Saintifik TPACK
Technological Pedagogical Content Knowledge
Alihkan ke: Pendekatan
dalam Pembelajaran.
Abstrak
Artikel ini membahas integrasi antara pendekatan saintifik dan kerangka Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dalam pembelajaran abad ke-21.
Pendekatan saintifik, yang berlandaskan epistemologi sains, menekankan
langkah-langkah ilmiah berupa mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengomunikasikan, sehingga peserta didik dilatih berpikir kritis, rasional, dan
sistematis. Sementara itu, kerangka TPACK menggarisbawahi pentingnya penguasaan
konten (Content Knowledge), pedagogi (Pedagogical Knowledge), dan teknologi
(Technological Knowledge) secara terpadu dalam praktik pembelajaran. Integrasi
keduanya menghasilkan model pendidikan yang tidak hanya membangun keterampilan
berpikir ilmiah, tetapi juga memperkuat literasi digital dan kompetensi abad
ke-21.
Implikasi dari integrasi ini bersifat
multidimensional: bagi guru, mendorong peningkatan profesionalisme dalam
merancang pembelajaran inovatif; bagi siswa, memperkaya pengalaman belajar yang
kontekstual dan interaktif; serta bagi sistem pendidikan, memperkuat relevansi
kurikulum dengan tuntutan era digital. Dengan demikian, Saintifik–TPACK
dapat dipandang sebagai paradigma pedagogis transformatif yang memadukan
rasionalitas ilmiah dengan inovasi teknologi, guna menciptakan ekosistem
pendidikan yang adaptif, berkelanjutan, dan berorientasi pada masa depan.
Kata Kunci: Saintifik;
TPACK; Pembelajaran abad 21; Literasi digital; Kompetensi guru; HOTS; Kurikulum.
PEMBAHASAN
Pendekatan Saintifik – TPACK dalam Pembelajaran
1.
Pendahuluan
Perkembangan pendidikan pada era abad
ke-21 ditandai dengan semakin kuatnya tuntutan untuk menghasilkan peserta didik
yang tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga memiliki keterampilan
berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Kompetensi tersebut
sejalan dengan kerangka 21st Century Skills yang ditekankan oleh
berbagai lembaga internasional, termasuk Partnership for 21st Century Learning
(P21).¹ Dalam konteks ini, pembelajaran tidak lagi dapat dilepaskan dari
pendekatan ilmiah (saintifik) yang menekankan proses sistematis dalam
memperoleh pengetahuan, serta integrasi teknologi yang terwadahi dalam kerangka
TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge).
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran
di Indonesia secara eksplisit diadopsi melalui Kurikulum 2013 yang menekankan
langkah-langkah utama berupa mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar,
dan mengomunikasikan.² Model ini dirancang agar siswa terbiasa berpikir dan
bertindak seperti seorang ilmuwan, sehingga pembelajaran tidak hanya bersifat
transfer informasi, tetapi juga pembentukan cara berpikir rasional dan
metodologis.³ Melalui langkah-langkah saintifik, siswa diharapkan mampu
mengembangkan kemampuan analitis dan argumentatif, serta menghubungkan
pengetahuan dengan fenomena nyata di lingkungannya.
Di sisi lain, kemajuan teknologi digital membawa implikasi besar
terhadap dunia pendidikan. Guru dituntut untuk tidak hanya menguasai materi
ajar (content knowledge), dan strategi pedagogis (pedagogical
knowledge), tetapi juga keterampilan dalam memanfaatkan teknologi (technological
knowledge). Keberhasilan pembelajaran abad 21 bergantung pada kemampuan
mengintegrasikan ketiga aspek tersebut, yang dalam literatur pendidikan modern
dikenal dengan istilah TPACK.⁴ Kerangka ini menekankan bahwa penggunaan teknologi
dalam pendidikan bukan sekadar pelengkap, melainkan sarana strategis untuk
memperkaya metode pengajaran dan memperdalam pemahaman materi.
Integrasi saintifik dengan TPACK menawarkan paradigma baru dalam
pendidikan. Pendekatan saintifik memberikan landasan metodologis dalam
membangun keterampilan berpikir ilmiah siswa, sedangkan TPACK menyediakan
kerangka konseptual bagi guru dalam mengintegrasikan konten, pedagogi, dan
teknologi secara sinergis. Keduanya saling melengkapi dalam menciptakan
pembelajaran yang tidak hanya relevan secara akademik, tetapi juga kontekstual
dan sesuai dengan tuntutan era digital.⁵ Oleh karena itu, kajian tentang Saintifik–TPACK
menjadi penting, baik secara teoretis untuk memperkaya wacana pendidikan,
maupun secara praktis sebagai acuan implementasi pembelajaran di kelas.
Catatan Kaki
[1]
Charles Fadel, Maya Bialik, dan Bernie Trilling, Four-Dimensional
Education: The Competencies Learners Need to Succeed (Boston: Center for
Curriculum Redesign, 2015), 22–25.
[2]
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
(Jakarta: Kemendikbud, 2013), 9.
[3]
Suyanto dan
Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan
Kualitas Guru di Era Global (Jakarta: Erlangga, 2013), 112.
[4]
Punya Mishra dan Matthew J. Koehler, “Technological
Pedagogical Content Knowledge: A Framework for Teacher Knowledge,” Teachers
College Record 108, no. 6 (2006): 1017–1054.
[5]
Judi Harris, Mark Hofer, dan Punya Mishra, TPACK in
Action: A Descriptive Study of TPACK-Based Instructional Design Practices of
Teacher Educators (San Francisco: AERA, 2010), 3–5.
2.
Hakikat Pendekatan Saintifik
dalam Pembelajaran
Pendekatan saintifik dalam pendidikan merupakan upaya sistematis untuk
menanamkan cara berpikir ilmiah dalam proses pembelajaran. Secara filosofis,
pendekatan ini berpijak pada epistemologi sains yang menekankan rasionalitas,
empirisme, dan objektivitas.¹ Dalam praktiknya, pembelajaran berbasis saintifik
dimaksudkan agar siswa tidak hanya menguasai produk pengetahuan, tetapi juga
memahami proses bagaimana pengetahuan itu diperoleh, diuji, dan diverifikasi.²
Dengan demikian, pendekatan ini selaras dengan paradigma pendidikan modern yang
menekankan learning how to learn, bukan sekadar learning what to know.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendekatan saintifik
diintegrasikan secara eksplisit melalui Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan merumuskan lima langkah utama yang menjadi karakteristiknya,
yaitu: (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan informasi/eksperimen, (4)
menalar, dan (5) mengomunikasikan.³ Kelima langkah tersebut membentuk kerangka
proses berpikir induktif-deduktif yang menuntun siswa untuk aktif
mengeksplorasi fenomena, merumuskan hipotesis, serta menyampaikan hasil temuannya
secara argumentatif.
Hakikat saintifik tidak hanya terletak pada prosedur formal, tetapi
juga pada pengembangan sikap ilmiah (scientific attitude) seperti
kejujuran, keterbukaan, rasa ingin tahu, dan sikap kritis.⁴ Melalui penerapan
pendekatan ini, peserta didik dilatih untuk menguji asumsi, menilai bukti, dan
menghindari berpikir dogmatis. Hal ini sejalan dengan pandangan John Dewey,
yang menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi sebagai wahana untuk melatih reflective
thinking, yaitu kemampuan untuk menimbang dan mengevaluasi pengalaman
secara rasional.⁵
Selain itu, pendekatan saintifik juga memiliki dimensi praktis dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah,
siswa tidak hanya memahami konsep abstrak, tetapi juga dapat mengaitkannya
dengan fenomena nyata di lingkungan sekitarnya. Misalnya, dalam pembelajaran
biologi, siswa tidak cukup hanya menghafal struktur tumbuhan, tetapi juga
melakukan observasi langsung dan mencatat data empiris. Hal ini
menciptakan pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning)
sebagaimana dikemukakan Ausubel.⁶
Dengan demikian, hakikat pendekatan
saintifik adalah memberikan landasan metodologis bagi peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, analitis, serta sikap ilmiah
yang relevan dengan kebutuhan abad 21. Dalam kerangka Saintifik–TPACK,
pendekatan ini menjadi fondasi pedagogis yang dapat diperkaya dengan integrasi
teknologi sehingga proses pembelajaran lebih efektif, kontekstual, dan sesuai
dengan perkembangan zaman.
Catatan Kaki
[1]
Carl G. Hempel, Philosophy of Natural Science
(Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1966), 15–18.
[2]
Richard Duschl dan Richard Grandy, “Teaching
Scientific Inquiry: Recommendations for Research and Implementation,” Science
Education 92, no. 5 (2008): 896–897.
[3]
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
(Jakarta: Kemendikbud, 2013), 9.
[4]
Norman G. Lederman et al., “View of Nature of Science
and Science Teaching: Always the Same Problem, Yet Always Different,” Science
Education 86, no. 3 (2002): 422–423.
[5]
John Dewey, How We Think (Boston: D.C. Heath,
1933), 13–15.
[6]
David P. Ausubel, Educational Psychology: A
Cognitive View (New York: Holt, Rinehart & Winston, 1968), 127–129.
3.
Konsep TPACK
(Technological Pedagogical Content Knowledge)
Kerangka Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) diperkenalkan oleh Punya Mishra dan Matthew J.
Koehler sebagai pengembangan dari konsep Pedagogical Content Knowledge (PCK)
yang sebelumnya digagas oleh Lee Shulman.¹ Jika PCK menekankan pentingnya
integrasi pengetahuan pedagogi dan konten, maka TPACK memperluasnya dengan
memasukkan dimensi teknologi sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari
praktik pendidikan abad ke-21.²
Secara konseptual, TPACK terdiri dari
tiga domain utama:
1)
Content Knowledge (CK):
penguasaan guru terhadap isi materi yang diajarkan. Misalnya, guru matematika harus memahami
konsep aljabar, geometri, atau kalkulus secara mendalam.
2)
Pedagogical Knowledge (PK): pemahaman guru tentang prinsip,
strategi, dan metode pembelajaran, termasuk bagaimana siswa belajar, bagaimana
merancang asesmen, serta bagaimana mengelola kelas.
3)
Technological Knowledge (TK): keterampilan guru dalam
menggunakan teknologi, baik perangkat keras maupun perangkat lunak, untuk
mendukung proses belajar mengajar.³
Ketiga domain ini saling beririsan dan menghasilkan enam bentuk
integrasi: PCK, TCK, TPK, serta puncaknya TPACK sebagai sintesis
ideal.⁴ Misalnya, seorang guru fisika dapat menggunakan simulasi laboratorium
virtual (TK) untuk menjelaskan hukum Newton (CK) melalui model pembelajaran
berbasis inkuiri (PK). Dengan demikian, teknologi tidak hanya menjadi alat
bantu, melainkan bagian integral dari desain pembelajaran yang bermakna.
Hakikat TPACK bukan sekadar penggunaan teknologi dalam kelas, tetapi
bagaimana guru mampu memilih, menyesuaikan, dan mengintegrasikan teknologi
sesuai dengan kebutuhan pedagogis dan konten yang diajarkan.⁵ Dengan kata lain,
TPACK menuntut guru untuk memiliki kompetensi desain instruksional yang
fleksibel dan reflektif. Hal ini relevan dengan pandangan Koehler dan Mishra
bahwa TPACK merupakan bentuk “knowledge in action,” yakni pengetahuan
yang muncul dalam praktik nyata saat guru menghadapi kompleksitas pembelajaran.⁶
Dalam konteks implementasi di Indonesia, TPACK sangat penting karena
transformasi digital dalam pendidikan semakin dipercepat, terlebih
pasca-pandemi COVID-19 yang memaksa guru dan siswa beradaptasi dengan
pembelajaran berbasis daring.⁷ Oleh karena itu, pemahaman TPACK menjadi fondasi
yang krusial dalam mengintegrasikan pendekatan saintifik dengan teknologi
digital, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung efektif,
kontekstual, dan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Catatan Kaki
[1]
Lee S. Shulman, “Those Who Understand: Knowledge
Growth in Teaching,” Educational Researcher 15, no. 2 (1986): 4–14.
[2]
Punya Mishra dan Matthew J. Koehler, “Technological
Pedagogical Content Knowledge: A Framework for Teacher Knowledge,” Teachers
College Record 108, no. 6 (2006): 1017–1054.
[3]
Margaret L. Niess, Investigating TPACK: Knowledge
Growth in Teaching with Technology (Boston: Springer, 2018), 21–22.
[4]
Judi Harris, Mark Hofer, dan Punya Mishra, TPACK in
Action: A Descriptive Study of TPACK-Based Instructional Design Practices of
Teacher Educators (San Francisco: AERA, 2010), 5.
[5]
Charoula Angeli dan Nicos Valanides, “Epistemological
and Methodological Issues for the Conceptualization, Development, and
Assessment of ICT–TPCK: Advances in Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPCK),” Computers & Education 52, no. 1 (2009): 154–168.
[6]
Matthew J. Koehler, Punya Mishra, dan William Cain,
“What Is Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)?,” Journal of
Education 193, no. 3 (2013): 13–19.
[7]
Siti Fatimah et al., “The Role of Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) in Improving Teachers’ Digital Literacy
in Indonesia,” Journal of Physics: Conference Series 1779, no. 1 (2021):
1–7.
4.
Integrasi Saintifik
dengan TPACK
Integrasi pendekatan saintifik dengan
kerangka Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) merupakan
langkah strategis dalam menjawab kebutuhan pembelajaran abad ke-21. Pendekatan
saintifik menyediakan landasan metodologis berupa langkah-langkah ilmiah
(mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan), sementara TPACK
menyediakan kerangka konseptual untuk mengintegrasikan teknologi, pedagogi, dan
konten secara sinergis.¹ Dengan demikian, keduanya saling melengkapi dalam
membentuk proses pembelajaran yang berorientasi pada higher-order thinking
skills (HOTS) sekaligus adaptif terhadap perkembangan teknologi digital.
4.1.
Sinkronisasi
Epistemologis
Pendekatan saintifik menekankan pada
proses berpikir induktif-deduktif dalam menemukan kebenaran, sedangkan TPACK
menuntut guru untuk mengelola pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi secara
relevan.² Ketika keduanya dipadukan, terjadi sinkronisasi epistemologis: siswa
belajar melalui metode ilmiah yang terstruktur, dan guru mendesain pembelajaran
dengan dukungan teknologi agar proses saintifik lebih efektif. Misalnya, kegiatan mengamati
dapat diperkaya melalui video eksperimen atau simulasi digital, sementara menalar
dapat diperkuat dengan perangkat lunak analisis data.³
4.2. Penerapan
Praktis di Kelas
Integrasi saintifik–TPACK dapat diterapkan dalam setiap tahap
pembelajaran:
·
Mengamati (CK+TK): siswa mengamati fenomena melalui
laboratorium virtual atau media digital.
·
Menanya (PK): guru memfasilitasi perumusan pertanyaan
kritis dengan bantuan forum daring atau aplikasi kolaboratif.
·
Mencoba (TK+CK): siswa melakukan eksperimen dengan alat
digital atau perangkat lunak simulasi.
·
Menalar (CK+PK): analisis data dibantu dengan aplikasi
pengolah data, sekaligus melatih logika ilmiah.
·
Mengomunikasikan (TK): hasil penelitian dipresentasikan
melalui media interaktif seperti PowerPoint, Canva, atau video.⁴
Dengan model ini, pembelajaran menjadi lebih kontekstual, partisipatif,
dan selaras dengan kebutuhan keterampilan abad ke-21.
4.3. Manfaat
Integrasi Saintifik–TPACK
Penerapan integrasi ini memiliki beberapa implikasi penting:
1)
Bagi Guru: meningkatkan kapasitas profesional dalam
mendesain pembelajaran inovatif.
2)
Bagi Siswa: mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah
sekaligus literasi digital.
3)
Bagi Sistem Pendidikan: memperkuat relevansi kurikulum
dengan tantangan global, termasuk transformasi digital pasca-pandemi.⁵
4.4. Tantangan
dan Solusi
Meski integrasi ini menjanjikan, implementasinya tidak lepas dari
tantangan, seperti keterbatasan fasilitas, rendahnya literasi digital guru, dan
resistensi terhadap perubahan. Oleh karena itu, diperlukan program pengembangan
profesional guru secara berkelanjutan, pelatihan literasi digital, serta
dukungan kebijakan yang memadai.⁶
Dengan demikian, integrasi saintifik–TPACK bukan hanya sebuah model
pembelajaran, tetapi juga paradigma baru yang menuntut guru berperan sebagai
desainer, fasilitator, sekaligus inovator pendidikan.
Catatan Kaki
[1]
Punya Mishra dan Matthew J. Koehler, “Technological
Pedagogical Content Knowledge: A Framework for Teacher Knowledge,” Teachers
College Record 108, no. 6 (2006): 1017–1054.
[2]
John W. Creswell, Educational Research: Planning,
Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (Boston:
Pearson, 2012), 17.
[3]
Charles C. Ragin, Constructing Social Research: The
Unity and Diversity of Method (Thousand Oaks: Pine Forge Press, 1994),
42–43.
[4]
Margaret L. Niess, Investigating TPACK: Knowledge
Growth in Teaching with Technology (Boston: Springer, 2018), 65–67.
[5]
Siti Fatimah et al., “The Role of Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) in Improving Teachers’ Digital Literacy
in Indonesia,” Journal of Physics: Conference Series 1779, no. 1 (2021):
1–7.
[6]
Charoula Angeli dan Nicos Valanides, “Epistemological
and Methodological Issues for the Conceptualization, Development, and
Assessment of ICT–TPCK: Advances in Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPCK),” Computers & Education 52, no. 1 (2009): 154–168.
5.
Implikasi
Saintifik–TPACK dalam Pembelajaran
Integrasi pendekatan saintifik dengan
kerangka TPACK memiliki implikasi yang signifikan terhadap praktik pendidikan,
baik pada level guru, siswa, maupun sistem pendidikan secara keseluruhan.
Implikasi ini mencakup dimensi profesionalisme guru, pengembangan kompetensi
peserta didik, serta pembaruan kurikulum agar lebih adaptif terhadap tuntutan
global.
5.1.
Implikasi bagi Guru
Bagi guru, integrasi saintifik–TPACK
menuntut penguasaan kompetensi yang lebih kompleks. Guru tidak lagi cukup
memahami materi (content knowledge), melainkan juga harus mampu memilih
strategi pedagogis yang sesuai serta mengintegrasikan teknologi secara
efektif.¹ Hal ini mendorong guru berperan sebagai desainer pembelajaran (instructional
designer) yang merancang pengalaman belajar berdasarkan prinsip saintifik
sekaligus memanfaatkan teknologi digital.²
Implikasinya, guru perlu senantiasa
meningkatkan kompetensi melalui pelatihan berkelanjutan, pengembangan
profesional, dan praktik reflektif agar dapat menghadapi dinamika pendidikan
abad ke-21.³
5.2.
Implikasi bagi Siswa
Bagi siswa, integrasi saintifik–TPACK
memberikan peluang untuk mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah dan
literasi digital secara bersamaan. Melalui pendekatan saintifik, siswa dilatih
untuk mengamati fenomena, mengajukan pertanyaan kritis, melakukan eksperimen,
menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil.⁴ Dengan dukungan TPACK,
aktivitas tersebut dapat diperkuat oleh teknologi, misalnya melalui penggunaan
laboratorium virtual, aplikasi simulasi, atau media presentasi interaktif.⁵
Hal ini selaras dengan tujuan
pendidikan abad ke-21 yang menekankan 4Cs (critical thinking,
creativity, communication, collaboration) dan literasi digital sebagai
kompetensi dasar yang wajib dimiliki siswa.⁶
5.3. Implikasi
bagi Kurikulum dan Sistem Pendidikan
Pada tataran kurikulum, integrasi saintifik–TPACK memperkuat relevansi
implementasi Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka. Prinsip pembelajaran
berbasis saintifik tetap menjadi fondasi, sementara TPACK berfungsi sebagai
penguat dalam menghadirkan pembelajaran kontekstual dan berbasis teknologi.⁷
Implikasi lebih lanjut adalah perlunya dukungan sistem pendidikan berupa
penyediaan sarana teknologi, infrastruktur digital, serta kebijakan yang
mendorong inovasi pedagogis.
Hal ini penting agar transformasi pendidikan tidak hanya terjadi di
ruang kelas tertentu, melainkan menjadi gerakan sistemik yang merata di seluruh
satuan pendidikan.⁸
5.4.
Implikasi Jangka
Panjang
Secara jangka panjang, penerapan
saintifik–TPACK berimplikasi pada terbentuknya ekosistem pembelajaran yang
integratif, adaptif, dan transformatif. Guru akan semakin profesional, siswa
semakin mandiri dan inovatif, sementara sistem pendidikan mampu melahirkan
lulusan yang siap menghadapi tantangan global.⁹ Integrasi ini sekaligus menjadi
jawaban terhadap kebutuhan pendidikan berbasis teknologi yang tetap menjunjung
nilai-nilai keilmuan, metodologis, dan etis.
Catatan Kaki
[1]
Lee S. Shulman, “Those Who Understand: Knowledge
Growth in Teaching,” Educational Researcher 15, no. 2 (1986): 4–14.
[2]
Matthew J. Koehler dan Punya Mishra, “What Is
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)?,” Journal of Education
193, no. 3 (2013): 13–19.
[3]
Thomas R. Guskey, Evaluating Professional
Development (Thousand Oaks: Corwin Press, 2000), 23–24.
[4]
John Dewey, How We Think (Boston: D.C. Heath,
1933), 13–15.
[5]
Margaret L. Niess, Investigating TPACK: Knowledge
Growth in Teaching with Technology (Boston: Springer, 2018), 65–67.
[6]
Charles Fadel, Maya Bialik, dan Bernie Trilling, Four-Dimensional
Education: The Competencies Learners Need to Succeed (Boston: Center for
Curriculum Redesign, 2015), 25–27.
[7]
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
(Jakarta: Kemendikbud, 2013), 9.
[8]
Siti Fatimah et al., “The Role of Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) in Improving Teachers’ Digital Literacy
in Indonesia,” Journal of Physics: Conference Series 1779, no. 1 (2021):
1–7.
[9]
Andreas Schleicher, World Class: How to Build a
21st-Century School System (Paris: OECD Publishing, 2018), 41–44.
6.
Kesimpulan
Integrasi pendekatan saintifik dengan
kerangka Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) merupakan
jawaban atas tantangan pendidikan abad ke-21 yang menuntut pembelajaran
berlandaskan metodologi ilmiah sekaligus adaptif terhadap perkembangan
teknologi digital. Pendekatan
saintifik memberikan struktur epistemologis berupa langkah-langkah
sistematis—mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan—yang
melatih siswa berpikir kritis, rasional, dan berbasis bukti.¹ Sementara itu,
TPACK memperluas cakupan kompetensi guru dengan menekankan keseimbangan antara
penguasaan konten, strategi pedagogi, dan pemanfaatan teknologi.²
Keselarasan antara saintifik dan TPACK menghadirkan paradigma
pembelajaran yang integratif dan transformatif. Guru tidak hanya berperan
sebagai penyampai materi, melainkan sebagai perancang pengalaman belajar (learning
designer) yang mampu menghubungkan pengetahuan, keterampilan ilmiah, dan
teknologi.³ Peserta didik, pada gilirannya, memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking
skills), literasi digital, dan sikap ilmiah yang diperlukan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat global.⁴
Implikasi dari integrasi ini tidak hanya menyentuh ranah individu,
melainkan juga sistem pendidikan. Kurikulum perlu dirancang secara fleksibel
dan kontekstual, infrastruktur teknologi harus disediakan secara merata, dan
program pengembangan profesional guru mesti diprioritaskan agar mereka mampu
menerapkan saintifik–TPACK secara efektif.⁵ Tanpa dukungan sistemik,
implementasi integrasi ini berisiko terbatas pada wacana konseptual semata.
Dengan demikian, Saintifik–TPACK bukan sekadar pendekatan
teknis, tetapi sebuah visi pedagogis yang menggabungkan rasionalitas ilmiah
dengan inovasi teknologi. Ia memberikan arah baru bagi pendidikan agar tetap
berakar pada prinsip keilmuan, namun juga relevan dengan dinamika dunia modern.
Sebagaimana ditegaskan oleh OECD, pendidikan masa depan menuntut keterpaduan
antara knowledge, skills, dan attitudes dalam konteks yang
semakin digital dan global.⁶ Integrasi saintifik–TPACK dengan demikian dapat
dipandang sebagai jalan strategis untuk membangun ekosistem pendidikan yang
berkelanjutan, inovatif, dan berorientasi pada masa depan.
Catatan Kaki
[1]
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
(Jakarta: Kemendikbud, 2013), 9.
[2]
Punya Mishra dan Matthew J. Koehler, “Technological
Pedagogical Content Knowledge: A Framework for Teacher Knowledge,” Teachers
College Record 108, no. 6 (2006): 1017–1054.
[3]
Charoula Angeli dan Nicos Valanides, “Epistemological
and Methodological Issues for the Conceptualization, Development, and
Assessment of ICT–TPCK: Advances in Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPCK),” Computers & Education 52, no. 1 (2009): 154–168.
[4]
Charles Fadel, Maya Bialik, dan Bernie Trilling, Four-Dimensional
Education: The Competencies Learners Need to Succeed (Boston: Center for
Curriculum Redesign, 2015), 25–27.
[5]
Siti Fatimah et al., “The Role of Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) in Improving Teachers’ Digital Literacy
in Indonesia,” Journal of Physics: Conference Series 1779, no. 1 (2021):
1–7.
[6]
Andreas Schleicher, World Class: How to Build a
21st-Century School System (Paris: OECD Publishing, 2018), 41–44.
Daftar Pustaka
Angeli, C., & Valanides, N. (2009). Epistemological and
methodological issues for the conceptualization, development, and assessment of
ICT–TPCK: Advances in technological pedagogical content knowledge (TPCK). Computers
& Education, 52(1), 154–168. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2008.07.006
Ausubel, D. P. (1968). Educational
psychology: A cognitive view. New York, NY: Holt, Rinehart & Winston.
Creswell, J. W. (2012). Educational
research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative
research (4th ed.). Boston, MA: Pearson.
Dewey, J. (1933). How we think.
Boston, MA: D.C. Heath.
Duschl, R. A., & Grandy, R.
(2008). Teaching scientific inquiry: Recommendations for research and
implementation. Science Education, 92(5), 896–900. https://doi.org/10.1002/sce.20279
Fadel, C., Bialik, M., &
Trilling, B. (2015). Four-dimensional education: The competencies learners
need to succeed. Boston, MA: Center for Curriculum Redesign.
Fatimah, S., et al. (2021). The role
of Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) in improving teachers’
digital literacy in Indonesia. Journal of Physics: Conference Series, 1779(1),
1–7. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1779/1/012067
Guskey, T. R. (2000). Evaluating
professional development. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
Harris, J., Hofer, M., & Mishra,
P. (2010, April). TPACK in action: A descriptive study of TPACK-based
instructional design practices of teacher educators. Paper presented at the
Annual Meeting of the American Educational Research Association (AERA), San
Francisco, CA.
Hempel, C. G. (1966). Philosophy
of natural science. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (2013). Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud.
Koehler, M. J., Mishra, P., &
Cain, W. (2013). What is technological pedagogical content knowledge (TPACK)? Journal
of Education, 193(3), 13–19. https://doi.org/10.1177/002205741319300303
Lederman, N. G., Abd-El-Khalick, F.,
Bell, R. L., & Schwartz, R. S. (2002). Views of nature of science and
science teaching: Always the same problem, yet always different. Science
Education, 86(3), 422–443. https://doi.org/10.1002/sce.10007
Mishra, P., & Koehler, M. J.
(2006). Technological pedagogical content knowledge: A framework for teacher
knowledge. Teachers College Record, 108(6), 1017–1054. https://doi.org/10.1111/j.1467-9620.2006.00684.x
Niess, M. L. (2018). Investigating
TPACK: Knowledge growth in teaching with technology. Boston, MA: Springer. https://doi.org/10.1007/978-3-319-94273-0
Ragin, C. C. (1994). Constructing
social research: The unity and diversity of method. Thousand Oaks, CA: Pine
Forge Press.
Schleicher, A. (2018). World
class: How to build a 21st-century school system. Paris: OECD Publishing. https://doi.org/10.1787/4789264300002-en
Shulman, L. S. (1986). Those who
understand: Knowledge growth in teaching. Educational Researcher, 15(2),
4–14. https://doi.org/10.3102/0013189X015002004
Suyanto, & Jihad, A. (2013). Menjadi
guru profesional: Strategi meningkatkan kualifikasi dan kualitas guru di era
global. Jakarta: Erlangga.
Resume Saintifik – TPACK
1.
Pendahuluan
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah model pembelajaran yang
menekankan proses ilmiah, meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengomunikasikan. Pendekatan ini sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 maupun
paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang menekankan learning by doing.
Di sisi lain, TPACK (Technological
Pedagogical Content Knowledge) adalah kerangka pengetahuan yang menekankan
integrasi tiga domain penting dalam pembelajaran:
·
Content Knowledge (CK):
penguasaan materi ajar,
·
Pedagogical Knowledge
(PK): pengetahuan tentang strategi/ metode mengajar,
·
Technological Knowledge
(TK): kemampuan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.
Integrasi pendekatan saintifik dengan TPACK menjadi penting agar proses
pembelajaran tidak hanya ilmiah secara metodologis, tetapi juga relevan dengan
tuntutan era digital.
2.
Hakikat Pendekatan Saintifik dalam
Pembelajaran
Pendekatan saintifik didasarkan pada epistemologi sains, yang bertujuan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, logis, dan sistematis. Prosesnya
mencakup:
1)
Mengamati: mengenali fenomena melalui indera atau media.
2)
Menanya: merumuskan
pertanyaan eksploratif.
3)
Mencoba/Mengeksperimen: melakukan pengumpulan data atau
percobaan.
4)
Menalar: menganalisis, menghubungkan fakta, dan
menarik kesimpulan.
5)
Mengomunikasikan: menyajikan hasil dalam bentuk lisan, tulisan,
atau multimedia.
Pendekatan ini mengembangkan
keterampilan abad 21, seperti critical thinking, creativity, communication,
dan collaboration.
3.
Konsep TPACK
(Technological Pedagogical Content Knowledge)
Kerangka TPACK menjelaskan bahwa guru abad 21 dituntut untuk:
·
Menguasai materi (CK): misalnya, guru Fisika paham hukum
Newton secara konseptual.
·
Menguasai pedagogi (PK): mampu memilih metode pembelajaran
yang sesuai (inkuiri, problem-based learning, dsb.).
·
Menguasai teknologi
(TK): mampu memanfaatkan aplikasi, media digital, laboratorium virtual,
atau Learning Management System (LMS).
Ketiganya tidak berdiri sendiri, melainkan harus berintegrasi.
Misalnya: menggunakan simulasi PhET (TK) untuk menjelaskan hukum Newton (CK)
dengan model pembelajaran inkuiri (PK).
4.
Integrasi Saintifik dengan TPACK
Integrasi dapat dilakukan dengan menjadikan langkah-langkah saintifik
sebagai pedagogical framework dalam TPACK. Contoh:
·
Mengamati (CK+TK): siswa mengamati fenomena fisika
melalui video eksperimen atau simulasi digital.
·
Menanya (PK): guru
membimbing siswa menyusun pertanyaan berbasis masalah nyata.
·
Mencoba (TK+CK):
siswa menggunakan perangkat laboratorium virtual atau aplikasi statistik untuk
menguji hipotesis.
·
Menalar (CK+PK): siswa menganalisis data dengan bimbingan guru
menggunakan perangkat lunak analisis.
·
Mengomunikasikan (TK): siswa mempresentasikan hasil
melalui media digital, seperti PowerPoint, Canva, atau video.
5.
Implikasi Saintifik–TPACK dalam Pembelajaran
1)
Bagi Guru:
þ Mendorong
profesionalisme dengan menguasai tiga kompetensi (CK, PK, TK).
þ Meningkatkan
kreativitas dalam mendesain pembelajaran yang ilmiah sekaligus modern.
2)
Bagi Siswa:
þ Melatih berpikir ilmiah dan
kritis,
þ Meningkatkan literasi digital,
þ Menghubungkan teori dengan
praktik nyata.
3)
Bagi Kurikulum:
þ Mendukung implementasi Kurikulum
2013 maupun Kurikulum Merdeka.
þ Menjawab kebutuhan era digital
yang menuntut integrasi teknologi.
Kesimpulan
Pendekatan saintifik–TPACK adalah model integratif yang
memadukan epistemologi sains dengan kerangka pengetahuan teknologi, pedagogi,
dan konten. Melalui integrasi ini, pembelajaran menjadi lebih bermakna,
kontekstual, dan relevan dengan tuntutan zaman. Guru bukan hanya fasilitator,
tetapi juga desainer pembelajaran yang mampu menghubungkan konten, metode, dan
teknologi untuk membentuk peserta didik yang kritis, kreatif, dan berkarakter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar