Pendekatan
dalam Pembelajaran
Konsep, Klasifikasi, dan
Prinsip Pemilihan untuk Pendidikan Berkualitas
Alihkan ke: Strategi
Pembelajaran.
Saintific-TPACK, Pendekatan Deep Learning.
Abstrak
Artikel ini membahas secara komprehensif
konsep, klasifikasi, fungsi, dan prinsip pemilihan pendekatan dalam
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dipahami sebagai kerangka konseptual yang
menjadi landasan filosofis, teoritis, dan praktis bagi guru dalam merancang
proses belajar-mengajar. Artikel ini menjelaskan klasifikasi pendekatan
berdasarkan orientasi teori belajar, sumber teori belajar, serta regulasi dan
kurikulum yang berlaku di Indonesia, termasuk Kurikulum 2013 dengan pendekatan
saintifik dan Kurikulum Merdeka yang menekankan diferensiasi dan otonomi
belajar. Selanjutnya, dibahas fungsi pendekatan sebagai landasan pedagogis,
pedoman proses pembelajaran, serta sarana pengembangan profesionalisme guru.
Artikel ini juga menyoroti prinsip-prinsip pemilihan pendekatan yang meliputi
kesesuaian tujuan, relevansi dengan karakteristik peserta didik,
kontekstualitas, fleksibilitas, dan efektivitas. Keseluruhan pembahasan
menegaskan pentingnya pemilihan pendekatan yang tepat agar pembelajaran dapat
berlangsung efektif, bermakna, dan relevan dengan konteks pendidikan modern.
Kata kunci: pendekatan
pembelajaran, teori belajar, Kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka, prinsip
pedagogis.
PEMBAHASAN
Pendekatan Pembelajaran dalam
Perspektif Teori dan Regulasi Pendidikan di Indonesia
1.
Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, istilah pendekatan pembelajaran memiliki
peranan fundamental sebagai kerangka konseptual yang menentukan arah, strategi,
dan praktik pengajaran. Pendekatan pembelajaran dipahami sebagai cara pandang
umum atau perspektif filosofis yang melandasi pemilihan metode, strategi, dan
teknik yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.¹ Dengan
kata lain, pendekatan berfungsi sebagai payung konseptual yang menghubungkan
teori belajar dengan praktik mengajar di kelas.
Pendidikan modern menekankan bahwa pendekatan pembelajaran tidak
bersifat tunggal, melainkan lahir dari beragam teori belajar dan paradigma
pedagogis.² Dari sudut pandang psikologi pendidikan, muncul beragam pendekatan
seperti behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik, dan humanistik, yang
masing-masing memiliki orientasi berbeda terhadap hakikat belajar dan cara
siswa memperoleh pengetahuan.³ Di Indonesia sendiri, implementasi pendekatan
pembelajaran juga diwarnai oleh regulasi kurikulum, misalnya Kurikulum 2013
dengan pendekatan saintifik, serta Kurikulum Merdeka yang menekankan
diferensiasi dan kemandirian belajar.⁴
Kehadiran berbagai pendekatan ini
menegaskan bahwa pembelajaran tidak dapat dipandang sebagai aktivitas teknis
semata, tetapi juga sebagai praktik ilmiah, filosofis, dan kontekstual. Guru
sebagai fasilitator dituntut untuk mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan
tujuan, karakteristik peserta didik, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.⁵ Dengan demikian, pemahaman mendalam terhadap pendekatan dalam
pembelajaran menjadi kunci bagi peningkatan kualitas proses belajar-mengajar
dan pencapaian tujuan pendidikan secara lebih optimal.
Footnotes
[1]
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 152.
[2]
H. Douglas Brown, Principles of Language Learning
and Teaching, 6th ed. (New York: Pearson Education, 2014), 8.
[3]
Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory
and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 189.
[4]
Kemendikbud,
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016).
[5]
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 45.
2.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan konsep dasar yang menjadi landasan
filosofis, teoritis, dan konseptual bagi guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar. Secara umum, pendekatan pembelajaran dapat dipahami sebagai
sudut pandang atau titik tolak dalam memandang pembelajaran yang mewarnai
pemilihan strategi, metode, dan teknik pengajaran.¹ Dengan kata lain,
pendekatan bukanlah sekadar praktik teknis, melainkan kerangka berpikir yang
memberi arah terhadap seluruh proses pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana, pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam
memandang suatu permasalahan atau objek kajian pembelajaran yang dijadikan
dasar dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat.² Senada dengan itu, Wina
Sanjaya menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan seperangkat asumsi
atau keyakinan yang digunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran.³ Definisi ini menegaskan bahwa pendekatan
berfungsi sebagai landasan filosofis dan konseptual dalam proses pendidikan.
Dalam ranah psikologi pendidikan, pendekatan pembelajaran juga sering
dikaitkan dengan teori belajar yang mendasarinya. Robert E. Slavin menegaskan
bahwa berbagai teori belajar—baik behavioristik, kognitif, maupun
konstruktivistik—melahirkan corak pendekatan yang berbeda terhadap bagaimana
siswa memperoleh pengetahuan.⁴ Oleh karena itu, memahami pengertian pendekatan
pembelajaran berarti juga memahami pijakan teoritis yang melandasi praktik
pendidikan.
Dengan demikian, pengertian pendekatan pembelajaran tidak dapat
dilepaskan dari dua aspek utama, yaitu: (1) kerangka filosofis-teoretis yang
menjadi dasar cara pandang guru terhadap pembelajaran, dan (2) implikasi
praktis dalam pemilihan strategi, metode, dan teknik yang sesuai dengan tujuan,
karakteristik peserta didik, serta konteks pendidikan. Pemahaman yang
komprehensif mengenai pengertian ini akan membantu guru dalam merancang proses
pembelajaran yang lebih efektif, bermakna, dan kontekstual.
Footnotes
[1]
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 57.
[2]
Nana
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), 76.
[3]
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 41.
[4]
Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory
and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 189.
3.
Klasifikasi Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan
Orientasi Teori Belajar
Pendekatan pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan orientasi
teori belajar yang mendasarinya. Secara garis besar, terdapat dua orientasi
utama, yaitu pendekatan ekspositoris (teacher-centered) dan pendekatan
inkuiri/discovery (student-centered).¹ Klasifikasi ini lahir dari
perbedaan sudut pandang para ahli tentang bagaimana proses belajar berlangsung
serta bagaimana peran guru dan siswa dalam pembelajaran.
3.1.
Pendekatan
Ekspositoris (Teacher-Centered)
Pendekatan ekspositoris menempatkan guru sebagai pusat kegiatan
belajar-mengajar. Dalam orientasi ini, pengetahuan dipandang sebagai sesuatu
yang sudah jadi dan harus ditransfer dari guru kepada siswa.² Guru berperan
dominan dalam mengendalikan jalannya pembelajaran, sementara siswa lebih
berperan sebagai penerima informasi.³
Kelebihan dari pendekatan ini adalah efisiensi waktu dalam penyampaian
materi, kejelasan struktur informasi, serta kemudahan guru dalam mengontrol
kelas.⁴ Namun demikian, pendekatan ekspositoris sering dikritik karena
cenderung mengurangi kemandirian belajar siswa, kurang memberi ruang bagi
kreativitas, serta berpotensi menumbuhkan pembelajaran yang pasif.⁵
3.2.
Pendekatan
Inkuiri/Discovery (Student-Centered)
Berbeda dengan ekspositoris, pendekatan inkuiri/discovery berorientasi
pada siswa sebagai pusat pembelajaran. Dalam orientasi ini, pengetahuan tidak
diberikan secara langsung, tetapi ditemukan sendiri oleh siswa melalui proses
eksplorasi, observasi, dan pemecahan masalah.⁶ Jerome Bruner menegaskan bahwa
belajar akan lebih bermakna apabila siswa terlibat langsung dalam proses
penemuan, karena hal itu dapat menumbuhkan motivasi intrinsik dan pemahaman
yang lebih mendalam.⁷
Pendekatan inkuiri/discovery menuntut peran aktif siswa dalam
merumuskan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis informasi, dan menarik
kesimpulan. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa agar dapat
membangun pengetahuan secara mandiri.⁸ Kelebihan pendekatan ini adalah
meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, serta kemampuan
pemecahan masalah. Namun, pendekatan ini memerlukan waktu yang lebih lama,
perencanaan yang matang, serta kesiapan guru dan siswa untuk terlibat aktif
dalam proses belajar.⁹
Dengan demikian, klasifikasi pendekatan berdasarkan orientasi teori
belajar menunjukkan adanya dua kutub yang berbeda: ekspositoris yang menekankan
peran guru dan transfer pengetahuan, serta inkuiri/discovery yang menekankan
peran siswa dan proses penemuan. Kedua pendekatan ini dapat dipandang saling
melengkapi, tergantung pada tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, serta
konteks pembelajaran yang dihadapi.
Footnotes
[1]
Nana
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), 80.
[2]
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 63.
[3]
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 45.
[4]
H. Douglas Brown, Principles of Language Learning
and Teaching, 6th ed. (New York: Pearson Education, 2014), 8.
[5]
Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory
and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 190.
[6]
Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 43.
[7]
Jerome S. Bruner, The Process of Education
(Cambridge: Harvard University Press, 1960), 72.
[8]
John W. Santrock, Educational Psychology, 6th
ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 238.
[9]
Eggen, Paul, and Don Kauchak, Educational
Psychology: Windows on Classrooms, 10th ed. (Boston: Pearson, 2016), 274.
4.
Klasifikasi Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan
Sumber Teori Belajar
Selain berdasarkan orientasi umum,
pendekatan pembelajaran juga dapat diklasifikasikan menurut sumber teori
belajar yang melandasinya. Teori belajar berfungsi sebagai fondasi konseptual
dalam memahami bagaimana peserta didik memperoleh, mengolah, dan menginternalisasi
pengetahuan.¹ Dari perspektif ini, terdapat empat pendekatan utama: behavioristik,
kognitif, konstruktivistik, dan humanistik.
4.1.
Pendekatan
Behavioristik
Pendekatan ini berlandaskan teori
belajar behaviorisme yang menekankan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku
yang dapat diamati sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respons.²
Tokoh utama seperti B.F. Skinner berpendapat bahwa penguatan (reinforcement)
melalui hadiah atau hukuman berperan penting dalam membentuk perilaku belajar.³
Dalam praktik pendidikan, pendekatan ini banyak digunakan dalam pembelajaran
yang membutuhkan latihan berulang (drill) dan pembentukan kebiasaan.
4.2.
Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif menekankan pada
proses mental internal yang terlibat dalam pembelajaran, seperti mengingat,
memahami, menalar, dan memecahkan masalah.⁴ Jean Piaget menegaskan bahwa
belajar merupakan proses aktif membangun struktur kognitif melalui tahap-tahap
perkembangan intelektual.⁵ Dengan demikian, pendekatan kognitif menempatkan
siswa sebagai individu yang aktif dalam mengorganisasi informasi dan
menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.
4.3.
Pendekatan
Konstruktivistik
Berlandaskan pada pandangan
konstruktivisme, pendekatan ini menekankan bahwa pengetahuan tidak ditransfer
begitu saja, melainkan dibangun oleh siswa melalui interaksi dengan lingkungan
dan pengalaman belajar.⁶ Lev Vygotsky menekankan pentingnya zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development) dan interaksi
sosial dalam membentuk pengetahuan.⁷ Dalam praktiknya, pendekatan ini mendorong
pembelajaran kolaboratif, pemecahan masalah, dan proyek berbasis pengalaman
nyata.
4.4.
Pendekatan
Humanistik
Pendekatan ini bertolak dari teori
belajar humanistik yang menekankan pada perkembangan potensi diri, pemenuhan
kebutuhan, serta pengalaman subjektif peserta didik.⁸ Tokoh seperti Abraham
Maslow dengan hierarki kebutuhan dan Carl Rogers dengan student-centered
learning menekankan pentingnya motivasi intrinsik, aktualisasi diri, dan
suasana belajar yang kondusif.⁹ Dalam konteks ini, guru berperan bukan hanya
sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator, konselor, dan pembimbing
dalam membantu siswa berkembang secara holistik.
Dengan demikian, klasifikasi
berdasarkan sumber teori belajar menegaskan bahwa setiap pendekatan memiliki
titik tekan yang berbeda: behavioristik pada perilaku yang dapat
diamati, kognitif pada proses mental, konstruktivistik pada
proses membangun pengetahuan, dan humanistik pada perkembangan pribadi
siswa secara menyeluruh. Keempat
pendekatan ini dapat saling melengkapi, tergantung tujuan, karakteristik
peserta didik, serta konteks pembelajaran.
Footnotes
[1]
Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory
and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 185.
[2]
B.F. Skinner, Science and Human Behavior (New
York: Free Press, 1953), 61.
[3]
Oemar
Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), 89.
[4]
John W. Santrock, Educational Psychology, 6th
ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 237.
[5]
Jean Piaget, The Psychology of Intelligence
(London: Routledge & Kegan Paul, 1950), 12.
[6]
Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 44.
[7]
Lev S. Vygotsky, Mind in Society: The Development
of Higher Psychological Processes (Cambridge: Harvard University Press,
1978), 86.
[8]
Abraham H. Maslow, Motivation and Personality,
2nd ed. (New York: Harper & Row, 1970), 35.
[9]
Carl R. Rogers, Freedom to Learn for the 80’s
(Columbus: Charles E. Merrill, 1983), 106.
5.
Klasifikasi Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum dan Regulasi di Indonesia
Konteks pendidikan di Indonesia memberikan warna tersendiri dalam
klasifikasi pendekatan pembelajaran. Regulasi kurikulum yang ditetapkan
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kini Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) berimplikasi langsung terhadap
paradigma dan pendekatan yang digunakan guru dalam mengelola proses belajar.¹
Dua kurikulum utama yang menjadi tonggak dalam beberapa dekade terakhir adalah Kurikulum
2013 dan Kurikulum Merdeka.
5.1.
Pendekatan Saintifik
dalam Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan saintifik yang mencakup
lima langkah utama: mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar/ mengasosiasi, dan mengomunikasikan.²
Pendekatan ini dirancang untuk membiasakan peserta didik berpikir kritis,
sistematis, dan berbasis evidensi sebagaimana dalam kerja ilmiah.³
Pendekatan saintifik sejalan dengan pandangan konstruktivistik yang
menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam membangun pengetahuan. Guru
berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan proses agar sesuai dengan
prosedur ilmiah.⁴ Selain itu, pendekatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan literasi, keterampilan abad ke-21 (4C: critical thinking, creativity,
collaboration, communication), serta pembentukan karakter.⁵
5.2. Pendekatan
Merdeka Belajar dalam Kurikulum Merdeka
Sejak tahun 2020, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi memperkenalkan paradigma baru melalui program Merdeka Belajar
yang melahirkan Kurikulum Merdeka.⁶ Pendekatan ini menekankan pada
diferensiasi pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan peserta
didik. Tujuannya adalah memberikan ruang bagi siswa untuk belajar secara lebih
otonom, fleksibel, dan kontekstual.⁷
Kurikulum Merdeka memperkenalkan projek penguatan profil pelajar
Pancasila sebagai salah satu bentuk pembelajaran berbasis pengalaman
nyata.⁸ Pendekatan ini mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik sekaligus, sehingga siswa tidak hanya memahami pengetahuan tetapi
juga mampu menginternalisasikan nilai-nilai kebangsaan, kebinekaan, gotong
royong, serta keberlanjutan lingkungan.⁹
5.3.
Integrasi Teknologi
melalui TPACK
Selain itu, perkembangan teknologi informasi mendorong penerapan
pendekatan TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang
diadaptasi dalam kebijakan pendidikan digital di Indonesia.¹⁰ TPACK menekankan
bahwa guru harus menguasai tiga aspek utama: pengetahuan konten, pedagogi, dan
teknologi secara integratif. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan transformasi
digital pendidikan di era revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0.¹¹
Dengan demikian, regulasi kurikulum di Indonesia menegaskan bahwa
pendekatan pembelajaran tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga normatif dan
kontekstual. Penerapan pendekatan saintifik, merdeka belajar, dan TPACK
menunjukkan adanya upaya untuk menyesuaikan proses pendidikan dengan tuntutan
global sekaligus nilai-nilai kebangsaan.
Footnotes
[1]
Kemendikbud,
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016).
[2]
Kemendikbud,
Buku Guru: Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VII (Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), 3.
[3]
Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 67.
[4]
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 51.
[5]
Abidin,
Yunus, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013 (Bandung:
Refika Aditama, 2014), 45.
[6]
Kemendikbudristek,
Kurikulum Merdeka (Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi, 2022), 2.
[7]
Muhammad
Nuh, Merdeka Belajar (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2020), 18.
[8]
Kemendikbudristek,
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka (Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, 2022), 12.
[9]
Ibid., 20.
[10]
Punya,
Fredy, dan Yuni Fitriyani, “Integrasi TPACK dalam Pembelajaran Abad 21 di
Indonesia,” Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi 6, no. 2 (2021): 145.
[11]
Koehler, Matthew J., and Punya Mishra, “What Is
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)?” Contemporary Issues in
Technology and Teacher Education 9, no. 1 (2009): 67.
6.
Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran memiliki fungsi penting dalam keseluruhan
proses pendidikan karena ia berperan sebagai kerangka konseptual yang
menghubungkan antara teori dan praktik pembelajaran. Tanpa adanya pendekatan
yang jelas, pembelajaran cenderung bersifat pragmatis, fragmentaris, dan tidak
memiliki arah yang terstruktur.¹
Pertama, pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai landasan
filosofis dan teoritis bagi guru dalam menyusun perencanaan, memilih
strategi, serta menentukan metode pembelajaran.² Misalnya, guru yang
berorientasi pada pendekatan konstruktivistik akan cenderung memilih strategi
pembelajaran berbasis proyek atau inkuiri, berbeda dengan guru yang
berorientasi pada behavioristik yang lebih memilih strategi drill atau
latihan terstruktur. Dengan demikian, pendekatan memberikan kerangka berpikir
yang koheren dalam praktik mengajar.
Kedua, pendekatan berfungsi sebagai pedoman dalam mengarahkan proses
pembelajaran.³ Guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi, tetapi
juga memastikan bahwa strategi yang dipilih selaras dengan tujuan pembelajaran
dan karakteristik siswa. Pendekatan berperan sebagai kompas yang membantu guru
menjaga konsistensi antara tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Ketiga, pendekatan pembelajaran memiliki fungsi adaptif dan
kontekstual. Hal ini berarti pendekatan memungkinkan guru menyesuaikan
proses pembelajaran dengan kondisi nyata, baik terkait kesiapan siswa,
ketersediaan sarana, maupun dinamika lingkungan sosial.⁴ Dengan fungsi adaptif
ini, pembelajaran dapat berlangsung lebih fleksibel dan relevan dengan
kebutuhan peserta didik.
Keempat, pendekatan berfungsi sebagai penghubung antara teori
belajar dan praktik kelas. Seperti ditegaskan Slavin, teori belajar pada
dasarnya harus diwujudkan dalam praktik nyata agar dapat memberikan manfaat
dalam meningkatkan efektivitas belajar.⁵ Dengan memahami pendekatan, guru dapat
menerjemahkan konsep-konsep teoretis menjadi strategi konkret yang mudah
diimplementasikan.
Akhirnya, pendekatan juga berfungsi dalam pengembangan
profesionalisme guru.⁶ Guru yang memahami dan menguasai berbagai pendekatan
akan lebih kreatif, inovatif, dan reflektif dalam menghadapi tantangan
pembelajaran. Dengan kata lain, penguasaan pendekatan tidak hanya bermanfaat
bagi siswa, tetapi juga memperkuat kapasitas pedagogis guru dalam jangka
panjang.
Dengan demikian, fungsi pendekatan dalam pembelajaran mencakup dimensi
filosofis, pedagogis, praktis, dan profesional. Hal ini menjadikannya elemen
esensial yang tidak dapat diabaikan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang
berkualitas, relevan, dan berkelanjutan.
Footnotes
[1]
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 59.
[2]
Nana
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), 78.
[3]
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 47.
[4]
Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 52.
[5]
Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory
and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 191.
[6]
John W. Santrock, Educational Psychology, 6th
ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 242.
7.
Prinsip Pemilihan Pendekatan
Pemilihan pendekatan dalam pembelajaran
tidak dapat dilakukan secara sembarangan, melainkan harus didasarkan pada
prinsip-prinsip pedagogis yang menjamin kesesuaian antara tujuan, karakteristik
peserta didik, serta konteks pembelajaran. Prinsip ini penting agar proses belajar-mengajar berjalan efektif,
efisien, dan bermakna.¹
7.1.
Prinsip Kesesuaian
dengan Tujuan Pembelajaran
Setiap pendekatan harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai,
baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.² Misalnya, tujuan yang
menekankan pada penguasaan keterampilan berpikir kritis lebih tepat menggunakan
pendekatan inkuiri atau konstruktivistik, sementara tujuan yang berorientasi
pada keterampilan dasar tertentu dapat menggunakan pendekatan behavioristik.
7.2. Prinsip
Relevansi dengan Karakteristik Peserta Didik
Peserta didik memiliki latar belakang, gaya belajar, serta tingkat
perkembangan kognitif yang berbeda.³ Jean Piaget menegaskan bahwa tahap
perkembangan intelektual menentukan bagaimana siswa memahami informasi.⁴ Oleh
karena itu, pendekatan pembelajaran harus disesuaikan dengan usia, pengalaman
belajar, dan kesiapan peserta didik agar proses pembelajaran dapat optimal.
7.3.
Prinsip
Kontekstualitas
Pendekatan juga harus relevan dengan kondisi nyata, baik dari segi
sarana prasarana, lingkungan belajar, maupun situasi sosial budaya.⁵ Misalnya,
pendekatan berbasis teknologi digital dapat efektif di sekolah dengan fasilitas
TIK memadai, tetapi kurang relevan bila infrastruktur masih terbatas. Prinsip
kontekstual ini menjamin bahwa pembelajaran tidak bersifat idealistik semata,
melainkan realistis dan aplikatif.
7.4.
Prinsip
Fleksibilitas dan Adaptabilitas
Pendekatan pembelajaran sebaiknya tidak bersifat kaku, melainkan
fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kebutuhan peserta didik.⁶ Guru yang profesional dituntut mampu melakukan
inovasi dengan mengombinasikan berbagai pendekatan sesuai dinamika pembelajaran
di kelas.
7.5.
Prinsip Efektivitas
dan Efisiensi
Pendekatan juga harus memperhatikan efektivitas dalam pencapaian tujuan
serta efisiensi penggunaan waktu dan sumber daya.⁷ Pendekatan yang terlalu
kompleks dan memerlukan waktu panjang kurang sesuai untuk materi faktual yang
bersifat sederhana. Sebaliknya, pendekatan yang lebih interaktif dan
kolaboratif akan lebih efektif untuk pembelajaran yang menuntut keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
Dengan berpegang pada prinsip-prinsip tersebut, guru dapat memilih
pendekatan yang paling tepat untuk menciptakan pembelajaran yang tidak hanya
sesuai dengan tujuan kurikulum, tetapi juga bermakna bagi perkembangan peserta
didik dalam konteks kehidupan nyata.
Footnotes
[1]
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 61.
[2]
Nana
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), 83.
[3]
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 50.
[4]
Jean Piaget, The Psychology of Intelligence
(London: Routledge & Kegan Paul, 1950), 15.
[5]
Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 53.
[6]
Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory
and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 192.
[7]
John W. Santrock, Educational Psychology, 6th
ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 246.
8.
Penutup
Pendekatan dalam pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menentukan arah, strategi, serta metode yang digunakan guru dalam proses
belajar-mengajar. Keberadaan pendekatan menjadi sangat penting karena ia
berfungsi sebagai landasan filosofis sekaligus operasional dalam merancang
pengalaman belajar yang bermakna.¹ Tanpa pemilihan pendekatan yang tepat,
pembelajaran berisiko kehilangan relevansi, efektivitas, dan daya tarik bagi
peserta didik.
Seiring perkembangan teori belajar, pendekatan dalam pembelajaran dapat
diklasifikasikan berdasarkan orientasi teoretis, sumber pengetahuan, serta
regulasi pendidikan yang berlaku.² Dari perspektif psikologi pendidikan,
pendekatan behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik, hingga humanistik
menunjukkan bahwa tidak ada satu pendekatan yang bersifat tunggal dan mutlak,
melainkan saling melengkapi sesuai kebutuhan.³ Dalam konteks Indonesia,
regulasi kurikulum menuntut penerapan pendekatan yang sejalan dengan
nilai-nilai Pancasila, tujuan pendidikan nasional, serta perkembangan global,
sehingga guru dituntut mampu bersikap fleksibel dan adaptif.⁴
Fungsi pendekatan tidak hanya sebagai alat pedagogis, melainkan juga
sebagai sarana membangun proses belajar yang humanis, kritis, dan kontekstual.⁵
Oleh sebab itu, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan pendekatan,
mulai dari kesesuaian tujuan, karakteristik peserta didik, hingga efektivitas
penggunaan sumber daya.⁶ Dengan demikian, pendekatan dalam pembelajaran tidak
sekadar pilihan teknis, tetapi juga keputusan strategis yang mencerminkan visi
pendidikan dalam membentuk generasi yang cerdas, berkarakter, dan mampu
menghadapi tantangan zaman.
Sebagai kesimpulan, pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat harus
dilandasi pemahaman mendalam tentang teori pendidikan, kebutuhan peserta didik,
serta konteks kurikulum yang berlaku.⁷ Hal ini menuntut guru untuk terus
belajar, melakukan refleksi, dan berinovasi agar pembelajaran tidak hanya
bersifat informatif, tetapi juga transformatif, sesuai dengan tujuan luhur
pendidikan.⁸
Footnotes
[1]
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 57.
[2]
Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory
and Practice, 12th ed. (Boston: Pearson, 2018), 188.
[3]
Jean Piaget, The Psychology of Intelligence
(London: Routledge & Kegan Paul, 1950), 21.
[4]
Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Kurikulum
Merdeka: Pedoman Implementasi (Jakarta: Kemendikbudristek, 2022), 10.
[5]
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 52.
[6]
Nana
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), 85.
[7]
Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 59.
[8]
John W. Santrock, Educational Psychology, 6th
ed. (New York: McGraw-Hill, 2011), 250.
Daftar Pustaka
Hamalik, O. (2008). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kemendikbudristek. (2022). Kurikulum Merdeka: Pedoman implementasi.
Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia.
Piaget, J. (1950). The psychology of intelligence.
London: Routledge & Kegan Paul.
Santrock, J. W. (2011). Educational
psychology (6th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.
Sanjaya, W. (2011). Strategi pembelajaran berorientasi standar
proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slavin, R. E. (2018). Educational
psychology: Theory and practice (12th ed.). Boston, MA: Pearson.
Sudjana, N. (2009). Dasar-dasar proses belajar mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Trianto. (2010). Model pembelajaran terpadu: Konsep, strategi, dan
implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Bumi Aksara.
Lampiran: Pendekatan
dalam Pembelajaran
1.
Pengertian
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang atau cara pandang umum
seorang guru dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses
pembelajaran. Ia bersifat filosofis-teoritis, sehingga menjadi landasan dalam
memilih metode, strategi, dan teknik mengajar. Pendekatan tidak langsung
menunjuk pada praktik tertentu, tetapi lebih kepada arah dan kerangka berpikir
dalam pembelajaran.
2.
Klasifikasi
Pendekatan Pembelajaran
2.1.
Berdasarkan Orientasi Teori Belajar
1)
Pendekatan Ekspositoris
(teacher-centered)
þ Guru sebagai pusat
pembelajaran.
þ Pengetahuan ditransfer dari guru
ke siswa.
þ Menekankan pada ceramah,
penjelasan, dan latihan.
þ Cocok untuk materi faktual dan
konseptual.
2)
Pendekatan
Inkuiri/Discovery (student-centered)
þ Siswa sebagai pusat
pembelajaran.
þ Pengetahuan ditemukan melalui
pengalaman belajar langsung.
þ Menekankan keterampilan berpikir
kritis, kreatif, dan problem solving.
2.2.
Berdasarkan Sumber Teori Belajar
1)
Pendekatan Behavioristik
þ Belajar = perubahan perilaku yang
dapat diamati.
þ Guru memberi stimulus →
siswa merespon → diperkuat dengan reward/punishment.
2)
Pendekatan Kognitif
þ Belajar = proses mental
(mengingat, memahami, menalar).
þ Menekankan pada pengorganisasian
pengetahuan dan skemata.
3)
Pendekatan
Konstruktivistik
þ Pengetahuan dibangun sendiri oleh
siswa melalui interaksi dengan lingkungan.
þ Guru berperan sebagai
fasilitator.
4)
Pendekatan Humanistik
þ Belajar menekankan pada
pengembangan diri, sikap, nilai, dan aktualisasi potensi siswa.
þ Relasi guru-siswa menekankan
empati dan penghargaan.
2.3.
Berdasarkan Kurikulum dan Regulasi di
Indonesia
1)
Pendekatan Saintifik
þ Mengamati → Menanya →
Mengumpulkan data → Mengasosiasi → Mengkomunikasikan.
þ Diterapkan dalam Kurikulum
2013.
2)
Pendekatan TPACK
(Technological Pedagogical Content Knowledge)
þ Mengintegrasikan aspek teknologi,
pedagogi, dan konten (materi).
þ Relevan di era digital.
3)
Pendekatan Merdeka
Belajar
þ Menekankan
pada diferensiasi, kemandirian, dan personalisasi belajar sesuai minat dan
bakat siswa.
3.
Fungsi Pendekatan
dalam Pembelajaran
·
Sebagai kerangka berpikir dalam
merancang pembelajaran.
·
Sebagai arah dan pedoman pemilihan
metode dan strategi.
·
Menjadi jembatan antara teori belajar
dengan praktik di kelas.
·
Mewujudkan kesesuaian dengan tujuan
pendidikan, karakteristik siswa, dan konteks sosial-budaya.
4.
Prinsip Pemilihan
Pendekatan
·
Sesuai tujuan pembelajaran (kognitif, afektif,
psikomotorik).
·
Sesuai karakteristik siswa (usia, latar belakang, gaya
belajar).
·
Sesuai konteks (kondisi kelas, fasilitas, kurikulum).
·
Fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar