contemporary Perspective (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2019), 92.

[3]                Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah [2] ayat 30.

[4]                Muhammad bin Isma'il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 1 (Beirut: Dar Ibn Kathir, 2002), 45.

[5]                Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Awlawiyyat (Cairo: Dar al-Shuruq, 1995), 64.

[6]                Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sultaniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1996), 78.

[7]                Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993), 129.

[8]                Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2004), 183.

[9]                Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, vol. 1 (Damaskus: Dar Ibn Hazm, 1999), 38.

[10]             Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), 154.


5.           Model Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam tidak bersifat statis, tetapi berkembang sesuai dengan konteks sosial dan tantangan zaman. Seorang pemimpin pendidikan Islam harus mampu mengadaptasi berbagai model kepemimpinan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan mampu membawa kemajuan bagi lembaga pendidikan.¹

Secara umum, model kepemimpinan dalam pendidikan Islam dapat dikategorikan ke dalam tiga pendekatan utama: kepemimpinan transformasional, kepemimpinan berbasis pelayanan (servant leadership), dan kepemimpinan demokratis versus otoriter

5.1.       Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan Islam

Kepemimpinan transformasional adalah model kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan positif dalam organisasi dengan memberikan inspirasi, motivasi, serta menumbuhkan semangat inovasi.³ Dalam konteks pendidikan Islam, kepemimpinan transformasional berusaha membawa perubahan dalam sistem pendidikan agar lebih efektif dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Rasulullah Saw adalah contoh utama pemimpin transformasional yang mampu mengubah masyarakat Arab dari kehidupan jahiliyah menuju peradaban Islam yang maju. Dalam Surah Al-Jumu’ah [62] ayat 2, Allah berfirman:

"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan mereka, dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah, meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata."⁴

Model kepemimpinan transformasional dalam pendidikan Islam mencakup beberapa aspek utama:

1)                  Membangun visi yang jelas

Pemimpin harus memiliki tujuan yang jelas dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam.

2)                  Meningkatkan motivasi tenaga pendidik dan peserta didik

Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat dalam belajar dan mengajar.

3)                  Menciptakan inovasi dalam sistem pendidikan

Seorang pemimpin harus berani mengadaptasi metode pembelajaran yang lebih efektif tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.⁵

Beberapa pemimpin pendidikan Islam yang menerapkan model kepemimpinan transformasional antara lain Imam Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Syed Naquib Al-Attas, yang menekankan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam yang progresif.⁶

5.2.       Kepemimpinan Berbasis Pelayanan (Servant Leadership) dalam Pendidikan Islam

Konsep servant leadership dalam Islam berakar dari prinsip kepemimpinan sebagai bentuk pengabdian kepada umat dan bukan dominasi atas mereka. Rasulullah Saw bersabda:

"Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka."⁷

Pemimpin pendidikan Islam yang menerapkan model servant leadership memiliki karakteristik berikut:

1)                  Mendahulukan kepentingan guru dan peserta didik

Pemimpin harus memastikan bahwa kesejahteraan tenaga pendidik dan peserta didik menjadi prioritas utama.

2)                  Bersikap rendah hati dan melayani

Pemimpin yang baik bukanlah yang berkuasa atas orang lain, tetapi yang hadir untuk membantu mereka berkembang.

3)                  Membangun hubungan yang harmonis

Seorang pemimpin pendidikan Islam harus menciptakan iklim pendidikan yang penuh kasih sayang dan kebersamaan.⁸

Model kepemimpinan ini terlihat dalam sejarah pendidikan Islam, misalnya pada kepemimpinan Imam Abu Hanifah, yang selalu memberikan perhatian kepada murid-muridnya serta mendukung perkembangan intelektual mereka dengan metode diskusi yang kritis.⁹

5.3.       Kepemimpinan Demokratis vs. Otoriter dalam Lembaga Pendidikan

5.3.1.    Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis dalam pendidikan Islam menekankan pada prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan, sebagaimana ditegaskan dalam Surah Asy-Syura [42] ayat 38:

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka."¹⁰

Kepemimpinan demokratis dalam pendidikan Islam mencerminkan beberapa karakteristik utama:

1)                  Melibatkan seluruh elemen pendidikan dalam pengambilan keputusan

Kepala sekolah atau rektor harus mendengarkan masukan dari guru, siswa, dan orang tua dalam kebijakan pendidikan.

2)                  Mendorong keterbukaan dan transparansi

Keputusan yang diambil harus berdasarkan musyawarah dan dapat dipertanggungjawabkan.

3)                  Meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki

Ketika guru dan siswa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, mereka akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap lembaga pendidikan.¹¹

5.3.2.    Kepemimpinan Otoriter dalam Pendidikan Islam

Sebaliknya, kepemimpinan otoriter dalam pendidikan Islam sering kali menitikberatkan pada kontrol ketat dan instruksi sepihak tanpa musyawarah. Model ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam pengelolaan lembaga pendidikan, terutama jika pemimpin tidak mendengar masukan dari tenaga pendidik dan peserta didik.

Meskipun ada beberapa situasi di mana kepemimpinan yang lebih tegas diperlukan, misalnya dalam penegakan disiplin, secara umum Islam lebih menganjurkan kepemimpinan yang berbasis pada hikmah, keadilan, dan musyawarah.¹²


Kesimpulan

Model kepemimpinan dalam pendidikan Islam dapat beragam, tetapi secara umum terdapat tiga pendekatan utama:

1)                  Kepemimpinan Transformasional, yang berorientasi pada perubahan positif dan inovasi dalam sistem pendidikan Islam.

2)                  Kepemimpinan Servant Leadership, yang menempatkan pemimpin sebagai pelayan umat dan fokus pada kesejahteraan tenaga pendidik serta peserta didik.

3)                  Kepemimpinan Demokratis vs. Otoriter, di mana model demokratis lebih disarankan dalam konteks pendidikan Islam karena selaras dengan prinsip musyawarah dalam Islam.

Dengan memahami dan mengimplementasikan model kepemimpinan yang sesuai, lembaga pendidikan Islam dapat berkembang secara efektif dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dalam mendidik generasi masa depan.


Catatan Kaki

[1]                Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 152.

[2]                Mohd Kamal Hassan, Islamic Leadership in Education: A Contemporary Perspective (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2019), 99.

[3]                Bernard M. Bass, Leadership and Performance Beyond Expectations (New York: Free Press, 1985), 22.

[4]                Al-Qur'an, Surah Al-Jumu’ah [62] ayat 2.

[5]                Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Awlawiyyat (Cairo: Dar al-Shuruq, 1995), 71.

[6]                Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993), 128.

[7]                Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2004), 92.

[8]                Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, vol. 1 (Damaskus: Dar Ibn Hazm, 1999), 43.

[9]                Abu Zahrah, Tarikh al-Mazahib al-Islamiyyah (Cairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1957), 76.

[10]             Al-Qur'an, Surah Asy-Syura [42] ayat 38.

[11]             Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sultaniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1996), 112.

[12]             Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), 162.


6.           Strategi Efektif dalam Mengelola Lembaga Pendidikan Islam

Mengelola lembaga pendidikan Islam secara efektif memerlukan strategi yang tidak hanya berfokus pada aspek administratif dan akademik, tetapi juga pada penerapan nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan. Kepemimpinan dalam pendidikan Islam bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang Islami, berkualitas, dan berorientasi pada kemajuan

Menurut Imam Al-Mawardi dalam Al-Ahkam as-Sultaniyyah, pemimpin dalam pendidikan Islam harus memiliki visi yang jelas, keterampilan manajerial yang baik, serta kemampuan untuk membangun harmoni antara prinsip Islam dan inovasi dalam pendidikan.² Oleh karena itu, strategi yang digunakan harus mencakup perencanaan yang matang, pengelolaan sumber daya manusia, peningkatan mutu pembelajaran, serta penguatan budaya Islam dalam lingkungan pendidikan.

6.1.       Perencanaan dan Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan Islam

6.1.1.    Menetapkan Visi dan Misi yang Jelas

Visi dan misi merupakan arah utama dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Visi yang baik harus mencerminkan komitmen terhadap nilai-nilai Islam dan keunggulan akademik, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.³

Rasulullah Saw memberikan contoh bagaimana sebuah visi yang kuat dapat mengubah masyarakat, sebagaimana tercermin dalam Surah Saba [34] ayat 46:

"Katakanlah (Muhammad), ‘Aku hanya hendak memperingatkan kamu satu hal saja, yaitu hendaknya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan dengan sungguh-sungguh...'"⁴

Dalam konteks pendidikan, pemimpin harus memiliki rencana strategis jangka panjang yang mencakup aspek akademik, manajerial, dan spiritual.

6.1.2.    Pengambilan Keputusan Berdasarkan Prinsip Musyawarah

Islam menekankan pentingnya musyawarah dalam pengambilan keputusan, sebagaimana disebutkan dalam Surah Asy-Syura [42] ayat 38:

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka."⁵

Dalam konteks kepemimpinan pendidikan Islam, pengambilan keputusan yang melibatkan guru, tenaga kependidikan, serta perwakilan siswa dan orang tua akan menghasilkan kebijakan yang lebih baik dan diterima oleh semua pihak.

6.2.       Pengelolaan Sumber Daya Manusia (Guru, Siswa, dan Tenaga Kependidikan)

6.2.1.    Peningkatan Kualitas Guru sebagai Ujung Tombak Pendidikan

Guru memiliki peran sentral dalam pendidikan Islam, sehingga pengelolaan mereka harus menjadi prioritas utama. Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menegaskan bahwa kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas pendidik yang ada dalam lembaga tersebut.⁶

Beberapa strategi untuk meningkatkan kualitas guru dalam lembaga pendidikan Islam antara lain:

1)                  Pelatihan dan pengembangan profesional

Memberikan pelatihan rutin dalam metode pembelajaran berbasis Islam dan teknologi.

2)                  Membangun sistem apresiasi

Memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi untuk meningkatkan motivasi mereka.

3)                  Menyediakan lingkungan kerja yang kondusif

Memastikan kesejahteraan guru agar mereka dapat bekerja dengan optimal.

6.2.2.    Pengembangan Karakter Peserta Didik

Pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual, tetapi juga pembentukan karakter dan akhlak. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Qalam [68] ayat 4:

"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur."⁷

Beberapa strategi dalam membangun karakter siswa antara lain:

1)                  Menerapkan pendekatan keteladanan (uswah hasanah)

Guru dan pemimpin harus menjadi contoh dalam perilaku dan akhlak.

2)                  Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler berbasis Islam

Seperti kajian keislaman, pesantren kilat, dan kegiatan sosial.

3)                  Membangun budaya kedisiplinan dan tanggung jawab

Dengan memberikan aturan yang jelas dan sistem pembinaan yang Islami.

6.3.       Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Kurikulum Berbasis Islam

Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam harus mencakup keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu duniawi. Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menekankan bahwa ilmu agama adalah fondasi utama, tetapi ilmu duniawi juga penting untuk kemajuan umat Islam.⁸

Strategi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan kurikulum berbasis Islam meliputi:

1)                  Integrasi antara ilmu agama dan sains modern

Menyusun kurikulum yang menggabungkan pendidikan Islam dengan sains dan teknologi.

2)                  Penerapan metode pembelajaran aktif

Seperti diskusi, studi kasus, dan proyek berbasis nilai-nilai Islam.

3)                  Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran

Menggunakan media digital untuk mendukung proses belajar mengajar.

6.4.       Penguatan Budaya dan Nilai Islam dalam Lembaga Pendidikan

6.4.1.    Menciptakan Lingkungan Islami dalam Sekolah

Lingkungan pendidikan yang Islami akan mendukung pembentukan karakter peserta didik yang lebih baik. Hal ini mencakup:

1)                  Mewajibkan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari

Seperti salam, berpakaian sopan, dan menjaga akhlak terhadap guru dan sesama siswa.

2)                  Menyediakan ruang ibadah dan kajian keislaman

Untuk memperkuat nilai-nilai spiritual siswa.

3)                  Menyelenggarakan kegiatan keagamaan secara rutin

Seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan kajian akhlak.

6.4.2.    Menanamkan Jiwa Kepemimpinan Islam pada Siswa

Pemimpin pendidikan Islam harus menanamkan nilai-nilai kepemimpinan sejak dini. Rasulullah Saw bersabda:

"Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya."⁹

Beberapa strategi yang dapat diterapkan:

1)                  Memberikan peran kepemimpinan dalam organisasi siswa

Seperti OSIS, Pramuka Islami, atau Forum Kajian Islam.

2)                  Membiasakan siswa untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah

Agar mereka terbiasa berpikir kritis dan adil.

3)                  Mendorong partisipasi siswa dalam kegiatan sosial dan dakwah

Agar mereka memiliki kepedulian terhadap masyarakat.


Kesimpulan

Strategi efektif dalam mengelola lembaga pendidikan Islam mencakup perencanaan yang matang, pengelolaan sumber daya manusia yang optimal, peningkatan kualitas pembelajaran, serta penguatan budaya Islami dalam pendidikan. Seorang pemimpin pendidikan Islam harus memastikan bahwa nilai-nilai Islam diterapkan secara holistik dalam setiap aspek pendidikan, sehingga lembaga pendidikan dapat mencetak generasi yang berakhlak mulia dan berwawasan luas.


Catatan Kaki

[1]                Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 158.

[2]                Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sultaniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1996), 85.

[3]                Mohd Kamal Hassan, Islamic Leadership in Education (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2019), 114.

[4]                Al-Qur'an, Surah Saba [34] ayat 46.

[5]                Al-Qur'an, Surah Asy-Syura [42] ayat 38.

[6]                Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), 167.

[7]                Al-Qur'an, Surah Al-Qalam [68] ayat 4.

[8]                Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, vol. 1 (Kairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), 92.

[9]                Muhammad bin Isma'il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 1 (Beirut: Dar Ibn Kathir, 2002), 93.


7.           Tantangan dan Solusi dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam menghadapi berbagai tantangan yang berasal dari faktor internal maupun eksternal. Tantangan ini mencakup kualitas sumber daya manusia, pengelolaan lembaga, perkembangan teknologi, serta dinamika sosial dan globalisasi.¹ Oleh karena itu, pemimpin dalam pendidikan Islam harus memiliki strategi yang tepat untuk mengatasi hambatan ini dan memastikan bahwa lembaga pendidikan tetap berkembang dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Islam.

Imam Al-Mawardi dalam Al-Ahkam as-Sultaniyyah menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan dalam membaca situasi dan ketegasan dalam mengambil keputusan untuk menjaga stabilitas dan kemajuan lembaga yang dipimpinnya.² Dalam konteks pendidikan Islam, tantangan yang dihadapi harus diatasi dengan pendekatan yang berbasis hikmah, musyawarah, dan inovasi agar sistem pendidikan Islam dapat tetap relevan dan efektif.

7.1.       Tantangan Internal dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam

7.1.1.    Kualitas Sumber Daya Manusia yang Masih Rendah

Salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan Islam adalah masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, baik dari segi kompetensi guru, metode pembelajaran, maupun manajemen lembaga.³ Menurut Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, pendidikan yang berkualitas hanya dapat dicapai jika tenaga pendidik memiliki ilmu yang luas dan keterampilan dalam mendidik.⁴

Solusi:

1)                  Pelatihan dan pengembangan profesional

Menyelenggarakan pelatihan rutin bagi tenaga pendidik dalam metode pembelajaran berbasis Islam dan teknologi modern.

2)                  Rekrutmen guru yang berkualitas

Melakukan seleksi yang ketat dalam perekrutan tenaga pendidik agar memiliki standar yang tinggi.

3)                  Meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik

Memberikan insentif dan penghargaan kepada guru yang berkinerja baik untuk meningkatkan motivasi mereka.

7.1.2.    Kurangnya Integrasi antara Kurikulum Islam dan Ilmu Modern

Banyak lembaga pendidikan Islam yang masih menggunakan kurikulum yang kurang terintegrasi antara ilmu agama dan ilmu duniawi. Hal ini menyebabkan lulusan dari lembaga pendidikan Islam kurang memiliki daya saing dalam dunia kerja.⁵

Solusi:

1)                  Mengembangkan kurikulum berbasis integrasi ilmu

Memadukan ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dengan ilmu sains dan teknologi agar lulusan memiliki keseimbangan antara pemahaman keislaman dan keterampilan praktis.

2)                  Meningkatkan penelitian berbasis Islam

Mendorong penelitian yang mengkaji hubungan antara Islam dan berbagai disiplin ilmu modern.

3)                  Menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan lainnya

Berkolaborasi dengan universitas dan sekolah berbasis Islam maupun umum untuk meningkatkan kualitas kurikulum.

7.2.       Tantangan Eksternal dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam

7.2.1.    Globalisasi dan Pengaruh Budaya Barat

Globalisasi membawa dampak besar dalam dunia pendidikan, termasuk masuknya berbagai pemikiran dan budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.⁶ Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sebuah hadis:

"Sungguh, kalian akan mengikuti jejak langkah orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kalian akan mengikutinya."⁷

Solusi:

1)                  Memperkuat identitas Islam dalam sistem pendidikan

Menanamkan nilai-nilai Islam secara kuat kepada peserta didik agar mereka tidak terpengaruh oleh budaya yang bertentangan dengan Islam.

2)                  Meningkatkan literasi media Islami

Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana menyaring informasi dari media digital agar tidak terpengaruh oleh pemikiran yang menyimpang.

3)                  Menyesuaikan pendidikan Islam dengan perkembangan zaman

Tanpa kehilangan prinsip Islam, pendidikan Islam harus mampu menghadirkan inovasi dan metodologi yang relevan dengan era modern.

7.2.2.    Perkembangan Teknologi dan Digitalisasi Pendidikan

Teknologi memberikan peluang besar dalam dunia pendidikan, tetapi juga menghadirkan tantangan dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Banyak lembaga pendidikan Islam yang masih tertinggal dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.⁸

Solusi:

1)                  Mengadopsi teknologi dalam sistem pendidikan

Menerapkan pembelajaran berbasis e-learning, digital library, dan platform pendidikan berbasis Islam untuk meningkatkan akses terhadap ilmu pengetahuan.

2)                  Melatih tenaga pendidik dalam penggunaan teknologi

Menyelenggarakan pelatihan teknologi bagi guru agar mereka dapat menggunakan media pembelajaran digital secara efektif.

3)                  Meningkatkan keamanan digital

Memastikan bahwa penggunaan teknologi dalam pendidikan tetap dalam batasan syariat Islam dengan adanya pengawasan konten dan pembimbingan akhlak digital.

7.3.       Solusi Berbasis Islam dalam Mengatasi Tantangan Pendidikan

Islam memberikan panduan dalam mengatasi berbagai tantangan dalam kepemimpinan pendidikan. Beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk menghadapi tantangan tersebut antara lain:

1)                  Prinsip Musyawarah (Syura) – Setiap kebijakan pendidikan harus dirumuskan berdasarkan prinsip musyawarah, sebagaimana firman Allah dalam Surah Asy-Syura [42] ayat 38:

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka."⁹

2)                  Prinsip Keadilan dalam Kepemimpinan

Pemimpin pendidikan Islam harus bersikap adil dalam mengambil keputusan dan memberikan hak kepada seluruh elemen dalam institusi pendidikan.

3)                  Prinsip Amanah dan Akuntabilitas

Pemimpin pendidikan harus memahami bahwa kepemimpinan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, sebagaimana dalam Surah An-Nisa [04] ayat 58:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil."¹⁰


Kesimpulan

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal. Namun, dengan menerapkan strategi yang tepat, tantangan ini dapat diatasi. Pemimpin pendidikan Islam harus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa mengorbankan nilai-nilai Islam, serta mengedepankan prinsip musyawarah, keadilan, dan inovasi dalam mengelola lembaga pendidikan.


Catatan Kaki

[1]                Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 167.

[2]                Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sultaniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1996), 94.

[3]                Mohd Kamal Hassan, Islamic Leadership in Education: A Contemporary Perspective (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2019), 120.

[4]                Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), 175.

[5]                Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Awlawiyyat (Cairo: Dar al-Shuruq, 1995), 81.

[6]                Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993), 138.

[7]                Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2004), 94.

[8]                Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, vol. 1 (Kairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), 103.

[9]                Al-Qur'an, Surah Asy-Syura [42] ayat 38.

[10]             Al-Qur'an, Surah An-Nisa [4] ayat 58.


8.           Studi Kasus: Kepemimpinan Pendidikan Islam di Lembaga Ternama

Kepemimpinan pendidikan Islam yang efektif telah terbukti berhasil dalam membangun lembaga pendidikan berkualitas yang tidak hanya unggul secara akademik tetapi juga mampu mempertahankan nilai-nilai Islam. Studi kasus berikut menggambarkan bagaimana beberapa lembaga pendidikan Islam ternama mengelola institusinya melalui kepemimpinan yang berbasis nilai-nilai Islam, inovasi, serta manajemen yang baik.

Dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa kemajuan pendidikan dalam peradaban Islam sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan yang mampu memadukan ilmu pengetahuan dan moralitas.¹ Dengan mengacu pada prinsip-prinsip Islam, pemimpin di lembaga pendidikan Islam dapat memastikan bahwa visi pendidikan mereka sejalan dengan tujuan syariat Islam.²

8.1.       Studi Kasus 1: Kepemimpinan di Pondok Modern Darussalam Gontor, Indonesia

8.1.1.    Sejarah dan Visi Kepemimpinan

Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) didirikan pada tahun 1926 oleh tiga bersaudara, KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasyi, dengan tujuan membangun pendidikan Islam yang modern tanpa meninggalkan tradisi Islam klasik.³

Visi kepemimpinan di PMDG adalah membentuk insan yang memiliki integritas Islam dan wawasan global, sebagaimana termaktub dalam semboyannya:

"Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas."⁴

8.1.2.    Model Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan di PMDG menekankan pendekatan transformasional, yang meliputi:

1)                  Kemandirian dalam Pendidikan

PMDG tidak bergantung pada pemerintah atau pihak luar dalam mengelola lembaganya, yang menunjukkan ketahanan dan visi jangka panjang dalam pendidikan Islam.⁵

2)                  Penanaman Nilai Disiplin dan Akhlak Islami

Para santri diwajibkan menjalani pola hidup disiplin, di mana pendidikan tidak hanya berbasis akademik tetapi juga menekankan pembentukan karakter Islam.

3)                  Pendidikan Berbasis Kepemimpinan

Sistem kaderisasi di PMDG membentuk alumni yang siap menjadi pemimpin di berbagai sektor, baik dalam pendidikan, ekonomi, maupun sosial.

8.1.3.    Implementasi Prinsip Syura dalam Pengambilan Keputusan

PMDG menerapkan prinsip musyawarah (syura) dalam pengambilan keputusan, sebagaimana dianjurkan dalam Surah Asy-Syura [42] ayat 38:

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka."⁶

Para pemimpin di PMDG mengelola kebijakan lembaga melalui rapat rutin yang melibatkan kyai, pengurus pondok, serta alumni yang telah menjadi pemimpin di berbagai sektor.

8.2.       Studi Kasus 2: Kepemimpinan di Al-Azhar University, Mesir

8.2.1.    Sejarah dan Peran Strategis dalam Pendidikan Islam

Universitas Al-Azhar di Mesir didirikan pada tahun 970 M oleh Dinasti Fatimiyah sebagai pusat pendidikan Islam terbesar di dunia. Al-Azhar menjadi lembaga yang berperan dalam melahirkan ulama dan cendekiawan yang berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan Islam dan dunia.⁷

Kepemimpinan di Al-Azhar selalu menitikberatkan pada perpaduan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern dengan tetap mempertahankan prinsip Islam sebagai dasar pendidikan.

8.2.2.    Model Kepemimpinan Servant Leadership

Kepemimpinan di Al-Azhar menerapkan model servant leadership, di mana para pemimpin bertindak sebagai pelayan umat dalam bidang pendidikan dan keilmuan.⁸ Hal ini tercermin dalam:

1)                  Kemandirian Akademik dan Keulamaan

Rektor dan pengajar Al-Azhar tidak hanya berfungsi sebagai administrator, tetapi juga sebagai ulama dan pemimpin yang menjadi rujukan dalam berbagai persoalan umat.

2)                  Pendidikan Berbasis Wasathiyyah (Moderasi Islam)

Al-Azhar dikenal sebagai pelopor pendidikan Islam yang berbasis moderasi, menjembatani berbagai pemikiran Islam tanpa meninggalkan akar syariat.

3)                  Jaringan Global dalam Pendidikan Islam

Al-Azhar memiliki hubungan erat dengan berbagai lembaga pendidikan Islam di dunia, yang memungkinkan transfer ilmu dan budaya Islam di tingkat internasional.

8.2.3.    Implementasi Prinsip Keilmuan dan Keadilan

Dalam kepemimpinannya, Al-Azhar menekankan keadilan dalam penyebaran ilmu, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Ma’idah [05] ayat 8:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau kedua orang tua dan kaum kerabatmu."⁹

Al-Azhar memastikan bahwa keilmuan Islam diajarkan secara adil kepada semua kalangan tanpa memandang ras, kebangsaan, atau mazhab.

8.3.       Studi Kasus 3: Kepemimpinan di International Islamic University Malaysia (IIUM)

8.3.1.    Integrasi Ilmu Islam dan Ilmu Modern

International Islamic University Malaysia (IIUM) didirikan pada tahun 1983 dengan misi mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pendidikan tinggi berbasis sains dan teknologi.¹⁰

8.3.2.    Model Kepemimpinan Berbasis Inovasi dan Globalisasi

IIUM menerapkan kepemimpinan berbasis inovasi dengan beberapa strategi utama:

1)                  Penerapan Kurikulum Berbasis Islamisasi Ilmu

Menggabungkan nilai-nilai Islam dalam ilmu ekonomi, kedokteran, teknik, dan bidang lainnya.

2)                  Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Pembelajaran

Menjadi salah satu universitas Islam pertama yang menerapkan sistem e-learning berbasis Islam.

3)                  Jaringan Internasional dengan Lembaga Islam Dunia

Menjalin kerja sama dengan universitas-universitas Islam dari berbagai negara untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam global.

8.3.3.    Prinsip Keseimbangan antara Islam dan Ilmu Modern

IIUM menjalankan misi yang sejalan dengan prinsip Al-Qur'an dalam Surah Al-Mujadalah [58] ayat 11:

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."¹¹

Prinsip ini diterapkan dalam sistem pendidikan IIUM yang mendorong mahasiswanya untuk menjadi intelektual Muslim yang berkontribusi bagi peradaban dunia.


Kesimpulan

Ketiga studi kasus di atas menunjukkan bahwa keberhasilan kepemimpinan pendidikan Islam terletak pada visi yang jelas, manajemen yang baik, integrasi ilmu agama dan ilmu modern, serta penerapan prinsip-prinsip Islam dalam setiap aspek pengelolaan pendidikan.

Dengan meneladani kepemimpinan di Pondok Modern Darussalam Gontor, Al-Azhar University, dan IIUM, lembaga pendidikan Islam lainnya dapat menerapkan strategi serupa untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berbasis nilai-nilai Islam dan berdaya saing global.


Catatan Kaki

[1]                Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), 178.

[2]                Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sultaniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1996), 99.

[3]                H. Imam Zarkasyi, Pendidikan Gontor dan Kemandirian (Ponorogo: Trimurti Press, 2010), 47.

[4]                Ibid., 52.

[5]                Ibid., 66.

[6]                Al-Qur'an, Surah Asy-Syura [42] ayat 38.

[7]                Ahmad Amin, Dhuha al-Islam (Cairo: Dar al-Fikr, 1952), 94.

[8]                Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Awlawiyyat (Cairo: Dar al-Shuruq, 1995), 82.

[9]                Al-Qur'an, Surah Al-Ma’idah [5] ayat 8.

[10]             Mohd Kamal Hassan, Islamization of Knowledge (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2015), 132.

[11]             Al-Qur'an, Surah Al-Mujadalah [58] ayat 11.


9.           Penutup

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam mengelola dan mengembangkan lembaga pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Pemimpin pendidikan Islam tidak hanya bertanggung jawab dalam aspek administratif, tetapi juga dalam membentuk karakter, mengembangkan keilmuan, serta memastikan keberlanjutan pendidikan yang berkualitas sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.¹

Dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun menegaskan bahwa keberlanjutan sebuah peradaban sangat bergantung pada kualitas pendidikan dan kepemimpinan dalam pendidikan tersebut.² Dengan kepemimpinan yang efektif, lembaga pendidikan Islam dapat menjadi pusat pengembangan ilmu yang unggul dan tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman.

9.1.       Kesimpulan tentang Kepemimpinan Pendidikan Islam

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam pendidikan Islam harus berlandaskan prinsip-prinsip Islam, memiliki visi yang kuat, serta mampu menerapkan strategi manajerial yang efektif. Kepemimpinan yang baik dalam pendidikan Islam dapat diwujudkan melalui beberapa aspek utama:

1)                  Kepemimpinan yang Berorientasi pada Ketakwaan

Pemimpin pendidikan Islam harus memiliki ketakwaan kepada Allah sebagai landasan dalam menjalankan kepemimpinannya. Rasulullah Saw menegaskan dalam sabdanya:

"Sebaik-baik pemimpin di antara kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian."³

2)                  Pengelolaan Sumber Daya yang Profesional

Pemimpin pendidikan Islam harus mampu mengelola sumber daya manusia, finansial, dan akademik dengan efisien agar lembaga pendidikan dapat berkembang secara optimal.⁴

3)                  Kemampuan Beradaptasi dengan Perkembangan Zaman

Dengan perkembangan teknologi dan globalisasi, pemimpin pendidikan Islam harus dapat mengintegrasikan ilmu Islam dengan sains dan teknologi modern tanpa kehilangan nilai-nilai Islam.⁵

4)                  Penerapan Prinsip Musyawarah dalam Pengambilan Keputusan

Kepemimpinan dalam Islam mengutamakan prinsip syura (musyawarah) dalam setiap kebijakan, sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Asy-Syura 42] ayat 38:

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka."⁶

5)                  Membangun Budaya Akademik dan Karakter Islami

Pendidikan Islam bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi juga membentuk karakter peserta didik agar memiliki akhlak yang baik, disiplin, dan kepemimpinan Islami.⁷

9.2.       Rekomendasi bagi Pemimpin Lembaga Pendidikan Islam

Untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan dalam pendidikan Islam, beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan adalah:

1)                  Mengembangkan Program Pelatihan Kepemimpinan Islam

Pemimpin pendidikan Islam perlu mendapatkan pelatihan dalam manajemen pendidikan berbasis Islam, sehingga mereka memiliki kemampuan dalam mengelola lembaga pendidikan secara profesional dan Islami.⁸

2)                  Mendorong Inovasi dalam Kurikulum dan Metode Pembelajaran

Pemimpin harus mendorong inovasi dalam sistem pendidikan Islam dengan mengembangkan metode pembelajaran yang berbasis teknologi serta tetap mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kurikulum.⁹

3)                  Menjalin Kerja Sama dengan Lembaga Pendidikan Internasional

Untuk memperkuat kualitas pendidikan Islam, pemimpin lembaga pendidikan perlu menjalin kerja sama dengan universitas dan lembaga pendidikan Islam global, seperti Al-Azhar University, International Islamic University Malaysia (IIUM), dan Universitas Islam Madinah.¹⁰

4)                  Meningkatkan Peran Pesantren dan Madrasah sebagai Pusat Keilmuan

Pemimpin pendidikan Islam harus menjadikan pesantren dan madrasah sebagai pusat keilmuan yang tidak hanya berorientasi pada studi agama, tetapi juga dalam bidang ekonomi, sains, dan teknologi berbasis Islam.¹¹

9.3.       Harapan terhadap Masa Depan Kepemimpinan Pendidikan Islam

Masa depan kepemimpinan dalam pendidikan Islam bergantung pada kualitas pemimpin yang mampu menghadapi tantangan global tanpa mengorbankan prinsip-prinsip Islam. Harapan yang dapat dicapai dalam pengembangan kepemimpinan pendidikan Islam adalah:

1)                  Terwujudnya Lembaga Pendidikan Islam yang Unggul dan Kompetitif

Lembaga pendidikan Islam diharapkan mampu bersaing dengan sistem pendidikan global melalui peningkatan kualitas akademik, fasilitas, serta pengelolaan yang profesional.¹²

2)                  Munculnya Generasi Pemimpin Muslim yang Berwawasan Luas

Lembaga pendidikan Islam harus dapat melahirkan generasi pemimpin Muslim yang memiliki wawasan keislaman dan keilmuan modern, sehingga dapat berkontribusi dalam membangun peradaban Islam yang lebih maju.¹³

3)                  Peningkatan Kontribusi Pendidikan Islam dalam Pembangunan Umat

Dengan kepemimpinan yang baik, pendidikan Islam diharapkan dapat berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan sosial, ekonomi, dan politik di dunia Islam serta berkontribusi dalam kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.¹⁴


Kesimpulan Akhir

Kepemimpinan dalam pendidikan Islam bukan hanya sekadar menjalankan administrasi lembaga pendidikan, tetapi juga menciptakan transformasi peradaban berbasis nilai-nilai Islam. Dengan pemimpin yang amanah, berilmu, serta memiliki visi yang jelas, pendidikan Islam akan terus berkembang dan memberikan manfaat besar bagi umat manusia.

Sebagaimana dikatakan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas:

"Pendidikan Islam bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga pembentukan kepribadian yang bertakwa, berilmu, dan berakhlak mulia."¹⁵

Maka, dengan kepemimpinan yang kuat dan berlandaskan nilai-nilai Islam, lembaga pendidikan Islam dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang nyata bagi masa depan umat Islam dan dunia.


Catatan Kaki

[1]                Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 172.

[2]                Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), 186.

[3]                Muhammad bin Isma'il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2 (Beirut: Dar Ibn Kathir, 2002), 93.

[4]                Mohd Kamal Hassan, Islamic Leadership in Education: A Contemporary Perspective (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2019), 123.

[5]                Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Awlawiyyat (Cairo: Dar al-Shuruq, 1995), 90.

[6]                Al-Qur'an, Surah Asy-Syura [42] ayat 38.

[7]                Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, vol. 1 (Kairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), 108.

[8]                Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993), 145.

[9]                Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sultaniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1996), 101.

[10]             Ahmad Amin, Dhuha al-Islam (Cairo: Dar al-Fikr, 1952), 112.

[11]             Abu Zahrah, Tarikh al-Mazahib al-Islamiyyah (Cairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1957), 98.

[12]             Al-Qur'an, Surah Al-Mujadalah [58] ayat 11.

[13]             Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and the Philosophy of Science (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), 79.

[14]             Mohd Kamal Hassan, The Concept of Islamic Education (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2009), 154.

[15]             Syed Muhammad Naquib al-Attas, Aims and Objectives of Islamic Education (Kuala Lumpur: ISTAC, 1979), 63.


Daftar Pustaka

Al-Qur'an

Al-Qur'an dan terjemahannya. (n.d.). Kementerian Agama Republik Indonesia.

Buku dan Kitab Klasik

Al-Ghazali, I. (2002). Ihya’ Ulumuddin (Vol. 1). Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Al-Mawardi. (1996). Al-Ahkam as-Sultaniyyah. Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Ibnu Khaldun. (1992). Muqaddimah. Dar al-Fikr.

Imam Nawawi. (1999). Riyadhus Shalihin (Vol. 1). Dar Ibn Hazm.

Zahrah, A. (1957). Tarikh al-Mazahib al-Islamiyyah. Dar al-Fikr al-Arabi.

Buku dan Referensi Akademik

Amin, A. (1952). Dhuha al-Islam. Dar al-Fikr.

Hassan, M. K. (2009). The concept of Islamic education. IIUM Press.

Hassan, M. K. (2015). Islamization of knowledge. IIUM Press.

Hassan, M. K. (2019). Islamic leadership in education: A contemporary perspective. IIUM Press.

Mujib, A., & Mudzakkir, J. (2006). Ilmu pendidikan Islam. Kencana.

Qaradawi, Y. (1995). Fiqh al-awlawiyyat. Dar al-Shuruq.

Zarkasyi, H. I. (2010). Pendidikan Gontor dan kemandirian. Trimurti Press.

Buku tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan

Al-Attas, S. M. N. (1979). Aims and objectives of Islamic education. ISTAC.

Al-Attas, S. M. N. (1993). Islam and secularism. ISTAC.

Al-Attas, S. M. N. (1995). Islam and the philosophy of science. ISTAC.

Hadis

Al-Bukhari, M. I. (2002). Sahih al-Bukhari (Vol. 2). Dar Ibn Kathir.

Abu Dawud, S. (2004). Sunan Abi Dawud (Vol. 1). Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Referensi Manajemen dan Kepemimpinan

Bass, B. M. (1985). Leadership and performance beyond expectations. Free Press.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar