Selasa, 19 Agustus 2025

Pendekatan dalam Pembelajaran: Konsep, Klasifikasi, dan Prinsip Pemilihan untuk Pendidikan Berkualitas

Pendekatan dalam Pembelajaran

Konsep, Klasifikasi, dan Prinsip Pemilihan untuk Pendidikan Berkualitas


Alihkan ke: Strategi Pembelajaran.

Saintific-TPACKPendekatan Deep Learning.


Abstrak

Artikel ini membahas secara komprehensif konsep, klasifikasi, fungsi, dan prinsip pemilihan pendekatan dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dipahami sebagai kerangka konseptual yang menjadi landasan filosofis, teoritis, dan praktis bagi guru dalam merancang proses belajar-mengajar. Artikel ini menjelaskan klasifikasi pendekatan berdasarkan orientasi teori belajar, sumber teori belajar, serta regulasi dan kurikulum yang berlaku di Indonesia, termasuk Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dan Kurikulum Merdeka yang menekankan diferensiasi dan otonomi belajar. Selanjutnya, dibahas fungsi pendekatan sebagai landasan pedagogis, pedoman proses pembelajaran, serta sarana pengembangan profesionalisme guru. Artikel ini juga menyoroti prinsip-prinsip pemilihan pendekatan yang meliputi kesesuaian tujuan, relevansi dengan karakteristik peserta didik, kontekstualitas, fleksibilitas, dan efektivitas. Keseluruhan pembahasan menegaskan pentingnya pemilihan pendekatan yang tepat agar pembelajaran dapat berlangsung efektif, bermakna, dan relevan dengan konteks pendidikan modern.

Kata kunci: pendekatan pembelajaran, teori belajar, Kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka, prinsip pedagogis.


PEMBAHASAN

Pendekatan Pembelajaran dalam Perspektif Teori dan Regulasi Pendidikan di Indonesia


1.           Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan, istilah pendekatan pembelajaran memiliki peranan fundamental sebagai kerangka konseptual yang menentukan arah, strategi, dan praktik pengajaran. Pendekatan pembelajaran dipahami sebagai cara pandang umum atau perspektif filosofis yang melandasi pemilihan metode, strategi, dan teknik yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.¹ Dengan kata lain, pendekatan berfungsi sebagai payung konseptual yang menghubungkan teori belajar dengan praktik mengajar di kelas.

Pendidikan modern menekankan bahwa pendekatan pembelajaran tidak bersifat tunggal, melainkan lahir dari beragam teori belajar dan paradigma pedagogis.² Dari sudut pandang psikologi pendidikan, muncul beragam pendekatan seperti behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik, dan humanistik, yang masing-masing memiliki orientasi berbeda terhadap hakikat belajar dan cara siswa memperoleh pengetahuan.³ Di Indonesia sendiri, implementasi pendekatan pembelajaran juga diwarnai oleh regulasi kurikulum, misalnya Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, serta Kurikulum Merdeka yang menekankan diferensiasi dan kemandirian belajar.⁴

Kehadiran berbagai pendekatan ini menegaskan bahwa pembelajaran tidak dapat dipandang sebagai aktivitas teknis semata, tetapi juga sebagai praktik ilmiah, filosofis, dan kontekstual. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan tujuan, karakteristik peserta didik, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.⁵ Dengan demikian, pemahaman mendalam terhadap pendekatan dalam pembelajaran menjadi kunci bagi peningkatan kualitas proses belajar-mengajar dan pencapaian tujuan pendidikan secara lebih optimal.


Footnotes

[1]                Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 152.

[2]                H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching, 6th ed. (New York: Pearson Education, 2014), 8.

[3]                Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 189.

[4]                Kemendikbud, Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016).

[5]                Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 45.


2.           Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran merupakan konsep dasar yang menjadi landasan filosofis, teoritis, dan konseptual bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Secara umum, pendekatan pembelajaran dapat dipahami sebagai sudut pandang atau titik tolak dalam memandang pembelajaran yang mewarnai pemilihan strategi, metode, dan teknik pengajaran.¹ Dengan kata lain, pendekatan bukanlah sekadar praktik teknis, melainkan kerangka berpikir yang memberi arah terhadap seluruh proses pembelajaran.

Menurut Nana Sudjana, pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang suatu permasalahan atau objek kajian pembelajaran yang dijadikan dasar dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat.² Senada dengan itu, Wina Sanjaya menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan seperangkat asumsi atau keyakinan yang digunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.³ Definisi ini menegaskan bahwa pendekatan berfungsi sebagai landasan filosofis dan konseptual dalam proses pendidikan.

Dalam ranah psikologi pendidikan, pendekatan pembelajaran juga sering dikaitkan dengan teori belajar yang mendasarinya. Robert E. Slavin menegaskan bahwa berbagai teori belajar—baik behavioristik, kognitif, maupun konstruktivistik—melahirkan corak pendekatan yang berbeda terhadap bagaimana siswa memperoleh pengetahuan.⁴ Oleh karena itu, memahami pengertian pendekatan pembelajaran berarti juga memahami pijakan teoritis yang melandasi praktik pendidikan.

Dengan demikian, pengertian pendekatan pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari dua aspek utama, yaitu: (1) kerangka filosofis-teoretis yang menjadi dasar cara pandang guru terhadap pembelajaran, dan (2) implikasi praktis dalam pemilihan strategi, metode, dan teknik yang sesuai dengan tujuan, karakteristik peserta didik, serta konteks pendidikan. Pemahaman yang komprehensif mengenai pengertian ini akan membantu guru dalam merancang proses pembelajaran yang lebih efektif, bermakna, dan kontekstual.


Footnotes

[1]                Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 57.

[2]                Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 76.

[3]                Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 41.

[4]                Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 189.


3.           Klasifikasi Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Orientasi Teori Belajar

Pendekatan pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan orientasi teori belajar yang mendasarinya. Secara garis besar, terdapat dua orientasi utama, yaitu pendekatan ekspositoris (teacher-centered) dan pendekatan inkuiri/discovery (student-centered).¹ Klasifikasi ini lahir dari perbedaan sudut pandang para ahli tentang bagaimana proses belajar berlangsung serta bagaimana peran guru dan siswa dalam pembelajaran.

3.1.       Pendekatan Ekspositoris (Teacher-Centered)

Pendekatan ekspositoris menempatkan guru sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar. Dalam orientasi ini, pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus ditransfer dari guru kepada siswa.² Guru berperan dominan dalam mengendalikan jalannya pembelajaran, sementara siswa lebih berperan sebagai penerima informasi.³

Kelebihan dari pendekatan ini adalah efisiensi waktu dalam penyampaian materi, kejelasan struktur informasi, serta kemudahan guru dalam mengontrol kelas.⁴ Namun demikian, pendekatan ekspositoris sering dikritik karena cenderung mengurangi kemandirian belajar siswa, kurang memberi ruang bagi kreativitas, serta berpotensi menumbuhkan pembelajaran yang pasif.⁵

3.2.       Pendekatan Inkuiri/Discovery (Student-Centered)

Berbeda dengan ekspositoris, pendekatan inkuiri/discovery berorientasi pada siswa sebagai pusat pembelajaran. Dalam orientasi ini, pengetahuan tidak diberikan secara langsung, tetapi ditemukan sendiri oleh siswa melalui proses eksplorasi, observasi, dan pemecahan masalah.⁶ Jerome Bruner menegaskan bahwa belajar akan lebih bermakna apabila siswa terlibat langsung dalam proses penemuan, karena hal itu dapat menumbuhkan motivasi intrinsik dan pemahaman yang lebih mendalam.⁷

Pendekatan inkuiri/discovery menuntut peran aktif siswa dalam merumuskan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa agar dapat membangun pengetahuan secara mandiri.⁸ Kelebihan pendekatan ini adalah meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, serta kemampuan pemecahan masalah. Namun, pendekatan ini memerlukan waktu yang lebih lama, perencanaan yang matang, serta kesiapan guru dan siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar.⁹

Dengan demikian, klasifikasi pendekatan berdasarkan orientasi teori belajar menunjukkan adanya dua kutub yang berbeda: ekspositoris yang menekankan peran guru dan transfer pengetahuan, serta inkuiri/discovery yang menekankan peran siswa dan proses penemuan. Kedua pendekatan ini dapat dipandang saling melengkapi, tergantung pada tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, serta konteks pembelajaran yang dihadapi.


Footnotes

[1]                Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 80.

[2]                Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 63.

[3]                Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 45.

[4]                H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching, 6th ed. (New York: Pearson Education, 2014), 8.

[5]                Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 190.

[6]                Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 43.

[7]                Jerome S. Bruner, The Process of Education (Cambridge: Harvard University Press, 1960), 72.

[8]                John W. Santrock, Educational Psychology, 6th ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 238.

[9]                Eggen, Paul, and Don Kauchak, Educational Psychology: Windows on Classrooms, 10th ed. (Boston: Pearson, 2016), 274.


4.           Klasifikasi Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Sumber Teori Belajar

Selain berdasarkan orientasi umum, pendekatan pembelajaran juga dapat diklasifikasikan menurut sumber teori belajar yang melandasinya. Teori belajar berfungsi sebagai fondasi konseptual dalam memahami bagaimana peserta didik memperoleh, mengolah, dan menginternalisasi pengetahuan.¹ Dari perspektif ini, terdapat empat pendekatan utama: behavioristik, kognitif, konstruktivistik, dan humanistik.

4.1.       Pendekatan Behavioristik

Pendekatan ini berlandaskan teori belajar behaviorisme yang menekankan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat diamati sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respons.² Tokoh utama seperti B.F. Skinner berpendapat bahwa penguatan (reinforcement) melalui hadiah atau hukuman berperan penting dalam membentuk perilaku belajar.³ Dalam praktik pendidikan, pendekatan ini banyak digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan latihan berulang (drill) dan pembentukan kebiasaan.

4.2.       Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif menekankan pada proses mental internal yang terlibat dalam pembelajaran, seperti mengingat, memahami, menalar, dan memecahkan masalah.⁴ Jean Piaget menegaskan bahwa belajar merupakan proses aktif membangun struktur kognitif melalui tahap-tahap perkembangan intelektual.⁵ Dengan demikian, pendekatan kognitif menempatkan siswa sebagai individu yang aktif dalam mengorganisasi informasi dan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.

4.3.       Pendekatan Konstruktivistik

Berlandaskan pada pandangan konstruktivisme, pendekatan ini menekankan bahwa pengetahuan tidak ditransfer begitu saja, melainkan dibangun oleh siswa melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman belajar.⁶ Lev Vygotsky menekankan pentingnya zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) dan interaksi sosial dalam membentuk pengetahuan.⁷ Dalam praktiknya, pendekatan ini mendorong pembelajaran kolaboratif, pemecahan masalah, dan proyek berbasis pengalaman nyata.

4.4.       Pendekatan Humanistik

Pendekatan ini bertolak dari teori belajar humanistik yang menekankan pada perkembangan potensi diri, pemenuhan kebutuhan, serta pengalaman subjektif peserta didik.⁸ Tokoh seperti Abraham Maslow dengan hierarki kebutuhan dan Carl Rogers dengan student-centered learning menekankan pentingnya motivasi intrinsik, aktualisasi diri, dan suasana belajar yang kondusif.⁹ Dalam konteks ini, guru berperan bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator, konselor, dan pembimbing dalam membantu siswa berkembang secara holistik.

Dengan demikian, klasifikasi berdasarkan sumber teori belajar menegaskan bahwa setiap pendekatan memiliki titik tekan yang berbeda: behavioristik pada perilaku yang dapat diamati, kognitif pada proses mental, konstruktivistik pada proses membangun pengetahuan, dan humanistik pada perkembangan pribadi siswa secara menyeluruh. Keempat pendekatan ini dapat saling melengkapi, tergantung tujuan, karakteristik peserta didik, serta konteks pembelajaran.


Footnotes

[1]                Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 185.

[2]                B.F. Skinner, Science and Human Behavior (New York: Free Press, 1953), 61.

[3]                Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 89.

[4]                John W. Santrock, Educational Psychology, 6th ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 237.

[5]                Jean Piaget, The Psychology of Intelligence (London: Routledge & Kegan Paul, 1950), 12.

[6]                Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 44.

[7]                Lev S. Vygotsky, Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes (Cambridge: Harvard University Press, 1978), 86.

[8]                Abraham H. Maslow, Motivation and Personality, 2nd ed. (New York: Harper & Row, 1970), 35.

[9]                Carl R. Rogers, Freedom to Learn for the 80’s (Columbus: Charles E. Merrill, 1983), 106.


5.           Klasifikasi Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum dan Regulasi di Indonesia

Konteks pendidikan di Indonesia memberikan warna tersendiri dalam klasifikasi pendekatan pembelajaran. Regulasi kurikulum yang ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) berimplikasi langsung terhadap paradigma dan pendekatan yang digunakan guru dalam mengelola proses belajar.¹ Dua kurikulum utama yang menjadi tonggak dalam beberapa dekade terakhir adalah Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka.

5.1.       Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan saintifik yang mencakup lima langkah utama: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasi, dan mengomunikasikan.² Pendekatan ini dirancang untuk membiasakan peserta didik berpikir kritis, sistematis, dan berbasis evidensi sebagaimana dalam kerja ilmiah.³

Pendekatan saintifik sejalan dengan pandangan konstruktivistik yang menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam membangun pengetahuan. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan proses agar sesuai dengan prosedur ilmiah.⁴ Selain itu, pendekatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi, keterampilan abad ke-21 (4C: critical thinking, creativity, collaboration, communication), serta pembentukan karakter.⁵

5.2.       Pendekatan Merdeka Belajar dalam Kurikulum Merdeka

Sejak tahun 2020, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memperkenalkan paradigma baru melalui program Merdeka Belajar yang melahirkan Kurikulum Merdeka.⁶ Pendekatan ini menekankan pada diferensiasi pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik. Tujuannya adalah memberikan ruang bagi siswa untuk belajar secara lebih otonom, fleksibel, dan kontekstual.⁷

Kurikulum Merdeka memperkenalkan projek penguatan profil pelajar Pancasila sebagai salah satu bentuk pembelajaran berbasis pengalaman nyata.⁸ Pendekatan ini mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sekaligus, sehingga siswa tidak hanya memahami pengetahuan tetapi juga mampu menginternalisasikan nilai-nilai kebangsaan, kebinekaan, gotong royong, serta keberlanjutan lingkungan.⁹

5.3.       Integrasi Teknologi melalui TPACK

Selain itu, perkembangan teknologi informasi mendorong penerapan pendekatan TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang diadaptasi dalam kebijakan pendidikan digital di Indonesia.¹⁰ TPACK menekankan bahwa guru harus menguasai tiga aspek utama: pengetahuan konten, pedagogi, dan teknologi secara integratif. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan transformasi digital pendidikan di era revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0.¹¹

Dengan demikian, regulasi kurikulum di Indonesia menegaskan bahwa pendekatan pembelajaran tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga normatif dan kontekstual. Penerapan pendekatan saintifik, merdeka belajar, dan TPACK menunjukkan adanya upaya untuk menyesuaikan proses pendidikan dengan tuntutan global sekaligus nilai-nilai kebangsaan.


Footnotes

[1]                Kemendikbud, Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016).

[2]                Kemendikbud, Buku Guru: Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VII (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), 3.

[3]                Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 67.

[4]                Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 51.

[5]                Abidin, Yunus, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013 (Bandung: Refika Aditama, 2014), 45.

[6]                Kemendikbudristek, Kurikulum Merdeka (Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2022), 2.

[7]                Muhammad Nuh, Merdeka Belajar (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2020), 18.

[8]                Kemendikbudristek, Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2022), 12.

[9]                Ibid., 20.

[10]             Punya, Fredy, dan Yuni Fitriyani, “Integrasi TPACK dalam Pembelajaran Abad 21 di Indonesia,” Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi 6, no. 2 (2021): 145.

[11]             Koehler, Matthew J., and Punya Mishra, “What Is Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)?” Contemporary Issues in Technology and Teacher Education 9, no. 1 (2009): 67.


6.           Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran memiliki fungsi penting dalam keseluruhan proses pendidikan karena ia berperan sebagai kerangka konseptual yang menghubungkan antara teori dan praktik pembelajaran. Tanpa adanya pendekatan yang jelas, pembelajaran cenderung bersifat pragmatis, fragmentaris, dan tidak memiliki arah yang terstruktur.¹

Pertama, pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai landasan filosofis dan teoritis bagi guru dalam menyusun perencanaan, memilih strategi, serta menentukan metode pembelajaran.² Misalnya, guru yang berorientasi pada pendekatan konstruktivistik akan cenderung memilih strategi pembelajaran berbasis proyek atau inkuiri, berbeda dengan guru yang berorientasi pada behavioristik yang lebih memilih strategi drill atau latihan terstruktur. Dengan demikian, pendekatan memberikan kerangka berpikir yang koheren dalam praktik mengajar.

Kedua, pendekatan berfungsi sebagai pedoman dalam mengarahkan proses pembelajaran.³ Guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi, tetapi juga memastikan bahwa strategi yang dipilih selaras dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Pendekatan berperan sebagai kompas yang membantu guru menjaga konsistensi antara tujuan, materi, metode, dan evaluasi.

Ketiga, pendekatan pembelajaran memiliki fungsi adaptif dan kontekstual. Hal ini berarti pendekatan memungkinkan guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kondisi nyata, baik terkait kesiapan siswa, ketersediaan sarana, maupun dinamika lingkungan sosial.⁴ Dengan fungsi adaptif ini, pembelajaran dapat berlangsung lebih fleksibel dan relevan dengan kebutuhan peserta didik.

Keempat, pendekatan berfungsi sebagai penghubung antara teori belajar dan praktik kelas. Seperti ditegaskan Slavin, teori belajar pada dasarnya harus diwujudkan dalam praktik nyata agar dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan efektivitas belajar.⁵ Dengan memahami pendekatan, guru dapat menerjemahkan konsep-konsep teoretis menjadi strategi konkret yang mudah diimplementasikan.

Akhirnya, pendekatan juga berfungsi dalam pengembangan profesionalisme guru.⁶ Guru yang memahami dan menguasai berbagai pendekatan akan lebih kreatif, inovatif, dan reflektif dalam menghadapi tantangan pembelajaran. Dengan kata lain, penguasaan pendekatan tidak hanya bermanfaat bagi siswa, tetapi juga memperkuat kapasitas pedagogis guru dalam jangka panjang.

Dengan demikian, fungsi pendekatan dalam pembelajaran mencakup dimensi filosofis, pedagogis, praktis, dan profesional. Hal ini menjadikannya elemen esensial yang tidak dapat diabaikan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas, relevan, dan berkelanjutan.


Footnotes

[1]                Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 59.

[2]                Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 78.

[3]                Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 47.

[4]                Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 52.

[5]                Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 191.

[6]                John W. Santrock, Educational Psychology, 6th ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 242.


7.           Prinsip Pemilihan Pendekatan

Pemilihan pendekatan dalam pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, melainkan harus didasarkan pada prinsip-prinsip pedagogis yang menjamin kesesuaian antara tujuan, karakteristik peserta didik, serta konteks pembelajaran. Prinsip ini penting agar proses belajar-mengajar berjalan efektif, efisien, dan bermakna.¹

7.1.       Prinsip Kesesuaian dengan Tujuan Pembelajaran

Setiap pendekatan harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.² Misalnya, tujuan yang menekankan pada penguasaan keterampilan berpikir kritis lebih tepat menggunakan pendekatan inkuiri atau konstruktivistik, sementara tujuan yang berorientasi pada keterampilan dasar tertentu dapat menggunakan pendekatan behavioristik.

7.2.       Prinsip Relevansi dengan Karakteristik Peserta Didik

Peserta didik memiliki latar belakang, gaya belajar, serta tingkat perkembangan kognitif yang berbeda.³ Jean Piaget menegaskan bahwa tahap perkembangan intelektual menentukan bagaimana siswa memahami informasi.⁴ Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran harus disesuaikan dengan usia, pengalaman belajar, dan kesiapan peserta didik agar proses pembelajaran dapat optimal.

7.3.       Prinsip Kontekstualitas

Pendekatan juga harus relevan dengan kondisi nyata, baik dari segi sarana prasarana, lingkungan belajar, maupun situasi sosial budaya.⁵ Misalnya, pendekatan berbasis teknologi digital dapat efektif di sekolah dengan fasilitas TIK memadai, tetapi kurang relevan bila infrastruktur masih terbatas. Prinsip kontekstual ini menjamin bahwa pembelajaran tidak bersifat idealistik semata, melainkan realistis dan aplikatif.

7.4.       Prinsip Fleksibilitas dan Adaptabilitas

Pendekatan pembelajaran sebaiknya tidak bersifat kaku, melainkan fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan peserta didik.⁶ Guru yang profesional dituntut mampu melakukan inovasi dengan mengombinasikan berbagai pendekatan sesuai dinamika pembelajaran di kelas.

7.5.       Prinsip Efektivitas dan Efisiensi

Pendekatan juga harus memperhatikan efektivitas dalam pencapaian tujuan serta efisiensi penggunaan waktu dan sumber daya.⁷ Pendekatan yang terlalu kompleks dan memerlukan waktu panjang kurang sesuai untuk materi faktual yang bersifat sederhana. Sebaliknya, pendekatan yang lebih interaktif dan kolaboratif akan lebih efektif untuk pembelajaran yang menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Dengan berpegang pada prinsip-prinsip tersebut, guru dapat memilih pendekatan yang paling tepat untuk menciptakan pembelajaran yang tidak hanya sesuai dengan tujuan kurikulum, tetapi juga bermakna bagi perkembangan peserta didik dalam konteks kehidupan nyata.


Footnotes

[1]                Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 61.

[2]                Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 83.

[3]                Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 50.

[4]                Jean Piaget, The Psychology of Intelligence (London: Routledge & Kegan Paul, 1950), 15.

[5]                Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 53.

[6]                Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 192.

[7]                John W. Santrock, Educational Psychology, 6th ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 246.


8.           Penutup

Pendekatan dalam pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menentukan arah, strategi, serta metode yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar. Keberadaan pendekatan menjadi sangat penting karena ia berfungsi sebagai landasan filosofis sekaligus operasional dalam merancang pengalaman belajar yang bermakna.¹ Tanpa pemilihan pendekatan yang tepat, pembelajaran berisiko kehilangan relevansi, efektivitas, dan daya tarik bagi peserta didik.

Seiring perkembangan teori belajar, pendekatan dalam pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan orientasi teoretis, sumber pengetahuan, serta regulasi pendidikan yang berlaku.² Dari perspektif psikologi pendidikan, pendekatan behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik, hingga humanistik menunjukkan bahwa tidak ada satu pendekatan yang bersifat tunggal dan mutlak, melainkan saling melengkapi sesuai kebutuhan.³ Dalam konteks Indonesia, regulasi kurikulum menuntut penerapan pendekatan yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tujuan pendidikan nasional, serta perkembangan global, sehingga guru dituntut mampu bersikap fleksibel dan adaptif.⁴

Fungsi pendekatan tidak hanya sebagai alat pedagogis, melainkan juga sebagai sarana membangun proses belajar yang humanis, kritis, dan kontekstual.⁵ Oleh sebab itu, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan pendekatan, mulai dari kesesuaian tujuan, karakteristik peserta didik, hingga efektivitas penggunaan sumber daya.⁶ Dengan demikian, pendekatan dalam pembelajaran tidak sekadar pilihan teknis, tetapi juga keputusan strategis yang mencerminkan visi pendidikan dalam membentuk generasi yang cerdas, berkarakter, dan mampu menghadapi tantangan zaman.

Sebagai kesimpulan, pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat harus dilandasi pemahaman mendalam tentang teori pendidikan, kebutuhan peserta didik, serta konteks kurikulum yang berlaku.⁷ Hal ini menuntut guru untuk terus belajar, melakukan refleksi, dan berinovasi agar pembelajaran tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga transformatif, sesuai dengan tujuan luhur pendidikan.⁸


Footnotes

[1]                Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 57.

[2]                Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 188.

[3]                Jean Piaget, The Psychology of Intelligence (London: Routledge & Kegan Paul, 1950), 21.

[4]                Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Kurikulum Merdeka: Pedoman Implementasi (Jakarta: Kemendikbudristek, 2022), 10.

[5]                Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 52.

[6]                Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 85.

[7]                Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 59.

[8]                John W. Santrock, Educational Psychology, 6th ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 250.


Daftar Pustaka

Hamalik, O. (2008). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kemendikbudristek. (2022). Kurikulum Merdeka: Pedoman implementasi. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Piaget, J. (1950). The psychology of intelligence. London: Routledge & Kegan Paul.

Santrock, J. W. (2011). Educational psychology (6th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Sanjaya, W. (2011). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slavin, R. E. (2018). Educational psychology: Theory and practice (12th ed.). Boston, MA: Pearson.

Sudjana, N. (2009). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Trianto. (2010). Model pembelajaran terpadu: Konsep, strategi, dan implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.


Lampiran: Pendekatan dalam Pembelajaran

1.            Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang atau cara pandang umum seorang guru dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Ia bersifat filosofis-teoritis, sehingga menjadi landasan dalam memilih metode, strategi, dan teknik mengajar. Pendekatan tidak langsung menunjuk pada praktik tertentu, tetapi lebih kepada arah dan kerangka berpikir dalam pembelajaran.

2.            Klasifikasi Pendekatan Pembelajaran

2.1.        Berdasarkan Orientasi Teori Belajar

1)                  Pendekatan Ekspositoris (teacher-centered)

þ Guru sebagai pusat pembelajaran.

þ Pengetahuan ditransfer dari guru ke siswa.

þ Menekankan pada ceramah, penjelasan, dan latihan.

þ Cocok untuk materi faktual dan konseptual.

2)                  Pendekatan Inkuiri/Discovery (student-centered)

þ Siswa sebagai pusat pembelajaran.

þ Pengetahuan ditemukan melalui pengalaman belajar langsung.

þ Menekankan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan problem solving.

2.2.        Berdasarkan Sumber Teori Belajar

1)                  Pendekatan Behavioristik

þ Belajar = perubahan perilaku yang dapat diamati.

þ Guru memberi stimulus → siswa merespon → diperkuat dengan reward/punishment.

2)                  Pendekatan Kognitif

þ Belajar = proses mental (mengingat, memahami, menalar).

þ Menekankan pada pengorganisasian pengetahuan dan skemata.

3)                  Pendekatan Konstruktivistik

þ Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui interaksi dengan lingkungan.

þ Guru berperan sebagai fasilitator.

4)                  Pendekatan Humanistik

þ Belajar menekankan pada pengembangan diri, sikap, nilai, dan aktualisasi potensi siswa.

þ Relasi guru-siswa menekankan empati dan penghargaan.

2.3.        Berdasarkan Kurikulum dan Regulasi di Indonesia

1)                  Pendekatan Saintifik

þ Mengamati → Menanya → Mengumpulkan data → Mengasosiasi → Mengkomunikasikan.

þ Diterapkan dalam Kurikulum 2013.

2)                  Pendekatan TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge)

þ Mengintegrasikan aspek teknologi, pedagogi, dan konten (materi).

þ Relevan di era digital.

3)                  Pendekatan Merdeka Belajar

þ Menekankan pada diferensiasi, kemandirian, dan personalisasi belajar sesuai minat dan bakat siswa.

3.            Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran

·                     Sebagai kerangka berpikir dalam merancang pembelajaran.

·                     Sebagai arah dan pedoman pemilihan metode dan strategi.

·                     Menjadi jembatan antara teori belajar dengan praktik di kelas.

·                     Mewujudkan kesesuaian dengan tujuan pendidikan, karakteristik siswa, dan konteks sosial-budaya.

4.            Prinsip Pemilihan Pendekatan

·                     Sesuai tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, psikomotorik).

·                     Sesuai karakteristik siswa (usia, latar belakang, gaya belajar).

·                     Sesuai konteks (kondisi kelas, fasilitas, kurikulum).

·                     Fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar